Orang Timor Leste Dulu Sering Dikunjungi Pedagang Arab, China, dan Gujarat

Muflika Nur Fuaddah

Penulis

Orang Timor Leste

Intisari-Online.com-Orang Timor Leste adalah keturunan dari tiga gelombang pendatang.

Gelombang pertama yang menetap di pulau itu terkait orang-orang Vedo-Australoid yang berhubungan dengan orang Sri Lanka, tiba antara 40.000 dan 20.000 SM.

Gelombang kedua dari orang-orang Melanesia sekitar 3.000 SM membawa penduduk asli, yang disebut Atoni, ke pedalaman Timor.

Gelombang orang-orang Melanesia diikuti oleh orang Melayu dan Hakka dari Cina selatan.

Baca Juga:Bank Pembangunan Asia Prediksi Ekonomi Timor Leste akan Tumbuh pada 2021-2022

Sebagian besar orang Timor Leste mempraktikkan pertanian subsisten.

Kunjungan yang sering terjadi berasal dari para pedagang Arab, Cina, dan Gujarat yang melaut membawa barang-barang logam, sutra, dan beras; orang Timor mengekspor lilin lebah, rempah-rempah, dan kayu cendana yang harum.

Pedagang Hakka termasuk di antara mereka yang merupakan keturunan dari kelompok terakhir ini.

Penjelajah Eropa awal melaporkan bahwa pulau itu memiliki sejumlah kepala kerajaan atau pangeran kecil di awal abad ke-16.

Baca Juga:Pantas Saja Australia Awalnya Mati-matian Dukung Pendudukan Indonesia di Timor Leste, Hubungan Mesra dengan Indonesia Menjadi Alasannya

Salah satu yang paling signifikan adalah kerajaan Wehale di Timor Tengah, di mana suku Tetum, Bunaq, dan Kemak bersekutu.

Orang Eropa pertama yang tiba di daerah itu adalah orang Portugis, yang mendarat di dekat Pante Macassar modern.

Pada tahun 1556 sekelompok biarawan Dominika mendirikan desa Lifau di sana.

Pada tahun 1702 wilayah tersebut secara resmi menjadi koloni Portugis, yang dikenal sebagai Timor Portugis, ketika Lisbon mengirimkan gubernur pertamanya, dengan Lifau sebagai ibukotanya.

Baca Juga:Masuk Daftar Negara yang Diprediksi Alami Lonjakan Kasus Covid-19, Timor Leste Paling Dikhawatirkan

Kontrol Portugis atas wilayah itu lemah, terutama di pedalaman pegunungan.

Para biarawan Dominika, serangan Belanda sesekali, dan orang Timor sendiri menjadi oposisi terhadap Portugis.

Kontrol administrator kolonial sebagian besar terbatas di Dili harus bergantung pada kepala suku tradisional untuk kontrol dan pengaruh.

Bagi Portugis, Timor Lorosa'e tetap menjadi pos perdagangan yang terabaikan sampai akhir abad kesembilan belas.

Baca Juga:Sok-sokan Merdeka dari Indonesia, Kini Tingkat Pengangguran di Timor Leste Sangat Tinggi, Anak Mudanya Sampai Kabur ke Negeri Ini

Ibukota dipindahkan ke Dili pada tahun 1767, karena ada serangan dari Belanda, yang menjajah sisa pulau dan kepulauan sekitarnya yang sekarang menjadi Indonesia.

Perbatasan antara Timor Portugis dan Hindia Belanda secara resmi diputuskan pada tahun 1859 dengan Perjanjian Lisbon.

Perbatasan definitif dibuat oleh Den Haag pada tahun 1916, dan tetap menjadi batas internasional antara negara-negara modern Timor Lorosa'e dan Indonesia.

Meskipun Portugal netral selama Perang Dunia II, pada bulan Desember 1941, Timor Portugis diduduki oleh Australia dan Belanda, yang mengharapkan invasi Jepang.

Ketika Jepang benar-benar menduduki Timor, pada bulan Februari 1942, 400 pasukan Belanda- Australia dan sejumlah besar sukarelawan Timor melibatkan mereka dalam kampanye gerilya selama satu tahun.

Baca Juga:Tak Berguna, Proyek Super Mahal Timor Leste Ini Justru Bikin Negara Masuk Jebakan Utang China

(*)

Artikel Terkait