Aksi nakal China telah menghasilkan protes amukan dari sejumlah politisi dan pejabat Filipina, dan berlanjut membuat banyak orang khawatir mengenai aksi China di Laut China Selatan nantinya.
Penerbangan PLAAF terbaru ke zona maritim Malaysia mungkin menjadi penanda akan ada serangan lebih agresif menggunakan senjata udara, sementara tentara China mengisi pulau-pulau yang mereka duduki di Laut China Selatan.
Artinya, Pasukan Bersenjata Malaysia perlu tidak hanya menambah armada kapal angkatan laut tapi juga aset pertahanan udara untuk mempertahankan kepentingan nasional, terutama di zona maritim Laut China Selatan dan kekuatan udara di atasnya.
Hal tersebut juga menyediakan perlawanan yang cakap melawan calon musuh di masa depan.
Rencana kunci pertahanan membangun kapasitas untuk Angkatan Bersenjata Malaysia telah dibeberkan dalam Kerangka Pertahanan Malaysia, yang disetujui oleh Parlemen pada tahun 2019.
Beberapa aset kunci dan kemampuan yang diperlukan dalam 10 tahun terakhir adalah pengembangan medan perang siber dan kemampuan 'dua alam' bagi Militer Malaysia.
Termasuk adalah akuisisi dan pembangunan Littoral Mission Ships (LMS) untuk Angkatan Laut Malaysia (RMN) dan pengadaan Pesawat Patroli Maritim (MPA) dan Pesawat Tempur Ringan (LCA) untuk RMAF.
LCA Hawk 208 digunakan untuk melawan PLAAF minggu ini telah bertugas lebih dari 25 tahun dan sangat perlu diganti oleh LCA yang lebih modern.