'Sampean Disuruh Ambil Popok Kok Malah Ke Irian', Kisah Seorang Prajurit yang Tiba-tiba Dikirim ke Belantara Papua saat Sedang Dimintai Tolong Istrinya, Kok Bisa?

Khaerunisa

Penulis

Inilah kisah unik seorang prajutit TNI yang pergi ke Irian Jaya atau Papua secara mendadak, meninggalkan istrinya yang bingung

Intisari-Online.com - Ada kisah unik dialami oleh seorang prajurit TNI ketika dia tiba-tiba dikirim ke belantara Papua, padahal sedang dimintai tolong oleh sang istri.

Menjadi seorang prajurit memang harus selalu siap siaga untuk diterjunkan ke medan seperti apa pun dan juga kapan pun.

Begitu pula istri seorang prajurit yang harus siap dengan risiko yang dihadapnya, bisa ditinggalkan sang suami kapan saja, bahkan ketika ia tengah membutuhkannya.

Seperti kisah yang dialami Sersan Dua Inf M Sahri dan istrinya, Titik Prihatin.

Baca Juga: Lambungkan Nama Prabowo, Inilah Operasi Mapenduma, Kala Kopassus Harus Gunakan 3 Pendekar Sakti Banten demi Tangkal Ilmu Gaib KKB Papua

Sahri sendiri merupakan seorang prajurit yang pada 2020 lalu telah menyelesaikan masa baktinya.

Ia mengikuti gelar Wisuda Purnawira dan Korp Raport Pindah Satuan Personel Kodim 0829 Bangkalan di Aula Manunggal makodim setempat, Selasa (3/11/2020).

Momen wisuda itu mebangkitkan kenangan perjalanannya sebagai seorang prajurit.

Termasuk sebuah kisah unik ketika ia tiba-tiba harus meninggalkan sang istri yang tengah menunggunya di rumah sakit untuk mengantarkan popok.

Baca Juga: Sohor Sebagai Gerbang Alam Semesta dan Tanah Para Raja, Inilah Anuradhapura, Jantung Budaya Buddha di Sri Lanka dengan Peta Pembuka Rahasia Dunia

Itu terjadi di tahun 1996, ketika seharusnya Sahri hanya mengambil popok di asrama untuk anak keduanya yang tengah dirawat di rumah sakit DKT, tapi ia malah berujung tidak pulang selama berbulan-bulan.

Padahal, seharusnya jarak antara asrama dan rumah sakit yang ditempuhnya hanya membutuhkan waktu sekitar 10 menit.

Titik yang menantikan kedatangan sang suami dibuat heran ketika mendapat telepon dari Sahri yang mengabarkan ia tengah berada di Irian Jaya atau Papua.

Bagaimana Sahri sampai di Papua dan tak sampai mengantarkan popok untuk anaknya di rumah sakit? Begini kisahnya.

Baca Juga: 74 Tahun yang Lalu, TNI Diresmikan Presiden Soekarno pada 3 Juni 1947

Saat itu, untuk mengambil popok, Sahri pergi ke asrama Batalyon Infanteri Lintas Udara (Linud) 501 Madiun.

Ketika Sahri tiba di asrama, tiba-tiba srine di Batalyon Infanteri Linud 501 Madiun berbunyi.

Mendengar suara sirine, tanpa pikir panjang, Sahri langsung bergegas mengambil ransel, melipat payung terjun, dan memanggul senjata. Ia langsung bergabung dalam apel.

Usai apel selesai, ternyata Sahri langsung terbang ke Irian Jaya bersama

Ternyata, selesai mengikuti apel, Sahri langsung diberangkatkan ke Irian Jaya bersama 10 Batalyon Linud Infanteri 501.

Baca Juga: Mengenal David Rockefeller, Generasi Ketiga Keluarga Rockefeller yang Pernah Jadi Miliader Tertua di Dunia

Dikisahkan Sahri bahwa selama tiga bulan di Irian Jaya, suasana saat itu begitu kacau.

Ia bertugas menjaga objek-objek vital seperti rumah sakit.

Sampai di Irian Jaya secara mendadak, Sahri pun bergegas menelpon sang istri untuk memberikan kabar.

Ia mengungkapkan bagaimana respon istrinya ketika mendapatkan telepon itu.

Baca Juga: Salah Satunya Punya 2 Juta Tentara Aktif, Inilah 5 Negara dengan Militer Terkuat di Dunia

"Sampean disuruh ambil popok kok malah pergi ke Irian" kata Sahri menirukan reaksi istrinya kala itu

"Saya jawab, itulah tentara," kenang Mayor Inf (Purn) M Sahri kepada Surya di Markas Koramil Socah, Bangkalan, Rabu (4/11/2020).

Ketika menceritakan kisah uniknya, Sahri datang ke Markas Koramil Socah tidak lagi berseragam tentara. Ia mengenakan kaos putih berkerah lengan pendek, dipadu celana jins berwarna gelap.

"Kemarin saat ikut Wisuda Purnawira, saya masih merasa sebagai undangan. Setelah selesai acara, baru sadar saya telah pensiun," ungkapnya.

