Mereka juga mengurangi jumlah galangan kapal publik dan melepaskan beberapa aset perbaikan angkatan laut yang penting.
"Munculnya musuh abad ke-21 yang mampu menghasilkan ancaman kelas atas dalam peperangan - disebut sebagai pesaing dengan kekuatan besar - menghidupkan kembali kebutuhan Angkatan Laut untuk memeriksa kembali kemampuan perbaikan kerusakan pertempurannya untuk memastikan siap menghadapi potensi konflik," kata laporan GAO seperti dikutip dari Business Insider, Jumat (4/6/2021).
GAO juga menambahkan melihat sifat konflik, AL AS bisa saja tidak dapat mengandalkan kapal tambahan untuk menggantikan kapal yang rusak.
Hal ini membuat kebutuhan akan kemampuan perbaikan kerusakan pertempuran menjadi lebih penting.
Departemen Pertahanan AS, Pentagon, melaporkan jika China memiliki angkatan laut terbesar di dunia.
Keseluruhan mereka memiliki 350 kapal, termasuk 130 kapal tempur di permukaan.
China juga menjadi negara pembuat kapal teratas di dunia berdasarkan tonase, sehingga memiliki kemampuan mengganti kerugian tempur yang cepat.
Sedangkan AL AS memiliki kekuatan yang terbukti, tapi mereka lebih lama dalam produksi kapal, sehingga kerugian yang bisa mereka tanggung jauh lebih sedikit.