Penulis
Intisari-online.com -Setahun berlalu, sejak China kian aktif memancing kerusuhan di Laut China Selatan, kini di tahun 2021 kerusuhan itu rupanya belum usai.
Agenda China masih tetap sama, mempertahankan klaim bersejarah di sebagian besar wilayah perairan Laut China Selatan.
Ditambah lagi, China ingin agar Taiwan kembali menjadi wilayah negaranya.
Terbaru, Januari lalu pasukan coastguard China sudah diberi akses menembaki kapal asing yang memasuki wilayah perairan mereka.
Ada bias dalam peraturan tersebut karena yang dimaksud wilayah perairan China sendiri sangatlah luas jika mematuhi klaim mereka.
Selama setahun ini, belum ada konflik yang benar-benar tegang di Laut China Selatan, terutama yang melibatkan Indonesia.
Meski begitu Indonesia ternyata penuh persiapan meskipun tampaknya tidak terpengaruh.
Salah satunya dengan mempersenjatai pulau Natuna.
Melalui Minimum Essential Force (MEF) alias Kekuatan Pokok Minimum yang terbagi tiga tahap, TNI mulai mendorong maju armada perangnya ke perbatasan antar negara.
Yang paling kentara ialah perkuatan pulau Natuna yang dihuni oleh Batalyon Komposit yang berisi satuan pemukul dari TNI AD, TNI AL, TNI AU.
Anggaran pertahanan Indonesia yang semakin meningkat setiap periodenya berimbas pada belanja alutsista gila-gilaan oleh TNI yang bisa membuat meradang seluruh kawasan.
Setelah pembangunan infrastruktur macam pelebaran dermaga, pembangunan landasan pacu, hanggar dan barak prajurit selesai maka isian 'alat penggebuk' pun mulai disuntikkan ke Natuna.
Alat Utama Sistem Senjata (Alutsista) yang ditempatkan di Natuna pun tak main-main.
Disana disiagakan tiga KRI ukuran besar sekelas Fregat Bung Tomo class dan Korvet Diponegoro class untuk melakukan patroli di perairan Natuna dan laut China Selatan.
Terbaru tentunya korvet kelas Parchim TNI AL yang tanpa diduga ternyata ikutan nimbrung di Natuna.
Sedianya juga akan ditempatkan kapal selam di Natuna untuk menanggulangi aspek peperangan bawah laut.
Belum selesai sampai di situ, rencananya di Natuna juga akan ditempatkan satu skadron pesawat tempur untuk melakukan operasi patroli udara berkemampuan Maritime Strike.
Pesawat tempurnya pun merupakan kelas wahid macam F-16 C/D Block 52ID dan Sukhoi Su-27/30 milik TNI AU.
Masih ada lagi penambahan pasukan elite tiga matra milik TNI yaitu Marinir, Paskhas dan Konstrad.
Di Natuna juga disiagakan berbagai macam radar penjejak agar dapat mengetahui jika ada unsur asing yang menyelonong masuk ke teritori Indonesia tanpa izin bahkan pesawat siluman/jet tempur pun bakal terdeteksi jika mencoba melakukan pelanggaran.
Perkuatan Natuna dimaksudkan sebagai unsur penangkal dengan jargon 'gebuk duluan sebelum masuk' dalam artian cegah dulu jauh di luar sebelum masuk ke teritori Indonesia.
Tentu dijadikannya Natuna sebagai pangkalan militer pemukul terdepan TNI di bagian utara Indonesia membuat banyak negara was-was.
Salah satunya ialah Malaysia yang sudah panik bukan main karena kekuatan TNI di Natuna bisa memenggal/membelah negara mereka menjadi dua bagian.
Posisi Natuna berada di tengah antara Semenanjung Malaysia serta Sabah dan Sarawak.
Maka mau tak mau jika ada pesawat atau kapal laut baik akan dan ke Semenanjung-Sabah & Sarawak, maka harus mendapat clearance dari pihak Indonesia.
Jika Indonesia hendak jahat, bisa saja jalur antara Semenanjung- Sarawak diblokade untuk mengurung salah satu wilayah negara Malaysia itu.
Jika nekat terobos tanpa izin maka siap-siap saja terima akibatnya.
Perkuatan di Natuna masih terus berlanjut dan di sana nantinya akan ditempatkan peralatan tempur kelas satu nan canggih milik TNI untuk menghadapi segala bentuk ancaman yang menganggu kedaulatan Indonesia.
Ingin mendapatkan informasi lebih lengkap tentang panduan gaya hidup sehat dan kualitas hidup yang lebih baik?Langsung saja berlangganan Majalah Intisari. Tinggal klik di sini