Penulis
Intisari-Online.com - Hubungan Amerika Serikat (AS) dan Iran memburuk dalam beberapa tahun terakhir.
Walau begitu, para pejabat AS tetap ingin menjalin komunikasi yang baik dengan pemerintah Iran.
Mereka inginmemulai pembicaraan serius untuk mengembalikan kesepakatan ke jalur yang benar.
Sebagai contoh, kesepakatan internasional yang dibuat Iran dengan mantan Presiden AS Barack Obama pada tahun 2015.
Berdasarkan kesepakatan itu, negara Timur Tengah itu setuju untuk membatasi ambisi nuklirnya dengan imbalan pencabutan sanksi yang telah menghambat ekonominya selama beberapa dekade.
Hanya saja kesepakatan itu dikecam oleh pengganti Obama,mantan Presiden Donald Trump.
Di mana Trumpmenarik AS dari kesepakatan itu pada tahun 2018 lalu.
Kini, setelah Trump lengser, Presiden AS yang baru Joe Biden tengah berjuang mengembalikan hal itu.
Diketahui setelah naik jabatan, Biden telah menyatakan keinginannya untuk memulai kembali perundingan.
Tetapi setelah Iran menolak tawaran AS pada Januari 2021. Mereka masih tidak mau menerima kesepakatan yang sama.
Dan kini jalur perundingan itu buntu. Baik dari sisi Biden atau dari Iran.
Di tengah itu, ada laporan bahwa tentangnegosiasi nuklir yang melibatkan Iran.
Hal itu disampaikan oleh Daryl Kimball, direktur eksekutif Asosiasi Pengendalian Senjata.
“Iran siap untukmengatur kesepakatan nuklir tambahan dalam beberapa minggu mendatang," kataDaryl Kimball dilansir dariexpress.co.uk pada Kamis (1/4/2021).
“Ini adalah waktu yang penting untuk menghindari masalah yang semakin rumit.”
Ada beberapa hal yang membuat Iran melunak.
Salah satunya karenaIran akan mengadakan pemilihan presiden pada bulan Juni mendatang dan musim kampanye akan dimulai pada bulan Mei.
Diyakini pilpres dan kampanye Iran akan dipenuhi seputar perjanjian nuklir 2015 dan bagaimana calon presiden Iran menghadapi AS.
Masalahnyaisu ini sangatsangat sensitif di Iran. Salah-salah, Anda bisa gagal mendapatkan hati rakyat Iran.
Apalagiperjanjian penting yang dicapai Iran dengan Badan Energi Atom Internasional (IAEA) akan berakhir pada bulan Mei ini.
Padahal perjanjian itumenghentikan upaya Iran untuk membatasi akses IAEA ke fasilitas nuklir Iran meskipun PBB menikmati lebih sedikit akses ke program Iran.
Iran sendiri telah lama menyatakan bahwa program nuklirnya dimaksudkan untuk tujuan damai. Tapi AS tidak percaya.