Kritik Menghujani Rockefeller Fondation Akibat Dukungannya untuk Program Eugenika, Inilah Konsep Mengerikan 'Penciptaan Ras Manusia Sempurna' Itu

Khaerunisa

Penulis

Intisari-Online.com - Rockefeller Fondation dikenal sebagai salah satu yayasan filantropi terbesar di dunia yang telah berkontibusi pada berbagai kegiatan kemanusiaan, khususnya di penelitian dan pendidikan medis.

Yayasan tersebut didirikan oleh orang terkaya Amerika sepanjang sejarah, John D Rockefeller.

Berkat sepak terjangnya menyumbangkan kekayaannya untuk kemanusiaan, sosok John D Rockefeller sendiri juga dikenal sebagai 'dermawan medis terbesar dalam sejarah'.

Namun, Rockefeller Fondation yang didirikan orang terkaya Amerika sepanjang sejarah tersebut, juga tak lepas dari kritik yang keras.

Baca Juga: John D Rockefeller, Orang Terkaya Amerika Sepanjang Sejarah, Ternyata Inilah Mimpinya saat Berusia 16 Tahun

Salah satu kritik yang menghampiri Rockefeller Fondation disebabkan yayasan ini mendanai program eugenika Amerika.

Bersama perusahaan filantropi lain khususnya Lembaga Carnegie, didukung juga kekayaan rel kereta Harriman, mereka bersekutu dengan beberapa ilmuwan Amerika untuk mendirikan program eugenika.

Disebut, Yayasan Rockefeller juga membantu mendirikan program eugenika Jerman.

Seperti apa program eugenika yang kontroversial dan membuat Rockefeller Fondation dihujani kritik?

Baca Juga: Miris! Pinggiran Sungai Gangga Jadi Pemakaman Dadakan, Pemerintah India Sebut Fenomena Itu Tak Terkait Covid-19, Tetapi Penduduk Sekitar Beri Kesaksian Begini

Eugenika cukup identik dengan Adolf Hitler, diktator kuat pemimpin Partai Nazi dan pemimpin Jerman pada abad ke-20.

Adolf Hitler dikenal dengan kekejamannya, termasuk karena cita-citanya dalam konsep eugenika ini.

Bahkan, ia melaksanakan program eugenika tersebut, yang disebut sebagai puncak penyalahgunaan eugenika.

Hitler menerapkan konsep tersebut dengan tangan besi, dan hasilnya sangat mengerikan.

Baca Juga: Profil Stadion Euro 2020: Kisah Stadion Johan Cruyff ArenA, Stadion Pertama yang Atapnya Bisa Dibuka dan Ditutup

Eugenika bisa diartikan sebagai perbaikan ras manusia dengan memperbanyak individu-individu yang sehat dan membuang mereka yang cacat atau sakit.

Dipercaya, individu yang sehat bisa dihasilkan dari perkawinan individu yang sehat pula.

Maka, Hitler membuat orang-orang lanjut usia, cacat fisik dan mental, serta menyandang berbagai penyakit dari seluruh Jerman dimusnahkan.

Mereka dikumpulkan dalam satu pusat sterilisasi khusus. Di sini, mereka dihabisi karena dianggap parasit.

Baca Juga: Bank Pembangunan Asia Prediksi Ekonomi Timor Leste akan Tumbuh pada 2021-2022

Ladang-ladang khusus untuk reproduksi manusia pun didirikan, dengan menyelenggarakan seks bebas di antara para pemuda-pemudi bermbut pirang dan bermata biru untuk mendpaat ras Arya (Jerman) murni.

Berbagai upaya untuk mendapatkan keturunan unggul dilakukan, termasuk menyeleksi mereka dari lahir dengan melihat ukuran tengkoraknya.

Itu karena menurut teori Evolusi Darwin, volume otak makhluk hidup akan membesar saat menaiki tangga evolusi.

Akibatnya, bayi yang tak memiliki volume otak tak sesuai harus juga disingkirkan.

Baca Juga: Walau Sudah Gencatan Senjata, Nyatanya Konflik Israel-Palestina Justru Bisa Picu Perang Dunia 3, Ini Alasannya

Konsep eugenika memang sangat lekat dengan Hitler, namun ia bukan 'tangan pertama' hadirnya ide tersebut.

Melansir artikel di laman History News Network oleh Edwin Black, dijelaskan bahwa ide tersebut dibuat di Amerika Serikat, dan ditanamkan di California, beberapa dekade sebelum Hitler berkuasa.

Ahli eugenika California memainkan peran penting, meski sedikit diketahui, dalam kampanye gerakan eugenetika Amerika untuk pembersihan etnis.

Disebut, eugenika merupakan pseudosain rasis yang bertekad untuk menghapus semua manusia yang dianggap 'tidak layak', dan hanya melindungi mereka yang sesuai dengan stereotip Nordik.

