Find Us On Social Media :

Jika Tak Punya Rumah Tinggal Minta ke Rajanya, Ini Fakta-fakta Mengejutkan Negara Pemilik Militer Paling Lemah di Dunia yang Satu Ini

By Khaerunisa, Selasa, 23 Maret 2021 | 21:10 WIB

ilustrasi militer paling lemah di dunia

Intisari-Online.com - Bhutan masih menjadi militer paling lemah di dunia, kini menempati peringkat ke-140 dari 140 negara dalam daftar Global Firepower 2021.

Power Index negara ini semakin menjauhi nilai sempurnya. Sebelumnya, Bhutan memiliki Power Index 10,1681 (0,0000 dianggap 'sempurna'), namun kini tercatat ia memiliki Power Index 23.2577.

Personel militer negara yang terhimpit konflik India dan China ini tercatat tidak bertambah, yaitu sebanyak 7.000, tanpa personel cadangan. Begitu pula persenjataannya di berbagai sektor.

Bhutan hanya memiliki 2 helikopter, 25 kendaraan lapis baja, dna tidak memiliki aset di sektor laut.

Baca Juga: Malaysia Tak Masuk Daftar Ini, Peringakat Berapa Indonesia? Terbaru! Ini 5 Militer Paling Kuat di Asia Tenggara

Bahkan, dalam hal keuangan, tercatat anggaran pertahanan Bhutan menurun, kini hanya $ 19.1 Juta.

Namun ternyata, meski militernya paling lemah di dunia dengan anggaran pertahanan yang minim, konon tidak ada orang yang kehilangan tempat tinggal di negara miskin tersebut.

Tidak ada orang yang tinggal di jalanan. Karena jika seseorang kehilangan rumah, mereka hanya perlu pergi ke Raja.

Raja memberi mereka sebidang tanah di mana mereka dapat membangun rumah dan menanam sayuran.

Baca Juga: Diduga Jadi Andalan Dewa Kipas Kalahkan GothamChess, 'Senjata' Ini Ternyata Pernah Bikin Pecatur Terbaik Sepanjang Masa Senewen Bukan Kepalang

Bukan hanya itu saja fakta mengejutkan Bhutan, berikut ini berbagai fakta-fakta Bhutan dan penduduknya:

1. Kebahagiaan nasional secara resmi diukur

Orang Bhutan menganggap kebahagiaan dengan sangat serius.

Terlepas dari kenyataan bahwa Bhutan adalah salah satu negara paling kurang berkembang di Asia, pemerintah masih memprioritaskan Kebahagiaan Nasional Bruto (GNH) daripada Produk Domestik Bruto (PDB) karena dipahami bahwa menjadi lebih kaya tidak berarti lebih bahagia.

GNH diciptakan oleh Jigme Singye Wangchuck, raja keempat Bhutan pada tahun 1972 karena ia ingin mengembangkan ekonomi bangsa secara berkelanjutan.

Tidak seperti PDB, GNH menekankan pentingnya hidup selaras dengan alam dan nilai-nilai tradisional.

Ia memiliki empat pilar: pembangunan sosio-ekonomi yang berkelanjutan dan berkeadilan, pelestarian lingkungan, pelestarian dan promosi budaya, dan pemerintahan yang baik.

Perserikatan Bangsa-Bangsa memperkenalkan gagasan ini pada tahun 2011, mendorong negara-negara anggotanya untuk mengikuti contoh Bhutan.

Baca Juga: Mengira Hanya Rumah Bobrok Biasa, Pembeli Ini Malah Untung Besar Berkat Guyuran Hujan, Harga Rumah Ini Melejit 10 Kali Lipat, Setelah Rahasia Ini Terungkap

2. Pendidikan gratis

Meskipun merupakan negara miskin, Bhutan memberikan pendidikan dasar dan perawatan kesehatan gratis untuk semuawarganya.

Pendidikan dianggap sebagai hak dasar bagi rakyatnya dan penting untuk mencapai tujuan sosial, budaya dan ekonomi bangsa.

Pemerintah tidak memungut biaya sekolah dan bahkan menyediakan alat tulis dan buku pelajaran gratis untuk anak- anak pedesaan.

Tingkat melek huruf telah meningkat secara signifikan selama beberapa dekade terakhir.

Bahasa Inggris juga diajarkan di sebagian besar sekolah.

Baca Juga: Jadi Tantangan Tersendiri, Menyelam Saksikan Kuburan Pesawat Pembom Perang Dunia II yang Ditemukan Setelah 76 Tahun di Truk Lagoon dengan Bom dan Ranjau yang Masih Aktif

3. Perawatan kesehatan gratis

Selain pendidikannya, orang Bhutan menikmati layanan perawatan kesehatan dasar di rumah sakit atau klinik kesehatan.

