Find Us On Social Media :

Nasib Timor Leste Sekarang Setelah 21 Tahun Pilih Lepas dari Indonesia

By K. Tatik Wardayati, Sabtu, 29 Mei 2021 | 13:10 WIB

(Ilustrasi) Warga Timor Leste. Bahasa Timor Leste saat ini menggunakan bahasa Tetun dan Portugis, rupanya hal ini yang menyebabkan mereka tidak ingin gunakan bahasa Indonesia

Intisari-Online.com – Begini nasib Timor Leste sekarang setelah 21 tahun memilih melepaskan diri dari Indonesia.

Tepatnya 30 Agustus 1999, Timor Leste, yang dulu dikenal sebagai Timor Timur, mengadakan jajak pendapat atau referendum untuk memilih melepaskan diri atau tetap bersama Indonesia.

Sebelumnya, Timor Timur  merupakan bagian dari Indonesia sebagai provinsi ke-27.

Kemudian dilakukan pemungutan suara pada 30 Agustus 1991 bagi warga Timor Timur untuk memilih apakan akan tetap bersama Indonesia atau  menjadi negara sendiri.

Baca Juga: Pantas Saja Timor Leste Ogah Gabung Indonesia dan Pilih Melawannya, Ternyata Begini Awal Mula Cerita Timor Leste Melawan Indonesia

Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) yang mendukung referendum tersebut itu dimaksud untuk mengakhiri konflik yang terjadi sebelumnya, serta memberi jalan bagi mereka untuk lepas dari Indonesia.

Pada 2002, Timor Leste baru resmi diakui sebagai negara secara internasional, tiga tahun setelah pemungutan suara tadi.

Seperti berikut inilah kisah lepasnya Timor Timur dari Indonesia.

Baca Juga: Sudah Kehabisan Minyak, Cukong Asing Akan Ajak Warga Timor Leste 'Panen' Karbon di Lahan Minyak yang Kering Ini

Referendum

Selama 24 tahun, melansir AFP via kompas.com (30/8/2019), rakyat Timor Timur hidup dalam konflik, kelaparan, hingga penyakit.

Lebih dari 250.000 korban meninggal dampak dari kondisi tersebut.

Penyelesaian masalah di Timor Timur mendekati akhir saat diadakannya jajak pendapat pada 30 Agustus 1999.

Melansir dari harian Kompas (31/8/1999), penentuan pendapat untuk menentukan masa depan Timor Timur yang berlangsung satu hari sebelumnya, berlangsung dengan lancar dan sukses.

Mencapai 90 persen pemilih yang berpartisipasi, sehingga penentuan pendapat tidak perlu diperpanjang.

Namun, pemungutan suara kala itu juga diwarnai insiden di beberapa tempat.

Salah satunya adanya seorang guru SD yang dianiaya sekelompok orang.

Dia berteriak mengatakan jajak pendapat itu tidak jujur karena yang dipekerjakan di Unamet adalah orang-orang CNRT, lalu punggungnya ditikam hingga tewas.

Baca Juga: Inilah Negara Timor Leste dengan Jumlah Penduduknya ‘Hanya’ 1,2 Juta

Meski begitu hasil jajak pendapat tetap dilangsungkan dan akhirnya hasilnya dibawa ke PBB.

Melansir Harian Kompas, Minggu (5/9/1999), akhirnya PBB mengumumkan hasil penentuan pendapat (jajak pendapat).

Sekjen PBB Kofi Annan di New York mengumumkannya pada Sabtu (4/9) pukul 08.00 WIB.

Dari sekitar 450.000 pemilih, 78,5 persen (344.580) warga Timor Timur memilih untuk menolak otonomi, dan sekitar 21 persen (94.388) memilih otonomi, sedangkan 7.985 suara (1,8 persen) dinyatakan tidak sah.

Menurut Kofi Annan, hasil itu menunjukkan bahwa penduduk Timtim menginginkan kemerdekaan.

Pada saat bersamaan, pengumuman itu juga dibacakan Ketua Unamet Ian Martin, di Dili, yang dialihbahasakan ke dalam bahasa Indonesia, Portugal, dan Tetum.

Kofi Annan dalam pidatonya meminta semua pihak menghentikan segala tindakan kekerasan yang selama 24 tahun mengakibatkan penderitaan di Timtim.

