Penulis
Intisari-Online.com - Klaim China atas Laut China Selatan telah memicu perselisihan teritorial.
Sebagian besar negara Asia, khususnya dari Asia Tenggara, menolak klaim China tersebut.
Mereka pun mengaktifkan Angkatan Lautnya di sekitar wilayah teritorial masing-masing.
Bahkan negara-negara adidaya dunia, seperti Amerika Serikat (AS), Inggris, hingga Prancis mengirimkan kapal perangnya untuk berpatroli di sana.
Tujuannya untuk melihat apakah benar China melanggar hukum internasional atau tidak.
Setelah Laut China Selatan dikepung puluhan kapal perang, kini giliran Kanada yang ikut bergabung.
Dilansir dariexpress.co.uk pada Kamis (1/4/2021),Departemen Pertahanan Nasional Kanada mengatakan HMCS Calgary berlayar melalui Laut China Selatan pada Minggu ini.
Kapal perang itu melewati perairan yang disengketakan pada hari Senin dan Selasa saat melakukan perjalanan dari Brunei ke Vietnam.
Menurut seorang pejabat Pertahanan Kanada, China membayangi kapal Kanada tersebut dalam perjalanannya melalui perairan yang disengketakan.
Juru bicara Departemen Pertahanan Kanada Daniel Le Bouthillier membenarkan bahwa kapal perang itu lewat di dekat Kepulauan Spratly yang disengketakan.
Diketahui,Kepulauan Spratly sama-sama diklaim olehChina dan Filipina dan Beijing telah mendirikan pangkalan militer di sana.
Le Bouthillier mengatakan kapal itu berlayar melalui Laut China Selatan karena itu adalah rute paling praktis.
Ketegangan antara China dan negara lain termasuk Kanada telah meningkat karena telah ada pergerakan signifikan di perairantermahal di dunia itu.
Kanada bergabung dengan sejumlah kekuatan barat termasuk Inggris dalam mengutuk agresi China yang berkembang di Laut China Selatan.
Itu terjadi beberapa hari setelah 220 kapal China terlihat berlabuh di dekat Julian Felipe Reef di dalam Zona Ekonomi Eksklusif dan Landas Kontinen Filipina.
Dalam sebuah pernyataan di Twitter, duta besar Kanada untuk Filipina Peter MacArthur mengatakan: "Kanada menentang tindakan China baru-baru ini di Laut China Selatan."
"Termasuk di lepas pantai Filipina, yang meningkatkan ketegangan dan merusak stabilitas regional dan tatanan internasional berbasis aturan."
Kementerian luar negeri Filipina sebelumnya berbicara menentang tindakan China di Laut China Selatan.
Dalam sebuah pernyataan, kementerian tersebut mengatakan: “Kehadiran dan aktivitas kapal China yang berlama-lama telah melanggar kedaulatan Filipina."
"Kehadiran mereka yang mengerumuni dan mengancam menciptakan suasana ketidakstabilan."
China sendiri membantah tuduhan bahwa kapalnya adalah bagian dari tentara Beijing dan malah menggambarkan mereka sebagai 'kapal penangkap ikan' yang berlindung karena kondisi laut yang buruk.
Walau begitu, Kementerian luar negeri Filipina menuntut China segera mengeluarkan kapalnya dari daerah tersebut.