‘Tidak Percaya Covid-19 dan Sains’ Presiden Tanzania ini Meninggal, Diduga Terinfeksi Virus Corona, Padahal Sempat Klaim Bebaskan Warganya dari Virus Ini Melalui Doa

K. Tatik Wardayati

Penulis

Tak percaya adanya Covid-19 dan sains, presiden Tanzania ini meninggal, diduga terinfeksi virus corona.

Intisari-Online.com – Meski sudah satu tahun pandemi virus corona melanda dunia, masih ada saja yang tidak mempercayai adanya virus Covid-19 ini.

Karena tidak percaya adanya virus tersebut, maka banyak pula warga yang tidak mematuhi protokol kesehatan, seperti memakai masker, salah satunya.

Pemimpin oposisi utama Tanzania Tundu Lissu mengatakan Presiden Tanzania John Magufuli meninggal akibat terinfeksi virus corona (Covid-19) pada Rabu lalu.

Tanzania pun berduka atas kematian Magufuli, negara itu mengibarkan bendera setengah tiang selama 14 hari masa berkabung.

Baca Juga: Luar Biasa! Awalnya Digunakan untuk Pengobatan Kanker, Ilmuwan Medis Israel Ini Berhasil Temukan Obat Efektif untuk Basmi Virus Covid-19 yang Menular

Namun Wakil Presiden Tanzania menegaskan bahwa Magufuli meninggal akibat komplikasi jantung.

Dikutip dari laman Africa News, Jumat (19/3/2021), kematian Magufuli ini terjadi setelah berminggu-minggu tidak ada kepastian mengenai kondisi kesehatannya.

Selain itu, muncul kabar bahwa dirinya terinfeksi Covid-19 namun tidak mempercayai apa yang dialaminya sendiri.

Ada kabar pula yang menyebut kondisi Magufuli memburuk karena tekanan yang meningkat dari pemerintahannya yang membutuhkan penjelasan mengenai ketidakhadirannya selama hampir tiga minggu dari pandangan publik.

Baca Juga: Pernah Rasakan Kehilangan Penciuman Akibat Paparan Covid-19? Begini Cara Mudah Pulihkannya!

Saat ucapan belasungkawa terus disampaikan berbagai negara, pemimpin oposisi utama Tanzania Tundu Lissu menggambarkan kematian Magufuli sebagai 'keadilan puitis'.

Lissu bersikeras mengatakan bahwa sumber yang ia yakini menyampaikan Magufuli 'telah menyerah' pada Covid-19.

"Magufuli meninggal karena corona, itu satu. Nomor dua, Magufuli tidak meninggal malam ini. Saya memiliki informasi dari sumber yang pada dasarnya sama, yang mengatakan kepada saya bahwa ia sakit parah, saya memiliki informasi bahwa Magufuli telah meninggal sejak Rabu pada minggu lalu," kata Lissu kepada KTN News Kenya.

Lissu berbicara dari Belgia, negara di mana dirinya diasingkan.

"Apa yang harus saya katakan lagi? Ini adalah keadilan puitis. Presiden Magufuli menantang dunia dalam perjuangan melawan corona, ia menentang sains (Ilmu pengetahuan) dan apa yang telah terjadi, terjadilah, ia terserang corona," tegas Lissu.

Beberapa orang pun ditangkap pada minggu ini karena menyebarkan desas-desus tentang kesehatan Magufuli di media sosial.

'Tidak Ada Covid-19'

Magufuli telah meremehkan dampak pandemi Covid-19, mengklaim Tanzania telah 'membebaskan diri' dari Covid-19 melalui doa.

Ia juga menolak menerapkan kebijakan sistem penguncian (lockdown) atau tindakan apapun seperti memakai masker.

Baca Juga: ‘Kita Semua Bisa Melanjutkan Hidup’ Kisah Pilot dan Pramugari yang Banting Setir Akibat Pandemi Virus Covid-19

"Makanya kita semua tidak memakai masker di sini. Anda kira kami tidak takut mati? Kami tidak pakai masker karena tidak ada Covid-19 di sini," kata Magufuli.

Namun ia kemudian mengakui bahwa apa yang disebutnya sebagai 'penyakit pernapasan' itu masih menyebar hingga saat ini.

Selama ini, banyak pejabat Tanzania yang meninggal namun sering kali tidak menyebutkan penyebab kematian mereka.

Diantara mereka, Wakil Presiden pertama nusantara semi-otonom Zanzibar, Seif Sharif Hamad, yang meninggal pertengahan Februari lalu, disebut terinfeksi Covid-19.

Mirisnya, Tanzania bahkan belum mempublikasikan data tentang virus corona sejak April 2020.

