Find Us On Social Media :

120 Tahun Jadi Topik Berita dan 100 Orang Tersangka Diasosiasikan dengannya, Kemahsyuran 'Jack the Ripper'sebagai Pembunuh Misterius Abad ke-19 Menyisakan Tanda Tanya

By Muflika Nur Fuaddah, Jumat, 16 April 2021 | 08:57 WIB

Jack the Ripper, Sosok Pembunuh Misterius Abad ke-19

Dikenang sebagai salah satu dari banyak korban perempuan malang yang dibunuh oleh geng-geng yang menuntut uang tebusan.

Namun, rangkaian pembunuhan yang dimulai pada Agustus 1888 menonjol dari kejahatan kekerasan lainnya pada masa itu.

Ditandai dengan pembantaian yang sadis, mereka menunjukkan pikiran yang lebih sosiopat dan penuh kebencian dari pada yang bisa dipahami oleh kebanyakan warga.

Jack the Ripper tidak hanya menghabisi nyawa dengan pisau, dia juga memutilasi dan mengeluarkan isi perut wanita, mengeluarkan organ seperti ginjal dan rahim, dan kejahatannya tampaknya menggambarkan kebencian bagi seluruh jenis kelamin wanita.

Baca Juga: Sedang Ramai Isu Reshuffle Atau Pergantian Kabinet, Ternyata Satu Menteri Ini Dinilai Aman dari 'Sapuan Bersih' Presiden Jokowi, Ini Sebabnya

Warisan Jack the Ripper

Pembunuhan Jack the Ripper tiba-tiba berhenti pada musim gugur 1888, tetapi warga London terus menuntut jawaban dari penyelidikan polisi, yang tidak kunjung membuahkan hasil, bahkan lebih dari seabad kemudian.

Kasus pembunuhan Jach the Ripper menemui sejumlah kendala, termasuk kurangnya bukti, berbagai informasi yang salah, kesaksian palsu, dan peraturan ketat oleh Scotland Yard.

Banyak industri penerbitan buku, film, serial TV, dan tur sejarah, yang kemudian mengangkat misteri kasus pembunuhan Jack the Ripper.

Sosok pembunuh misterius Jack the Ripper telah menjadi topik berita selama lebih dari 120 tahun, dan kemungkinan akan terus berlanjut hingga beberapa dekade mendatang.

Baca Juga: Viral Sopir Diperas Petugas Derek Ilegal, Jangan Sampai Anda Jadi Korban Jebakannya, Ini Ciri-ciri Derek Liar di Jalan Tol

Pada 2011, detektif Inggris Trevor Marriott, yang telah lama menyelidiki pembunuhan Jack the Ripper, menjadi berita utama ketika dia tidak diberi akses ke dokumen tanpa sensor seputar kasus tersebut oleh Polisi Metropolitan.

Menurut artikel ABC News 2011, petugas London telah menolak memberikan file tersebut kepada Marriott, karena berisi informasi yang dilindungi tentang informan polisi, dan bahwa menyerahkan dokumen tersebut dapat menghambat kemungkinan kesaksian di masa depan oleh informan zaman modern.

(*)