Find Us On Social Media :

Kondisinya Sama Mengerikannya Seperti Hisashi Ouchi, Inilah Korban Lain Paparan Nuklir Terbesar dalam Sejarah

By Mentari DP, Jumat, 21 Mei 2021 | 08:05 WIB

Selain Hisashi Ouchi, Masato Shinohara juga jadi korban paparan radiasi nuklir terbesar dalam sejarah.

Intisari-Online.com - Nama Hisashi Ouchi cukup terkenal. Khususnya di Jepang.

Ini karena Hisashi Ouchi merupakan satu dari tiga orang yang menjadi korban jiwa dalam kecelakaan nuklir Tokaimura.

Kecelakaan nuklir Tokaimura itu terjadi pada 30 September 1999 dan itu menjadi kecelakaan nuklir terburuk di Jepang sepanjang sejarah.

Baca Juga: Kromosomnya Hancur dan Sel Darah Putih Nyaris Nol, Inilah Hisashi Ouchi, Manusia dengan Paparan Radiasi Nuklir Terbesar dalam Sejarah

Saat itu, Hisashi Ouchi bersama dua rekannya tengah memindahkan tujuh ember uranil nitrat ke tangki pengendapan.

Hanya saja tiba-tiba terjadi reaksi berantai yang tidak terkontrol. Akibatnya ada muntahan partikel radiasi.

Dari 3 korban, posisi Hisashi Ouchi adalah yang paling dekat dengan tangki.

Akibatnya, Hisashi Ouchi kehilangan kesadaran, tubuhnya mengalami nyeri, luka bakar mengerikan, kesulitan bernapas, serta organ dalamnya pun rusak.

Parahnya kromosomnya hancur dan jumlah sel darah putihnya anjlok mendekati nol.

Kenapa kondisi Hisashi Ouchi begitu mengerikan?

Ternyata jumlah energi yang mengenai Ouchi setara dengan hiposenter bom atom Hiroshima.

Baca Juga: Bikin Satu Dunia Panik, Mendadak Jepang Setuju Buang 1,3 Juta Air Limbah Nuklir ke Laut, China dan Korea Selatan Langsung Ngamuk, Tapi Justru Amerika Malah Setuju

Hisashi Ouchi sempat dirawat. Namun karena kondisinya semakin memburuk, maka keluarga meminta agar ia memiliki kematian yang damai.

Pada 21 Desember 1999, pukul 11.21 waktu setempat, Hisashi Ouchi dinyatakan meninggal dunia.

Lalu bagaimana dengan kondisi korban lainnya?

Jika Ouchi adalah orang terdekat dengan tangki, maka dua rekannya berjarak sekitar empat meter.

Penjelasan mengenai dua rekannya itu disampaikan oleh Joe Lamar dalam artikel berjudul 'Japan’s worst nuclear accident leaves two fighting for life' yang dipublikasikan di ncbi.nlm.nih.gov pada tahun 1999.

Joe Lamar menjelaskan, bersama Hisashi Ouchi, ketiga korban pingsan karena terkena radiasi. Mereka juga mual sebelum pingsan.

Tapi mereka diselamatkan oleh rekan kerja lainnya dan dibawa ke rumah sakit setempat oleh layanan darurat.

Menurut dokter, dua pria terpapar lebih dari 7 siever radiasi yang dianggap mematikan.

(Siever atau Sv adalah satuan yang menggambarkan efek biologis dari radiasi).

Mereka adalah Hisashi Ouchi dan Masato Shinohara (39) yang masing-masing menerima 17 siever dan 10 siever.

Sementara supervisor mereka, Yutaka Yokokawa (54) disinari oleh 3 siever.

Setelah korban dibawa ke Institut Nasional Ilmu Radiologi di Chiba, sebelah timur Tokyo, tes pada Ouchi dan Shinohara menunjukkan jumlah sel darah putih mereka telah turun hampir nol.

Gejala termasuk mual, diare, dan dehidrasi.

Baca Juga: Niatnya Tak Mau Ikut Campur dan Main Aman Urusan Laut China Selatan, Setelah Jepang Kini Militer Indonesia Bersekutu dengan Inggris, Sepakat Lakukan Hal Ini

Tiga hari setelah kecelakaan itu, kedua pria tersebut dipindahkan ke Rumah Sakit Universitas Tokyo untuk operasi transfusi yang dianggap sebagai satu-satunya harapan untuk mengaktifkan kembali fungsi produksi darah mereka.

Pada saat BMJ mulai dicetak, Ouchi akan menerima sel induk perifer dari saudaranya dan Shinohara akan menjalani transfusi dari darah tali pusat yang membeku.

David Kyd, juru bicara Badan Energi Atom Internasional, yang berbasis di Wina, mengatakan kemungkinan kedua pria itu bertahan hidup sangat kecil.

Dan benar saja, dilansir dari apnews.com pada Jumat (21/5/2021), Masato Shinohara meninggal dunia pada 27 April 2000 karena organ dalamnya gagal berfungsi.

Dia menjadi korban kedua setelah Hisashi Ouchi dinyatakan meninggal dunia sebelumnya.

Juru bicara rumah sakit Akiyoshi Iitsuka mengatakan kondisi Shinohara telah membaik setelah kecelakaan itu.

Tetapi mulai memburuk dengan cepat pada pertengahan April 2000 karena fungsi pernapasan dan ginjal mulai gagal.

Shinohara telah berada di Rumah Sakit Universitas Tokyo sejak 10 April setelah dipindahkan dari fasilitas medis lain yang dijalankan oleh universitas.

Dia telah menggunakan alat bantu pernapasan sejak Februari.

Sementara pekerja ketiga, Yutaka Yokokawa, juga dirawat di rumah sakit karena paparan radiasi yang lebih sedikit.

Tetapi dipulangkan pada bulan Desember 1999.

Baca Juga: Sok-sokan Kepung Pulau Sengketa Taiwan dan Hong Kong Ini, China Kena Batunya Sendiri, Kapal Nuklir Amerika dan Jepang Langsung Obok-obok Laut China Selatan!