Baca Juga: Berakhir Tanpa Kesepakatan, Konflik Israel-Palestina Kali Ini Justru Dianggap Berbeda karena Hal Ini

Unsur-unsur filosofi pun diabadikan sebagai kebijakan nasional oleh undang-undang sterilisasi dan segregasi paksa, serta pembatasan pernikahan, yang diberlakukan di dua puluh tujuh negara bagian.

Pada tahun 1909, California menjadi negara bagian ketiga yang mengadopsi undang-undang tersebut.

Pada akhirnya, praktisi eugenetika secara paksa mensterilkan sekitar 60.000 orang Amerika, melarang pernikahan ribuan orang, secara paksa memisahkan ribuan orang di "koloni", dan menganiaya tak terhitung banyaknya dengan cara yang baru dipelajari.

Sebelum Perang Dunia II, hampir setengah dari sterilisasi paksa dilakukan di California, dan bahkan setelah perang, negara bagian menyumbang sepertiga dari semua operasi semacam itu.

Baca Juga: Bank Pembangunan Asia Prediksi Ekonomi Timor Leste akan Tumbuh pada 2021-2022

California dianggap sebagai pusat gerakan egenetika Amerika.

Dan di balik perkembangan program eugenika di Amerika tersebut, ada peran para pembiayanya, termasuk salah satunya Rockefeller Fondation.

Digambarkan, tanpa mereka, eugenika hanya akan menjadi "pembicaraan ruang tamu yang sangat aneh."

Mereka semua bersekutu dengan beberapa ilmuwan Amerika yang paling dihormati yang berasal dari universitas bergengsi seperti Stamford, Yale, Harvard, dan Princeton.

Baca Juga: Pablo Escobar Gembong Narkoba Terkaya di Dunia, Sosok Kontroversial yang Ternyata Pernah Paksa Gadis 14 Tahun Lakukan Aborsi

Para akademisi ini mendukung teori ras dan ilmu ras, dan kemudian memalsukan dan memutarbalikkan data untuk melayani tujuan rasis eugenetika.

Misalnya, Presiden Stamford David Starr Jordan mengemukakan gagasan tentang "ras dan darah" dalam surat rasial 1902 "Blood of a Nation", di mana sarjana universitas tersebut menyatakan bahwa kualitas dan kondisi manusia seperti bakat dan kemiskinan diturunkan melalui darah.

Dijelaskan, eugenika lahir sebagai keingintahuan ilmiah di zaman Victoria.

Pada tahun 1863, Sir Francis Galton, sepupu Charles Darwin, berteori bahwa jika orang-orang berbakat menikah dengan orang-orang berbakat lainnya, hasilnya akan menjadi keturunan yang jauh lebih baik.

Baca Juga: Berakhir Tanpa Kesepakatan, Konflik Israel-Palestina Kali Ini Justru Dianggap Berbeda karena Hal Ini

Pada pergantian abad terakhir, ide-ide Galton diimpor ke Amerika Serikat tepat ketika prinsip-prinsip hereditas Gregor Mendel ditemukan kembali.

Pendukung eugenika Amerika percaya dengan semangat religius bahwa konsep Mendel yang sama yang menentukan warna dan ukuran kacang polong, jagung dan ternak juga mengatur karakter sosial dan intelektual manusia.

Spesies unggul yang dicari gerakan eugenetika tidak hanya dihuni oleh orang-orang yang tinggi, kuat, dan berbakat.

Para penganut konsep ini mendambakan tipe Nordik pirang bermata biru. Kelompok ini mereka percayai layak untuk mewarisi bumi.

Baca Juga: Dikenal Musuh Bebuyutan, Dokumen Rahasia CIA Ini Ungkap Amerika Pernah Nyaris Jatuhkan Bom Nuklir di China Gara-Gara Masalah yang Tak Belum Kelar Ini

Dalam dua puluh lima tahun pertama undang-undang eugenika diberlakukan di California, negara ini mensterilkan 9.782 orang, kebanyakan wanita.

Banyak yang diklasifikasikan sebagai "gadis nakal", didiagnosis sebagai "bergairah", "berlebihan", atau "nakal secara seksual".

Kemudian, hanya setelah eugenika menjadi mengakar di Amerika Serikat, kampanye tersebut ditransplantasikan ke Jerman.

Hitler pun mempelajari hukum eugenika Amerika, di mana ia mencoba untuk melegitimasi anti-Semitisme-nya dengan memanfaatkan konsep tersebut.

Baca Juga: 'Aku Dibunuh oleh Orang yang Sudah Ku Anggap Paman Sendiri', Kisah Pembunuhan Gadis 8 Tahun yang Menggemparkan Seantero Singapura

(*)

Artikel Terkait