Penulis
Intisari-online.com -Sorotan dunia saat ini tertuju kepada India, negara yang sedang lumpuh saat hampir seluruh sistemnya dihancurkan oleh serangan gelombang kedua Covid-19.
Negara yang sempat dipuji karena penanganan Covid-19 terbilang baik kini hampir seluruhnya mengalami sesak napas karena pasien Covid-19 harian terus-terusan mencatat rekor baru dan antrean kremasi Covid-19 terus berjalan.
Tanpa henti, seluruh pusat kremasi di India membakar jasad pasien Covid-19 yang sudah meninggal sampai tengah malam.
Awal minggu ini negara itu mencatat angka suram sebanyak 117 kematian Covid-19 per jam.
Rumah sakit mulai lumpuh dengan habisnya ranjang untuk pasien dan juga tidak ada stok oksigen bagi yang membutuhkan.
India lumpuh karena serangan mutasi ganda varian baru virus Corona, B.1.617, yang diyakini para pakar jauh lebih mematikan daripada virus Corona penyebab Covid-19.
Dunia pun tidak bisa mengabaikan mata dari India.
AS dan banyak negara-negara Eropa segera mengirimkan bantuan berupa suplai alat dan bahan medis ke India.
Rusia sementara itu sudah mengirimkan vaksin Sputnik V yang akan tersedia untuk warga India mulai 1 Mei besok.
Namun ada satu negara adidaya yang pilih egois dan menolak membantu India.
Dilansir dari media Hong Kong Apple Daily, koran India Senin kemarin menuduh China berupaya memblokir pengiriman konsentrator oksigen dan suplai medis lain ke India.
Tuduhan diberikan meskipun Beijing menjanjikan "dukungan dan bantuan" ke negara itu untuk melawan wabah Covid-19 yang semakin buruk.
Laporan muncul saat Covid-19 terus-terusan menghancurkan India, dengan negara itu mencatat lebih dari 300 ribu kasus harian dalam 6 hari terakhir.
AS dan Uni Eropa mengatakan mereka akan mengirim bantuan untuk memerangi Covid-19 di India.
Maskapai perusahaan pemerintah China Sichuan Airlines memberlakukan pemberitahuan Senin 26 April 2021 jika akan menunda 6 rute penerbangan selama 15 hari, termasuk dari Xi'an ke Delhi.
"Menghadapi perubahan mendadak mengenai situasi epidemi (di India), guna untuk mengurangi jumlah kasus impor," seperti dilaporkan Times of India.
Sementara itu melansir Business Standard, dalam surat dari Sichuan Airlines, dinyatakan jika India selalu menjadi rute strategis bagi mereka.
"Rute India telah selalu menjadi rute strategis bagi Sichuan Airlines. Pemblokiran ini juga sebabkan kerugian besar bagi perusahaan kami.
"Kami sangat menyesal untuk situasi yang tidak bisa diubah ini," tulis surat tersebut dan mereka mencari "pemahaman agen penjualan mereka.
Setelah 15 hari tersebut perusahaan juga akan mereview situasi lebih lanjut.
Pemblokiran penerbangan kargo itu muncul sebagai kejutan bagi agen penerbangan yang mencoba mengamankan konsentrator oksigen dari China daratan.
Beberapa pembeli India telah mengeluhkan mengenai "pabrik China meningkatkan harga 35% ke 40%" di tengah kondisi yang terus memburuk.
Sementara biaya pengiriman telah dinaikkan sampai 20%, seperti dilaporkan dari Siddharth Sinha of Sino Global Logistics.
Kedutaan China di Sri Lanka menanggapi laporan itu Senin kemarin, mengatakan di Twitter jika 800 konsentrator oksigen telah sampai di Delhi lewat Hong Kong dan akan ada 10 ribu mesin lagi dikirim ke India minggu ini.
Selain lewat Hong Kong, rute pengiriman juga sekarang melewati Singapura dengan maskapai yang berbeda, sehingga suplai medis itu semakin lama masuk ke India.
Maskapai kargo selain jasa pengiriman itu juga telah terus beroperasi selama pandemi mengirimkan peralatan ponsel dan barang ekspor China lain ke India.
Rupanya, opini publik terpecah di China mengenai apakah harus membantu India melawan pandemi setelah sengketa perbatasan Lembah Galwan tahun lalu.
Beberapa tentara China dilaporkan meninggal setelah intimidasi dari India, dan India sendiri mencatat 20 tentara meninggal.
Sementara itu China terus mempromosikan vaksin Covid-19 mereka ke Afghanistan, Pakistan, Nepal, Sri Lanka, dan Bangladesh.
Ingin mendapatkan informasi lebih lengkap tentang panduan gaya hidup sehat dan kualitas hidup yang lebih baik?Langsung saja berlangganan Majalah Intisari. Tinggal klik di sini