Akibatnya, angka kematian bayi menurun dan angka harapan hidup meningkat dalam beberapa tahun terakhir.

Pada 2016, Bhutan memiliki harapan hidup 70, 20 tahun lebih tinggi dari tetangganya India (68,56 tahun).

4. Bhutan mengadopsi kebijakan "Pariwisata Bernilai Tinggi, Berdampak Rendah"

Orang Bhutan tahu bahwa pariwisata tanpa batas dapat memengaruhi lanskap dan budaya unik mereka, sehingga mereka mengambil pendekatan berkelanjutan untuk pengembangan pariwisata.

Ini disebut "Pariwisata Bernilai Tinggi, Berdampak Rendah".

Untuk mengunjungi Bhutan, wisatawan internasional (kecuali warga negara India) diharuskan membayar biaya minimum.

Ini adalah US $ 200 per orang per malam selama musim sepi (bulan Januari, Februari, Juni, Juli, Agustus dan Desember) dan US $ 250 per orang per malam selama musim ramai (bulan Maret, April, Mei, September , Oktober dan November).

Ini menjadikan Bhutan salah satu tujuan paling eksklusif; turis tidak mungkin bepergian dengan murah dan mereka tidak akan menemukan perjalanan hemat ala backpacker di kerajaan ini.

Inilah alasan mengapa jumlah turis tidak tinggi. Biaya harian minimum mencakup hampir semuanya; akomodasi, makanan.

Baca Juga: Inilah Penemuan yang Diklaim Bisa Mengguncang China, 500 Barang Kuno Ini Diyakini Menyimpan Informasi Masa Lalu Soal China, Membuatnya Bisa Menulis Ulang Sejarah China

5. Pertama dan Satu-atunya negara dengan karbon negatif

Bhutan bukan hanya salah satu negara paling bahagia di dunia, tetapi juga salah satu negara paling hijau.

Lebih dari 70% negara ditutupi oleh hutan.

Konstitusi mensyaratkan bahwa setidaknya 60% dari lahan tetap berhutan untuk generasi mendatang.

Bhutan adalah negara pertama di dunia dengan kewajiban konstitusional khusus pada warganya untuk melindungi lingkungan.

Sementara banyak negara lain bekerja keras untuk mengurangi emisi karbon, Bhutan sudah netral karbon dan bahkan negatif karbon.

Faktanya, kerajaan ini adalah negara pertama dan satu-satunya negara dengan karbon negatif di dunia.

Artinya, orang-orang dapat menikmati alam yang masih asli saat bepergian melintasi negara yang indah ini.

6. Tidak ada orang yang kehilangan tempat tinggal

Di Bhutan, tidak ada orang yang tinggal di jalanan.

Jika seseorang kehilangan rumah, mereka hanya perlu pergi ke Raja, maka Raja akan memberi mereka sebidang tanah di mana mereka dapat membangun rumah dan menanam sayuran.

Baca Juga: Pertama Melesat sebelum Olimpiade Tokyo 1964 Dimulai, Ini yang Terjadi di Hari Bersejarah Ketika Kereta Api Supercepat Pertama di Dunia Diluncurkan

7. Memikirkan kematian hingga 5 kali dalam sehari

Meski terkenal sebagai tempat paling bahagia di Bumi, budaya di Bhutan mendorong orang-orangnya harus memikirkan kematian hingga 5 kali dalam sehari.

Fakta sains bahwa kematian mengancam secara psikologis, tetapi ketika orang-orang merenungkannya, sistemnya secara otomatis mulai mencari pikiran-pikiran bahagia.

Ada dua alasan mengapa orang-orang Bhutan tidak takut pada kematian dan bahkan memandangnya sebagai rahasia kebahagiaan sejati.

Pertama, di kerajaan kecil ini risiko kematian ada di sekitar mereka. Banyak cara untuk menemui ajal.

Kedua, orang Bhutan percaya pada konsep reinkarnasi.

Mereka bersahabat dengan kematian hanya karena asumsi bahwa mereka akan mendapatkan kesempatan lain untuk hidup.

Akrabnya orang-orang Bhutan dengan kematian juga didukung dengan adanya gambar kematian, terutama dalam ikonografi Budha di sudut negara itu.

Baca Juga: Tak Heran Rusia Andalkan Jet Sukhoi Su-27 untuk Cegat Pesawat AS dan Sekutunya, Rupanya Jet Tempur Ini Terbaik saat Perang Dunia yang Khusus Diciptakan untuk 'Sterilkan' Langit Eropa dari Pesawat NATO

(*)

 

Ingin mendapatkan informasi lebih lengkap tentang panduan gaya hidup sehat dan kualitas hidup yang lebih baik? Langsung saja berlangganan Majalah Intisari. Tinggal klik di https://www.gridstore.id/brand/detail/27/intisari