Find Us On Social Media :

Pantas Malaysia Mencak-Mencak, Ternyata Bukan Pertama Kalinya China Melanggar Kedaulatannya, Sebelumnya Pernah Nyelonong Wilayah Lautnya dan Lakukan Hal Ini

By Afif Khoirul M, Jumat, 4 Juni 2021 | 17:00 WIB

Pesawat angkut militer China, mendekati Malaysia.

Intisari-online.com - Belakangan Malaysia marah setelah mengetahui ada 16 pesawat angkatan udara China mendekati wilayahnya.

Malaysia mendeteksi ada aktivitas mencurigakan dilakukan oleh militer China di atas Laut China Selatan.

Lalu, angkatan udara Malaysia mengerahkan jet pada Senin (31/6/21), untuk melakukan konfirmasi visual.

Setelah pesawat tersebut terbang dalam jarak 60 mil laut dari negara bagian Sarawak di Borneo.

Baca Juga: Tak Heran Garuda sampai Terlilit Utang 70 Triliun, Selain Kena Dampak Pandemi Covid-19 Ternyata Hal Inilah Penyebab Utang Garuda Terus Membengkak

Menurut Malaysia pelanggaran ini digambarkan sebagai insiden serius, yang menjadi ancaman terhadap kedaulatan nasional, dan keselamatan penerbangan.

Sementara China tidak menghubungi kontrol lalu lintas udara regional mekipun diperintahkan beberapa kali oleh angkatan udara Malaysia.

Menteri Luar Negeri Malaysia, Hishammuddin Hussein mengatakan Malaysia akan mengeluarkan nota protes diplomatik dan meminta duta besar China dan Malaysia untuk menjelaskan.

Menurut Express Kamis (3/6/21) Karena tindakan tersebut merupakan pelanggaran wilayah udara dan kedaulatan Malaysia.

Baca Juga: Jelang Pertemuan Joe Biden dan Vladimir Putin, Amerika dan 20 Negara NATO Mendadak Kepung Rusia, Pesawat Pembom Nuklir hingga Kapal Perang Berkumpul di Titik Ini

Hishammuddin mengatakan dalam sebuah pernyataan, "Sikap Malaysia jelas memiliki hubungan diplomatik yang bersahabat dengan negara mana pun tidak berarti bahwa kami akan berkompromi dengan keamanan nasional kami."

Kedutaan China sebelumnya mengatakan pesawat-pesawat itu melakukan pelatihan penerbangan rutin.

Tindakannya "ditaati secara ketat" oleh hukum internasional tanpa melanggar wilayah udara negara lain.

Seorang juru bicara menambahkan, "China dan Malaysia adalah tetangga yang bersahabat, dan China bersedia melanjutkan konsultasi persahabatan bilateral dengan Malaysia untuk bersama-sama menjaga perdamaian dan stabilitas regional."

China telah mendorong klaim ekspansif atas Laut China Selatan, yang dilalui perdagangan kapal senilai sekitar 3 triliun dollar AS setiap tahunnya.

Ia juga telah membangun fasilitas militer di pulau-pulau buatan.

Baca Juga: China Akhirnya Angkat Suara Setelah Buat Malaysia Marah Karena Kerahkan 16 Pesawat Militernya, Ke Wilayah Malaysia, Ternyata Ini Tujuan Asli China

Brunei, Malaysia, Filipina, Taiwan dan Vietnam juga memiliki klaim atas berbagai pulau di daerah tersebut.

Namun penjaga pantai China secara rutin memperingatkan kapal dan pesawat asing untuk meninggalkan apa yang disebutnya wilayahnya.

Angkatan udara Malaysia mengatakan pesawat-pesawat itu, yang terdiri dari pengangkut strategis Ilyushin il-76 dan Xian Y-20, telah melakukan perjalanan dalam formasi taktis "in-trail" di antara 23.000 dan 27.000 kaki.

Selain itu tindakan China ini bukan pertama kalinya dilakukan.

Tahun lalu, sebuah kapal survei China mengadakan kebuntuan selama sebulan dengan kapal eksplorasi minyak Malaysia di dalam zona ekonomi eksklusif (ZEE) Malaysia.

Langkah Malaysia menyusul protes diplomatik selama berbulan-bulan oleh Filipina atas kehadiran ratusan kapal penangkap ikan China di ZEE-nya, yang dikatakan diawaki oleh milisi.

Baca Juga: Profil Stadion Euro 2020: Kisah Stadion Saint Petersburg yang Mirip Pesawat Ruang Angkasa

China sebagian besar mengabaikan keluhan tersebut.

Hal itu terjadi saat Filipina memprotes "kehadiran dan kegiatan ilegal" China yang terus berlanjut di dekat sebuah pulau di Laut China Selatan yang dikuasai oleh negara Asia Tenggara itu, kata kementerian luar negeri pada Sabtu.

Manila mengajukan protes diplomatik pada hari Jumat atas "penggelaran gencarnya, kehadiran yang berkepanjangan, dan kegiatan ilegal aset maritim China dan kapal penangkap ikan" di sekitar Pulau Thitu.

Ia menuntut negara tetannganya itu menarik kapal-kapal itu.