Penulis
Intisari-online.com -Delapan kapal penarik bekerja keras membebaskan kapal kargo raksasa yang terjebak di Terusan Suez, Mesir.
Dilaporkan dari CNN, jalur pelayaran tersibuk di dunia itu kini macet setelah kapal kargo Ever Given selebar 59 meter memblokir Terusan Suez.
Perahu penyelamat bekerja untuk mengapungkan dan melepaskan kapal Ever Given.
Kapal itu karam setelah angin sekencang 40 knot dan badai pasir sebabkan daya pandang rendah dan navigasi memburuk, papar Otoritas Terusan Suez dalam pernyataan Rabu silam.
Kini kapal seberat 224 ribu ton yang membawa bendera Panama itu terjebak.
Kapal itu awalnya berlayar dengan tujuan pelabuhan Rotterdam di Belanda.
Kapal kargo Ever Given memiliki panjang 400 meter, hampir menyamai tingginya Gedung Empire State di New York, AS.
Kapal itu harusnya berjalan lurus tapi kemudian membelok dan terjepit di Terusan Suez tepatnya di titik kilometer 151.
Kapal kargo itu memasuki rute ramai Timur-Barat Selasa pagi dan segera menjadi masalah saat mendekati 6 mil laut dari ujung selatan muara.
Tanker Trackers, yang memonitor kapal-kapal melalui satelit dan data maritim, mengatakan kecelakaan itu telah menyebabkan deretan kapal mengantre untuk lewat.
"Kapal tanker membawa minyak Arab Saudi, Rusia, Oman dan AS menunggu dari kedua arah," ujar perusahaan itu.
Terusan Suez dilewati 30% kapal kargo seluruh dunia setiap harinya, menurut data Reuters, dengan rute alternatif antara Asia dan Eropa yang diarahkan sekitar Tanjung Harapan Afrika memerlukan waktu seminggu lebih lama.
Hampir 19 ribu kapal atau rata-rata 51.5 kapal per harinya dengan berat bersih 1.17 miliar ton lewati kanal ini tahun 2020 lalu.
Perusahaan pengiriman kargo kapal terbesar di dunia, Maersk, mengatakan sudah ada 7 kapal kargo mereka yang terdampak macet ini.
Empat kapal terjebak di dalam kemacetan sedangkan sisanya menunggu memasuki jalur tersebut.
Sementara itu untuk 'mengangkat' kapal Ever Given memerlukan waktu berhari-hari karena teknisnya yang sangat rumit.
Harga minyak tetap lesu
Meski banyak kapal tanker terjebak kemacetan di Terusan Suez, rupanya harga minyak tetap tidak terpengaruh.
Melansir Bloomberg, menurut opini pakar strategi minyak untuk Bloomberg First Word, reaksi pasar minyak telah dibisukan, dan bisa dibenarkan.
Rupanya saat kecelakaan terjadi pada hari Rabu, harga minyak bumi menguat tapi hanya sehari saja, berikutnya melemah lagi.
Pasar sudah mulai berdamai dengan perlambatan lain dalam pemulihan ekonomi disebabkan karena pandemi Covid-19 masih melonjak di beberapa bagian dunia.
Penerapan kembali lockdown di Perancis dan Italia telah mengurangi prospek langsung untuk konsumsi minyak Eropa.
Inggris sementara itu juga menyarankan warganya agar tidak terbang ke Eropa Selatan dahulu, menyebabkan rendahnya perjalanan udara dan rendahnya perdagangan minyak dunia.
Meski begitu, permintaan yang goyah bukanlah satu-satu alasan mengapa pasar minyak lesu meskipun stok minyak terhambat akibat macet di Terusan Suez.
Penurunan penjualan minyak sudah terjadi dalam waktu lama.
Tercatat, pengiriman minyak dari Timur Tengah ke Eropa jatuh ke angka 2.1 juta barel seharinya tahun 2019 dari sebelumnya 3.8 juta barel sehari dalam 20 tahun sebelumnya, menurut angka BP Plc.
Tahun lalu angka penjualan juga terjun drastis, setelah produksi 10 juta barel sehari dipotong oleh anggota OPEC dan sekutunya, termasuk Rusia.
Data pelacakan kapal dari Bloomberg tunjukkan aliran langsung minyak dari Teluk Persia, didominasi oleh Arab Saudi, Irak, dan Kuwait, menuju Eropa dan Kanada.
Data tersebut menunjukkan secara rata-rata hanya ada pengiriman 460 ribu barel sehari sejak pengurangan produksi diterapkan Mei kemarin.
Volume tambahan minyak Timur Tengah didorong dari tangki penyimpanan di pantai Mediterania Mesir dan hanya dalam skala kecil saja.
Negara-negara itu juga memiliki alternatif selain Terusan Suez jika mereka ingin menggunakannya.
Arab Saudi dan Kuwait dengan Uni Emirat Arab, Qatar dan Mesir, bersama-sama memiliki pipa Sumed yang dapat memompa 2,5 juta barel minyak mentah per hari dari Laut Merah ke Mediterania di seluruh Mesir.
Aliran di sepanjang pipa ini sedikit melambat ketika terjadi pengurangan produksi OPEC+ dan ada kapasitas yang cukup untuk meningkatkannya sekarang, membantu menghindari kemacetan Suez.
Adanya jalur pengiriman lain dan juga stok minyak global masih menjaga harga minyak bumi tetap lesu meskipun kemacetan Terusan Suez bisa berlangsung berminggu-minggu.
Sehingga alih-alih harga minyak, kecelakaan ini justru akan berdampak besar pada biaya menyewa kapal untuk membawa minyak.
Ingin mendapatkan informasi lebih lengkap tentang panduan gaya hidup sehat dan kualitas hidup yang lebih baik?Langsung saja berlangganan Majalah Intisari. Tinggal klik di sini