Sebelumnya,Menteri KesehatanTanzaniaDorothy Gwajima pada bulan lalu mengadakan konferensi pers yang mendemonstrasikan cara membuat smoothie menggunakan campuran jahe, bawang, lemon dan lada.

Menurutnya, 'resep minuman' ini dapat membantu mencegah seseorang terinfeksi virus corona (Covid-19).

Ia memang tidak memberikan bukti apapun terkait klaimnya itu, namun menyatakan bahwa negara tersebut tidak memiliki rencana untuk menerima vaksin Covid-19.

Sebaliknya, mereka akan 'bergantung' pada tindakan kebersihan, mengukus ramuan herbal, olah raga, dan 'pengobatan alami'.

Baca Juga: Tahun Baru Mengharuskan Anda Bekerja di Kantor, Begini Cara Mencegah Penularan Virus Covid-19 di Perkantoran, Termasuk Menerapkan Protokol Kesehatan!

Dikutip dari laman Devex, Kamis (11/3/2021), beberapa pekan kemudian, Direktur Jenderal Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) Tedros Adhanom Ghebreyesus mengeluarkan pernyataan yang menyebut tanggapan terhadap Covid-19 diTanzania'semakin memprihatinkan'.

Ia mendesak agar negara tersebut menerapkan langkah-langkah kesehatan masyarakat dan mempersiapkan program vaksinasi.

Meskipun sebelumnya PresidenTanzaniaJohn Magufuli telah membantah adanya Covid-19 di negara itu, namun pada bulan lalu dirinya mengakui bahwa virus itu menyebar dan meminta warganya untuk memakai masker.

Kendati demikian, ia mengimbau warganya untuk lebih 'memanjatkan' doa dibandingkan menerapkan kebijakan sistem penguncian (lockdown) untuk mengatasi krisis akibat pandemi ini.

Bahkan Magufuli juga memperingatkan warganya agar tidak menggunakan vaksin dan menegaskan bahwa' orangTanzania' akan digunakan sebagai 'kelinci percobaan'.

Ada spekulasi yang menyebar saat ini bahwa Magufuli sendiri kemungkinan telah didiagnosis positif terinfeksi Covid-19, setelah dua minggu tidak muncul di depan publik.

Fasilitas COVAX yakni skema yang diinisiasi oleh sejumlah organisasi termasuk WHO telah memastikan akses yang adil bagi negara-negara berpendapatan rendah terhadap vaksin Covid-19.

COVAX pun mulai meluncurkan pengiriman dosis vaksin ke benua Afrika.

Namun belum jelas terkait apa yang akan terjadi di negara-negara yang telah lama menolak keberadaan Covid-19 atau mengklaim telah menyelesaikan masalah tersebut.

Baca Juga: Duh, Teganya! Kisah Ayah yang Tega Bunuh Anaknya yang Tengah Nonton TV Hanya Karena Curiga Sang Anak Positif Covid-19

Meskipun telah menerima kritik secara luas atas kebijakan 'menampik keberadaan Covid-19',Tanzaniabukan satu-satunya negara di Afrika yang belum tergerak untuk 'menginginkan' vaksin.

Menurut Manajer Area Program untuk Imunisasi dan Pengembangan Vaksin di Kantor Regional WHO untuk Afrika,Dr. Richard Mihigo, ada 4negara yang memenuhi syarat untuk mendapatkan vaksin gratis di bawah instrumen pembiayaan komitmen pasar lanjutan COVAX.

Negara itu meliputiTanzania, Madagaskar, Burundi dan Eritrea.

Namun mirisnya, hingga kini 4 negara itu belum menyelesaikan persyaratan yang diperlukan.

CEO Amref Health Africa, Dr. Githinji Gitahi mengatakan bahwa pola pikir 4 negara itu tentunya tidak hanya akan merugikan warganya saja, namun juga negara tetangga serta dunia.

Menurutnya, negara-negara itu bisa dianggap tidak mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan (sains).

"Sangat disayangkan bagi warganya, sangat disayangkan bagi negara tetangga mereka, dan sangat disayangkan bagi dunia karena secara khusus dapat dikatakan bahwa mereka tidak mengikuti sains," kata CEO Amref Health Africa, Dr. Githinji Gitahi. (Fitri Wulandari)

Baca Juga: ‘Mulai Pagi Hingga Sore Pakai Masker’ Tapi Kok Masih Tertular Virus Covid-19, Begini Penjelasan Ketua Satgas Covid-19 Soal Klaster Perkantoran Tempat Penularan Virus

Ingin mendapatkan informasi lebih lengkap tentang panduan gaya hidup sehat dan kualitas hidup yang lebih baik? Langsung saja berlangganan Majalah Intisari. Tinggal klik di https://www.gridstore.id/brand/detail/27/intisari

Artikel Terkait