Baca Juga: Megawati Dapat Bintang Jasa dariVladimir Putin, Rusia Mengaku Siap Bantu Indonesia dalam Berbagai Bidang, Termasuk Soal Militer dan Alutsista

Gelar Wisuda Purnawira dan Korp Raport Pindah Satuan Personel Kodim 0829 Bangkalan di Aula Manunggal makodim dihadiri Dandim 0829 Letkol Kav Ari Setyawan Wibowo dan sejumlah perwira Kodim 0829.

Karier Sahri sebagai prajurit sendiri bermula setelah ia lulus dari Sekolah Guru Olahraga.

Bukannya menjadi seorang guru, Sahri justru memilih masuk ABRI melalui jalur Tamtama pada tahun 1984.

Keputusannya itu tak lepas dari pengalamannya melihat sang kakak yang juga seorang guru.

Baca Juga: Memaknai Pancasila Sebagai Pandangan Hidup Bangsa, Selesaikan Persoalan hingga Satukan Masyarakat yang Berbeda-beda

"Kakak saya guru, saya melihatnya di situ saja. Tidak ke mana-mana. Saya pilih masuk tentara," terang Sahri.

Sahri benar-benar menekuni jalan yang dipilihnya. Jiwa berpetualang yang sudah terpatri dalam diri Sahri pun semakin memberinya semangat.

Setelah lulus pendidikan di Magetan dan Magelang, Sahri langsung ditempatkan di Batalyon Yonif Raider 509 Kostrad Jember.

Bahkan, sepuluh bulan kemudian, Sahri muda ditugaskan ke lokasi yang tidak mudah, Timor-timor, sebagai Satuan Tugas Seroja Rotasi selama tiga tahun berturut-turut, 1985-1987.

Baca Juga: Kisah Brigade Yahudi Saat Perang Dunia 2, Selamatkan Nyawa dan Bantu Dirikan Tentara Bangsa, Anggotanya Sukarelawan Bahkan Pengungsi dari Holocaust

Di Timor Letse, ia bertugas di dalam hutan dan jauh dari perkampungan.

Telah melalui serangkaian perjuangan dan berbagai tantangan sebagai tentara, Sahri pun sempat memberikan pesan kepada semua prajurit di tingkat koramil maupun di kodim, Ia mengatakan bahwa seorang prajurit hidup dalam struktur yang telah diformat.

"Saya senang semua kegiatan militer. Memang harus menyenangi pekerjaan, kalau hari ini jangan dikerjakan besok," tegasnya.

Perjalanan karier militernya berlanjut dari Linud 501 Madiun dipindahkan ke Batalyon Linud 502 Malang.

Baca Juga: Belajar Lebih Mudah dengan Adjar.id, Portal Baru dari Kompas Gramedia untuk Anak Sekolah Indonesia

Selama 14 tahun Sahri telah berdinas di Linud 501 Madiun, dan ia dipindah tugaskan di tahun 1999 ke Malang dengan pangkat Letnan Dua.

"Pangkat Kapten saya peroleh ketika ditugaskan selama 1,5 tahun di Aceh pada tahun 2005. Saat itu Aceh darurat militer," paparnya.

Setelah malang melintang dengan beragam penugasan, Sahri akhirnya tiba di Kodim 0829 Bangkalan dengan pangkat Kapten.

Selanjutnya pada awal Oktober 2020, pangkat Mayor bertengger di kedua pundaknya.

Baca Juga: Belajar Lebih Mudah dengan Adjar.id, Portal Baru dari Kompas Gramedia untuk Anak Sekolah Indonesia

Sahri juga sempat menyampaikan bagaimana seorang prajurit seharusnya menjalani pekerjaannya.

"Semasa menjadi prajurit, kita harus bisa bersikap kondusif di tengah masyarakat, berbaur, dan jangan memilih untuk berteman," ungkapnya.

Sahri juga berpesan untuk tetap semangat dalam melaksanakan tugas-tugas kedepan, kembangkan kemampuan, dan ketrampilan.

"Agar berguna dan dapat melaksanakan tugas pokok. Sehingga bermanfaat bagi masyarakat," pungkas Ari.

Baca Juga: Belajar Lebih Mudah dengan Adjar.id, Portal Baru dari Kompas Gramedia untuk Anak Sekolah Indonesia

Sementara itu bagi Sahri, pensiun bukanlah akhir, karena selama menjalani masa pensiun, ia ingin fokus berwirausaha.

"Apa saja, terpenting tidak berbenturan dengan hukum," pungkasnya tentang bisnis yang ingin dijalankannya.

Sahri pun berharap kepada anggota yang telah purnawira dan pindah satuan beserta istri untuk selalu tetap menjaga citra TNI dalam kehidupan bermasyarakat.

Itulah kisah unik prajurit TNI yang ternyata harus siap pergi mendadak, jauh meninggalkan sang istru di rumah.

Baca Juga: Sedang Ramai Dibicarakan hingga Terima 25.000 Peserta, Apa Itu Komcad?

(*)

Artikel Terkait