Find Us On Social Media :

Pantas Rusia Ngamuk Karena Logo Jersey Baru Ukraina, Rupanya Logo Itu Mencakup Wilayah yang Mati-matian Direbut Rusia Ini

By Tatik Ariyani, Rabu, 9 Juni 2021 | 14:02 WIB

Valadimir Putin - Peta Crimea

Intisari-Online.com - Jersey baru tim nasional Ukraina yang telah disetujui UEFA telah memicu kemarahan di Rusia.

Jersey tim tersebut dipakai untuk kejuaraan Euro 2020, yang sempat tertunda akibat pandemi COVID-19.

Melansir rferl.org, Senin (7/6/2021), seorang anggota parlemen menyebutnya sebagai "provokasi politik."

Jersey tersebut menampilkan slogan patriotik dan garis besar Ukraina yang mencakup Crimea, semenanjung Laut Hitam yang dikuasai Rusia pada tahun 2014.

Baca Juga: Sampai Bikin Putin 'Blingsatan', Inilah Bagian Jersey Ukraina untuk EURO 2020 yang Bikin Rusia Mencak-mencak, Kecil Tapi Penuh Makna

Melansir Kompas.com, Crimea merupakan sebuah semenanjung di kawasan Laut Hitam.

Wilayah Crimea merupakan daerah kekuasaan Uni Soviet pada tahun 1921-1945.

Namun, setelah tahun 1925 Crimea menjadi bagian dari Ukraina.

Awalnya menjadi permasalahan domestik di Ukraina, krisis Crimea berkembang dan mengundang konflik horizontal antara negara-negara Uni Eropa dan Rusia.

Baca Juga: Kembangkan Senjata-senjata yang Mematikan, Vladimir Putin Sebut Rusia Tidak Berencana Menakut-nakuti Siapapun

Dalam jurnal Embargo Ekonomi sebagai Strategi Konfrontasi Uni Eropa terhadap Rusia pada Masa Konflik Ukraina 2013-2015 (2017) karya Ummu Ro’iyatu, krisis Crimea bermula ketika Presiden Ukraina Viktor Yanukovich mengumumkan bahwa Ukraina mundur dari perjanjian Uni Eropa pada bulan November 2013.

Parlemen Ukraina melengserkan Yanukovich dari jabatannya pada Februari 2014.

Pelengseran Yanukovich menimbulkan protes besar-besaran oleh mahasiswa di Kiev.

Pelengseran Yanukovich juga menyebabkan konflik dalam pemerintahan Ukraina yang terbagi menjadi dua golongan yaitu, pro-Uni Eropa dan pro-Rusia.

Pihak pro-Uni Eropa berasal dari masyarakat dan politisi Ukraina daratan.

Sementara pihak pro-Rusia berasal dari masyarakat dan politisi Crimea.

Pada awal tahun 2014, perdana menteri Crimea meminta bantuan Rusia untuk menyelesaikan konflik dalam negeri Ukraina.

Pemerintah Rusia menerima permintaan dari Crimea dan mengirimkan pasukannya untuk menduduki Crimea.

Baca Juga: Kirim Bantuan Besar-besaran ke Jalur Gaza, Warga Palestina Khawatir Mesir Berencana Kuasai Jalur Gaza Seperti yang Dulu Pernah Dilakukannya

Campur tangan Rusia atas permasalahan Ukraina didasarkan pada kepentingan politik dan ekonomi.

Letak geopolitik Crimea yang strategis ingin dimanfaatkan Rusia untuk memperkuat pengaruh di kawasan Eropa Timur dan Timur Tengah.

Selain itu, Rusia memiliki jalur pipa gas di Ukraina yang menghubungkan sumber gas di Rusia menuju ke negara-negara Eropa.

Jika Rusia mampu menguasai pemerintahan Ukraina hal tersebut akan sangat menguntungkan bagi bisnis energi gas Rusia.

Intervensi Rusia atas konflik di Ukraina menimbulkan kecaman dari Uni Eropa.

Dalam buku Sejarah Eropa: Dari Eropa Kuno hingga Eropa Modern (2012) karya Wahjudi Djaja, Uni Eropa memberlakukan larangan ekspor komoditas perdaganngan Rusia ke negara-negara Uni Eropa. Selain itu, Rusia juga dikeluarkan dari kelompok negara-negara industri Group of 8 (G8).

Krisis Crimea berakhir pada 16 Maret 2014 ketika parlemen Crimea mengadakan referendum yang hasilnya memutuskan bahwa Crimea memilih untuk melepaskan diri dari Ukraina dan bergabung dengan Rusia.