Find Us On Social Media :

Percuma Saja Ada Gencatan Senjata, Israel dan Hamas Dijamin Tidak Akan Pernah Berdamai, Malahan Amerika dan Iran Akan Ikut Campur

By Mentari DP, Selasa, 1 Juni 2021 | 09:30 WIB

Konflik Israel dan Hamas.

Intisari-Online.com - Konflik Israel dan Hamas memang sudah berakhir dengan gencatatn senjata.

Namun banyak orang yang percaya bahwa itu tidak akan berlangsung lama.

Sebab, gencatan senjata itu dibuat tanpa resolusi permanen dan mungkin tanpa pemikiran ulang yang mendasar.

Baca Juga: Xi Jinping Bisa Digulingkan Jika Teori Kebocoran Virus Corona dari Laboratorium Wuhan Terbukti Benar

Hakl itu disampaikan Dr Arshin Adib-Moghaddam, salah seorang ahli.

Dilansir dari express.co.uk pada Selasa (1/6/2021), Dr Arshin Adib-Moghaddam khawatir tanpa sikap Israel yang melunak, siklus kekerasan akan terus berlanjut.

Lebih lanjut, Dr Adib-Moghaddam sangat meragukan bahwa kawasan itu akan tenang.

Dia mengibaratkan gencatan senjata itu sebagai "plester yang menempel".

"Ini adalah masalah bersejarah," kata Dr Adib-Moghaddam.

"Selama Israel tidak mematuhi hukum internasional dan berlanjut dengan wilayah penjajahan yang bukan milik mereka sesuai hukum, dan selama tidak ada solusi yang adil tentang Palestina sebagai sebuah negara, konflik ini akan terus berlanjut."

Baca Juga: Tersohor Sebagai Pusat Penyebaran Islam, Faktanya Kini Makin Banyak Orang 'Murtad' di Wilayah Arab, Ternyata Ini yang Lebih Mereka Pilih

Dr Adib-Moghaddam bahkan yakin, kaum radikal akan semakin menggila di Timur Tengah.

Oleh karenanya, Dr Adib-Moghaddam menyarankan agar banyak negara yang berlaku adil.

Seperti Amerika Serikat (AS), di mana dia meminta Presiden Joe Biden untuk menyeimbangkan kedua kelompok yang berlawan.

Diketahui AS adalah sekutu Israel. Dan dia percaya pemerintahan Biden hanya memberi dukukan kepada Israel saja.

Namun sangat sulit untuk mengabaikan kekuatan sentimen pro-Palestina di seluruh dunia.

Jadi, sikap AS bisa menjadi kunci untuk menyelesaikan masalah antara Israel dan Palestina.

Soal Iran sendiri, Dr Adib-Moghaddam bersikeras meskipun negara itu sangat agresif, tapi kemungkinan Republik Islam tidak terlibat dalam konflik apa pun.

Dia menjelaskan: “Dukungan untuk Palestina adalah bagian utama dari revolusi 1979."

“Sejak itu, Iran punya dua tujuan."

"Mobilisasi politik di dalam negeri Palestina dan mengklaim Palestina sebagai sebuah negara."

Baca Juga: Jangankan KKB Papua, Ternyata Pasukan Amerika Juga Sering Gunakan Taktik Gerilya

Bahkan Korps Pengawal Revolusi Iran (IRGC) memuji Hamas.

Mereka menganggap gerakan Hamas dapat mencegat Israel. Dan mungkin mereka bisa beraliansi.

Diketahui Iran memang dekat dengan sejumlah kelompok militan di Timur Tengah.

Sebut saja ada Houthi di Yaman, berbagai gerakan Irak dan Suriah, Hizbullah di Lebanon dan Hamas dan Jihad Islam di Palestina.

Apalagi Iran tidak memiliki akses ke Jalur Gaza. 

Sehingga mereka membutuhkan kelompok seperti Hamas untuk mengirim persenjataan mereka.

Wah, bagaimana jika konflik Israel dan Hamas akan kembali terjadi dengan bantuan AS dan Iran?

Tentu tidak bisa dibayangkan betapa mengerikannya kondisi itu.

Baca Juga: Bak Dapat Tenaga Manusia Gratisan, Beginilah Nasib Anak-anak Yatim Piatu di Korea Utara, Bukannya Dirawat di Panti Asuhan Justru Diperlakukan Sekejam Ini