Penulis
Intisari-online.com - Pandemi Covid-19 telah mengubah banyak hal besar di dunia ini tanpa terkecuali sekelas geng sekalipun.
Menurut 24h.com.vn, pada Rabu (3/3/21), pengakuan mengejutkan datang dari pemimpin geng Yakuza yang membuka situasi ekonomi kelompoknya di masa pandemi ini.
Dia mengatakan, keuangan Yakuza saat ini anjlok drastis, selama pandemi Covid-19 ini.
Mafia Jepang itu, padahal dikenal sebagai organisasi yang berspesialisasi dalam bisnis haram dan ilegal.
Di antaranya adalah, perdagangan narkoba, perjudian, prostitusi, hingga hiburan malam.
Namun, mereka juga memiliki beberapa jenis binis normal, seperti tempat makan dan beberapa stand yang biasanya dibuka saat festival.
Namun, karena pandemi ini semua acara di tahun baru dan festival ditangguhkan oleh pemerintah.
Terlebih pandemi Covid-19 sampai saat ini tak kunjung mereda membuat bisnis yang dijalankan Yakuza semakin tercekik.
Seorang bos mafia yang tidak disebutkan namanya mengatakan di Daily Shincho, bahwa menghasilkan keuntungan selama pandemi Covid-19 "hampir tidak mungkin".
"Kami punya banyak cara untuk menghasilkan uang, di awal tahun baru membuka warung makan untuk melayani wisatawan yang mengunjungi kuil dan pagoda menghasilkan banyak uang," katanya.
"Tapi tahun ini, karena wabah Covid-19, hampir tidak mungkin untung," kata bos mafia yang meminta tak disebutkan namanya .
"Dibandingkan tahun-tahun sebelumnya, kami hanya menghasilkan sepertiga dari uang biasanya," kataya.
"Tidak banyak warung yang dibiarkan buka karena langkah anti epidemi pemerintah, orang-orang tidak lagi sering berkunjung ke pura seperti dulu," tambah bos mafia itu.
"Kuil Meiji di Tokyo yang memiliki pengunjung paling banyak di tahun baru, juga meminimalkan jam buka," kata bos mafia itu.
Baca Juga: Selama 44 Hari Disekap, Junko Furuta Tak Dibiarkan Sedetikpun Tanpa Siksaan Kejam dari Antek Yakuza
"Sampai jam 8 malam tidak ada orang di sini lagi, meskipun sekarang jam sibuk," katanya hanya bisa pasrah.
Karena pengaruh wabah Covid-19, Taman Ueno di Tokyo juga membatalkan festival bunga sakura tahunannya.
Ini adalah salah satu festival bunga sakura terbesar di Jepang dan merupakan waktu untuk "menghasilkan uang" bagi geng mafia.
Selain itu, model bisnis mafia Jepang lainnya juga terpengaruh. Banyak dari anggota kami yang sudah tua dan rentan terhadap infeksi Covid-19.
Akibatnya, beberapa geng membatalkan pertemuan tahunan mereka, membatalkan pesta, dan menghindari pertemuan tatap muka jika tidak diperlukan.
Mei lalu, Sky News melaporkan sejumlah geng mafia Jepang ikut serta dalam penipuan yang melibatkan Covid-19.
Mereka menaikkan harga obat untuk mengimbangi penurunan pendapatan akibat pandemi.