Proyek ini diharapkan selesai tahun 2025.
Konsorsium SMB-Winning, yang ingin mengirimkan bijih besi dari Guinea dalam 5 tahun, mengajak firma maritim Singapura Winning Shipping, perusahaan logistik Guinea-Perancis UMS, produsen aluminium China Shandong Weiqiao dan pemerintah Guinea sendiri.
Kemudian produsen baja terbesar China, Baowu Group, juga merencanakan untuk berinvestasi di tambang tersebut menurut laporannya.
Conakry, ibukota Guinea, tahun lalu menyetujui rencana oleh konsorsium SMB-Winning untuk membangun jalur kereta api 650 km dan pelabuhan di laut untuk memudahkan pengiriman bijih besi tersebut.
China mendukung proyek Simandou ketika Menteri Industri mengatakan Beijing akan mengembangkan satu atau dua tambang bijih besi luar negeri yang signifikan tahun 2025.
Dalam rencana lima tahun untuk sektor baja, China mengatakan tujuannya adalah menyediakan sumber baja sebanyak 20% dari perusahaan luar negeri.
Kini pakar yakin dengan ketegangan dengan Australia, China akan mengebut bantuan untuk pembangunan tambang tersebut.
Namun tambang Simandou yang paling optimalnya menghasilkan 200 juta ton per tahunnya, akan masih kalah dengan tambang Australia Barat yang bisa menghasilkan lebih dari 800 juta ton per tahun.