Dalam legenda, kapal yang kemudian dikenal dengan nama The Flying Dutchman ini merupakan bagian dari armada kapal milik Perusahaan Hindia Timur Belanda.
Kapal-kapal ini melakukan perjalanan antara Belanda dan Hindia Timur, mengangkut sutra eksotis, rempah-rempah, dan pewarna kembali ke pelabuhan Belanda.
Pada saat pelayaran terakhirnya yang menentukan di tahun 1641, kapten kapal itu adalah seorang Belanda yang bernama Hendrick Van der Decken.
Sang kapten dan krunya menjalani perjalanan keluar yang lancar. Namun, ketika kembali sangat berbeda.
Van der Decken sangat ingin kembali ke Amsterdam secepat mungkin. Jadi dia memutuskan untuk memilih rute yang sesingkat mungkin di sekitar Tanjung Harapan.
Namun, saat kapal mulai mengitari tanjung itu, badai yang menakutkan terjadi. Kru yang ketakutan itu memohon kepada Kapten untuk kembali.
Dalam sebuah versi, pada awalnya Kapten menyadari kesalahannya dan setuju untuk kembali tetapi tidak dapat memutar kapal dan kembali ke pelabuhan.
Selanjutnya, kapten kapal menolak kembali, beberapa mengklaim kaptennya mabuk, bahkan ada yang mengatakan dia gila.
Apapun alasannya, Van der Decken mengabaikan krunya dan membawa The Flying Dutchman langsung ke dalam badai.
Baca Juga: Maritime Salvage Law, Cara 'Legal' Menjadi Bajak Laut dan Memiliki 'Kapal Hantu' Sendiri