Penulis
Intisari-Online.com - Perbandingan kekuatan militer China dan India saat ini masih menunjukkan militer China mengungguli militer India.
Menurut statistik Global Firepower 2021, saat ini China berada di peringkat ke-3 untuk total kekuatan militernya, sedangkan India tepat berada di bawahnya.
Meski hanya tertinggal satu peringkat dari China, namun perbedaan itu tetap 'berarti', terlebih konflik keduanya terus berlangsung.
Panasnya konflik perbatasan antara China dan India sempat menemui puncaknya pada pertengahan tahun 2020, dengan dilaporkan bentrokan di perbatasan memakan korban puluhan tentara India meski terjadi tanpa senjata api.
Sementara jika melihat persenjataan militernya, China menunjukkan keunggulan dari India di berbagai sektor,seperti apa?
Di sektor udara, China memiliki 1.200 pesawat tempur, sementara India hanya 542. Begitu juga dengan pesawat serangan khusus, milik China berjumlah 371, sedangkan India hanya 130.
Helikopter serang milik China pun lebih banyak, yaitu 327, sedangkan India hanya 37.
Tapi untuk pesawat angkutan dan pelatihan, selisihnya tak mencolok. Pesawat angkutan China sebanyak 264, sedangkan India 251. Dan pesawat pelatih, China 405, sedangkan India 345.
Untuk helikopternya, China tercatat memiliki 902 unit, sedangkan India 775.
Beralih ke sektor laut, perbandingan yang cukup mencolok juga tampak pada peralatan tempur sektor ini. China mempunyai 50 kapal perusak, sedangkan India tercatat memiliki 10.
Jika keduanya terlibat serangan di bawah laut, China dengan 79 kapal selamnya, mengungguli jumlah kapal selam India yang jumlahnya 17.
Keduanya sama-sama memiliki kapal Induk, China berjumlah 2, sedangkan India 1.
Baca Juga: Peduli Tubuhmu; 20 Makanan Terbaik untuk Kesehatan Pencernaan
Kemudian China memiliki 72 kapal fregat, 502 mine warfare, dan 123 patroli pantai. Dibanding India yang memiliki 23 kapal fregat, 246 mine warfare, dan 139 kapal patroli pantai.
Bagaimana dengan kekuatan darat? Apakah China masih tetap unggul atas India?
Statistik Global Firepower 2021 masih menunjukkan hal yang demikian.
China memiliki 35.000 kendaraan lapis baja, 1.970 artileri self-propelled, dan 2.250 protektor roket.
Namun untuk artileri lapangan, milik India lebih banyak yaitu 4.040 dibanding milik China yang sebanyak 1.234 unit.
Jumlah peralatan tempur angkatan darat India lainnya yaitu 10.000 kendaraan lapis baja, 100 artileri self propelled, dan 374 proyektor roket.
Itulah perbandingan kekuatan militer China dan India terbaru di di sektor udara, laut, dan darat.
Untuk keuangan, China mempunyai anggaran pertahanan lebih besar yaitu sebanyak 178 miliar dollar AS. Sementara India tercatat memiliki anggaran pertahanan 73,6 miliar dollar.
Meski selisihnya dengan anggaran pertahanan China cukup jauh, namun jumlah tersebut masih membuat militer India jadi yang terkaya ke-3, setelah AS dan China.
Kekuatan militer China saat ini masih sama seperti tahun sebelumnya, mengungguli kekuatan militer India.
Namun, India terus bergerak memperkuat persenjataannya, dengan dua opsi tersedia, apakah akan membeli dari AS atau Rusia.
Terkait hal tersebut, India baru saja menerima kunjungan dari Menteri Pertahanan AS, Lloyd J. Austin.
Melansir sputniknews.com pada Minggu (21/3/2021), selama dua hari pertamanya di New Delhi, Austin bertemu dengan Perdana Menteri India Narendra Modi, Penasihat Keamanan Nasional Ajit Doval, dan mitranya Rajnath Singh.
Ada banyak tujuan atas kedatangan Menteri Austin. Salah satunya mendesak para pemimpin India untuk menghindari pembelian peralatan pertahanan Rusia, termasuk S-400.
Itu harus dilakukan agar negara tersebut bisa menghindari risiko sanksi berdasarkan Bagian 231 dari Undang-Undang Melawan Musuh Amerika Melalui Sanksi (CAATSA).
Kepada wartawan, Austin mengatakan telah menyelesaikan pembicaraan bilateral dengan Menteri Pertahanan India Rajnath Singh.
Namun, Austin menggarisbawahi bahwa sanksi AS terhadap India karena menandatangani kesepakatan senilai 5,43 miliar US Dollar dengan Moskow untuk S-400 sejauh ini 'belum terjadi'.
"Ini karena belum ada pengiriman sistem S-400 yang memicu sanksi," ujarnya.
Batch pertama sistem pertahanan rudal udara diharapkan tiba di India pada akhir tahun ini.
Oleh karenanya, Austin juga mengisyaratkan bahwa Washington berusaha mendorong India agar mau bekerja sama dengan kebijakan luar negeri AS.
Tujuan lain dari kedatangan Menham AS ke India adalah India mengundang AS untuk memanfaatkan kebijakan investasi asing langsung (FDI) di sektor pertahanan.
"Kami berdua sepakat bahwa ada peluang untuk kolaborasi dalam industri pertahanan," kata Menteri Pertahanan India Rajnath Singh.
Selama satu jam diskusi, keduanya berfokus pada kerja sama pertahanan dan keterlibatan militer-ke-militer.
Kunjungan Austin datang seminggu setelah KTT Quad yang diselenggarakan oleh Presiden AS Joe Biden, yang dihadiri oleh Perdana Menteri Narendra Modi.
(*)
Ingin mendapatkan informasi lebih lengkap tentang panduan gaya hidup sehat dan kualitas hidup yang lebih baik?Langsung saja berlangganan Majalah Intisari. Tinggal klik disini