Suasana di Timtim ketika itu mencekam.

Di beberapa tempat, sebagian kecil penduduk sempat melontarkan kegembiraannya dengan berlarian ke jalan dan bersorak-sorai.

Baca Juga: 3 Destinasi Wisata di Ibu Kota Timor Leste, Salah Satunya Pamerkan Perjuangan Rakyat Bumi Lorosae selama Diduduki Indonesia

Mereka saling berpelukan dan bertangisan.

Meski saat itu Timor Timur berarti lepas dari Indonesia, namun mereka masih melalui proses panjang hingga diakui dunia dan mengubah namanya menjadi Timor Leste.

Lalu, bagaimana nasib Timor Leste sekarang?

Perekonomian Timor Leste

Melansir laman Heritage, skor kebebasan ekonomi Timor-Leste adalah 45,9.

Itu menjadikan Timor Leste menduduki peringkat ke-171 negara di dunia dalam indeks 2020.

Sementara di kawasan Asia-Pasifik, Timor Leste berada di peringkat ke-40 diantara 42 negara dan skor keseluruhannya jauh di bawah rata-rata kawasan maupun dunia.

Perekonomian Timor Leste mencatat sedikit tanda-tanda kebebasan ekonomi sejak dimasukkan dalam Indeks pada tahun 2009.

Namun, Pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB)-nya lemah.

Baca Juga: Bak Belum Puas Rampok Ladang Minyak Timor Leste, Australia Kembali Lakukan Pengeboran Triliunan Rupiah di Bayu-Undan

Perekonomian negara itu bergantung pada pengeluaran pemerintah yang didanai oleh penarikan dari Dana Perminyakan.

Melansir Kompas.com, Minggu (5/7/2020), laporan resmi Bank Dunia tahun 2020, menyebutkan pertumbuhan ekonomi Timor Leste masih lambat dibandingkan negara-negara Asia Tenggara.

Republica Democratica de Timor Leste yang menjadi nama resmi negara ini masih jadi salah satu negara paling miskin di dunia.

Dari laporan United Nations Development Programme (UNDP), Timor Leste berada di peringkat 152 negara sebagai negara termiskin di dunia dari 162 negara.

Angka PDB per kapita Timor Leste diperkirakan akan mencapai 2.356 dollar AS atau sekitar Rp 34,23 juta (kurs Rp 14.532) pada Desember 2020.

Capaian itu masih di bawah pendapatan per kapita Indonesia pada tahun 2019 lalu sebesar 4.174,9 dollar AS atau sekitar Rp 60 juta.

Sektor ekonomi Timor Leste masih sangat bergantung pada Australia dan Indonesia, terutama barang-barang impor.

Negara kecil ini juga masih mengandalkan pemasukan dari hasil minyak.

Produksi minyak Timor Leste pada tahun 2019, mencapai 38 juta barel setara minyak (BOE) yang banyak dikerjasamakan dengan Australia.

Baca Juga: Inilah Iklim Timor Leste, Kapan Sebaiknya Berkunjung ke Negara Ini

Mengutip data Timor Leste Economic Report yang dirilis Bank Dunia pada April 2020, ekonomi Timor Leste bakal semakin terpuruk di 2020 karena pandemi virus corona (Covid-19) dan kondisi politik yang belum stabil.

Dana sebesar 250 juta dari Petroleum Fund sudah dicairkan oleh pemerintah Timor Leste, di mana 60 persennya digunakan untuk penanganan Covid-19.

Korupsi yang merajalela menjadi hambatan lain untuk kebebasan ekonomi di negara ini.

Tidak efektifnya peradilan, semakin melemahkan integritas pemerintah.

Sementara, Komisi Antikorupsi independen tidak memiliki kewenangan untuk menangkap atau menuntut.

Proses pengadaan publik di negara kecil ini pun masih buram. (Nur Fitriatus Shalihah)

Baca Juga: Inilah Tempat Wisata Timor Leste yang Belum Terkontaminasi oleh Turis

Ingin mendapatkan informasi lebih lengkap tentang panduan gaya hidup sehat dan kualitas hidup yang lebih baik? Langsung saja berlangganan Majalah Intisari. Tinggal klik di https://www.gridstore.id/brand/detail/27/intisari