Penulis
Intisari-online.com -Sempat tegang di tahun 2020 lalu, hubungan Tiongkok dan Filipina membaik lagi pada pertengahan Juli 2020.
Dikutip dari Nikkei Asian Review, China dan Filipina telah bergerak untuk meredakan ketegangan setelah percekcokan verbal terakhir mereka, atas keputusan arbitrase 2016 yang menolak klaim teritorial Beijing di Laut China Selatan.
Kedua negara sempat mengadakan pertemuan teleconference yang dihadiri diplomat kedua negara atas permintaan Menteri Luar Negeri China, Wang Yi.
"Kedua pihak menegaskan kembali bahwa isu-isu maritim yang kontroversial bukanlah puncak hubungan bilateral Filipina-China," kata Kementerian Luar Negeri Filipina dalam sebuah pernyataan, pada Rabu (15/7).
Pertemuan antara Wang dan Menteri Luar Negeri Filipina Teodoro Locsin berlangsung sekitar satu jam.
Filipina mengatakan kedua belah pihak sepakat untuk terus mengelola masalah-masalah yang menjadi perhatian bersama dan mempromosikan kerja sama maritim dalam konsultasi persahabatan sambil menyetujui untuk memperkuat kerja sama strategis komprehensif kedua negara.
Namun sepertinya hubungan baik kedua negara ini kembali rusak.
Filipina dibuat murka oleh China yang mengirimkan ratusan kapal ke Laut Filipina Barat.
Melansir express.co.uk, pasukan 220 kapal China terlihat berlabuh di Karang Whitsun pada 7 Maret.
Hal itu menggegerkan Filipina, karena wilayah yang bersangkutan sedang tegang.
Keluhan dikirim ke China pada 22 Maret, menyebutkan "kehadiran yang mengancam" dari kapal-kapal China dan menuntut agar segera China segera pergi.
Menteri Luar Negeri Filipina mengatakan: "Penyebaran yang berlanjut, kehadiran tersembunyi dan aktivitas kapal-kapal China mengganggu kedaulatan Filipina.
"Kehadiran mengancam mereka menimbulkan atmosfer ketidakstabilan."
Kedutaan China di Manila menolak tuduhan itu, mengklaim kapal-kapal itu hanya mencari perlindungan dari lautan yang ganas.
Dalam pernyataan mereka, China menulis: "Tidak ada militan maritim China seperti yang dituduhkan.
"Spekulasi apapun seperti itu tidak membantu apapun selain menyebabkan masalah yang tidak diperlukan."
Hua Chunying, juru bicara untuk Kementerian Luar Negeri China, menambahkan jika Karang Whitsun adalah bagian dari Kepulauan Spratly yang mana China mengklaim punya kedaulatan atas kepulauan tersebut.
Hua mengatakan: "Baru-baru ini, karena kondisi laut, beberapa kapal penangkap ikan berlindung dari badai di dekat Karang Whitsun.
"Kurasa itu sangat normal dan kuharap semua pihak dapat melihat masalah ini dengan rasional."
Menteri Pertahanan Filipina, Delfin Lorenzana, menyebut kehadiran pasukan China sebagai sebuah "provokasi untuk memiliterisasi wilayah."
Ia menambahkan, "Penyebaran yang berlanjut, dan kehadiran tersembunyi dan aktivitas kapal-kapal China mengancam kedaulatan Filipina.
"Kehadiran mereka yang mengancam menyebabkan atmosfer ketidakstabilan dan pelanggaran komitmen China untuk menciptakan perdamaian dan stabilitas wilayah."
Lorenzana menambahkan jika kapal-kapal itu masuk sampai Zona Ekonomi Eksklusif Filipina (ZEE), yang mana masuk hak Filipina untuk menambang sumber daya alamnya.
Ketegangan telah berlangsung bertahun-tahun saat banyak negara di wilayah itu telah mengklaim berbagai pulau kaya sumber daya berukuran kecil lain.
China sendiri malah mengklaim lebih dari 90% Laut China Selatan, yang menyebabkan ketegangan politik dengan Filipina, Brunei Darussalam, Malaysia, Vietnam dan Taiwan.
Ingin mendapatkan informasi lebih lengkap tentang panduan gaya hidup sehat dan kualitas hidup yang lebih baik?Langsung saja berlangganan Majalah Intisari. Tinggal klik di sini