Belum Selesai Pandemi Covid-19, Mutasi Virus Corona B.1.1.7 Masuk ke Indonesia, Perlukah Perlindungan Ekstra untuk Itu, Kenali Fakta-fakta tentang Mutasi Virus Ini!

K. Tatik Wardayati

Penulis

ilustrasi - virus corona.

Intisari-Online.com – Belum juga selesai pandemi virus Covid-19, rupanya virus ini bermutasi.

Mutasi virus corona ini rupanya lebih menular, seperti sebelumnya yang telah teridentifikasi di Inggris pada November 2020.

Dan, mutasi virus corona asal Inggris atau B.1.1.7 sudah masuk ke Indonesia.

Informasi itu diumumkan oleh Wakil Menteri Kesehatan RI Dante Saksono Harbuwono bertepatan dengan satu tahun pandemi Covid-19 masuk ke Tanah Air.

Baca Juga: Pantas Saja Penyebarannya Semakin Menjadi-jadi Bahkan Tak Terbendung, Ternyata Ada Ratusan Mutasi Virus Corona Bermunculan di Seluruh Dunia, Ahli Tak Bisa Berbuat Apa-apa

"Kita menemukan mutasi B.1.1.7 UK di Indonesia, ini fresh from the oven baru tadi malam ditemukan dua kasus," kata Dante dalam acara "Inovasi Indonesia untuk Indonesia Pulih Pasca Pandemi", Selasa (2/3/2021).

Adapun mutasi virus corona B.1.1.7 ini diketahui lebih menular hingga 70 persen dibandingkan varian awal SARS-CoV-2 yang ditemukan di Wuhan, China.

Berdasarkan publikasi Kesehatan Publik Inggris, mutasi B.1.1.7 meningkatkan penularan dibandingkan dengan varian yang beredar sebelumnya dan telah menyebar dengan cepat menjadi varian yang dominan di Inggris.

Beberapa negara lain juga sudah melaporkan penemuan kasus dari mutasi virus ini, termasuk Singapura, India, Malaysia, dan Korea Selatan.

Baca Juga: Pantas Dijuluki 'Wuhan Kedua', Ternyata Ada 2 Mutasi Virus Corona Baru di Kota Surabaya, Diklaim Menyebar 10 Kali Lebih Cepat

Di beberapa negara, varian ini sudah menjadi strain yang dominan.

Bahkan, menurut WebMD, strain ini berlipat ganda setiap 10 hari di Amerika Serikat.

Fakta lainnya, sebuah studi pracetak dari London School of Hygiene and Tropical Medicine yang dikutip Prevention memperkirakan, varian B.1.1.7 56 persen lebih menular daripada strain SARS-CoV-2.

Studi lainnya yang dilakukan oleh Imperial College London menemukan bahwa tingkat reproduksi virus untuk strain ini adalah 1.45, sedangkan varian sebelumnya adalah 0.92.

Perlukah perlindungan ekstra?

Beberapa data mengungkapkan bahwa mutasi virus corona B.1.1.7 lebih menular.

Namun, apakah kita perlu perlindungan tambahan?

Seharusnya, kemunculan varian baru ini tidak perlu membuat kita panik, tetapi menjadi pengingat untuk menerapkan protokol kesehatan secara lebih ketat.

Apakah selama ini kita sudah memakai masker dengan tepat?

Baca Juga: Sudah Ada di Indonesia Sejak Maret dan 10 Kali Lebih Menular, Ini 6 Fakta Mutasi Virus Corona D614G, Vaksin Mungkin Tak Efektif

Sudah disiplin mencuci tangan, menjaga jarak, dan menjauhi kerumunan? Cobalah kembali mengevaluasi kepatuhan diri kita.

"Rekomendasi kesehatan masyarakatnya tetap sama," kata asisten profesor kedokteran penyakit menular dari Baylor College of Medicine di Houston, Prahit Kulkarni, MD.

Jika ingin menggunakan perlindungan tambahan, terutama di tempat-tempat berisiko tinggi seperti kendaraan umum atau antrean supermarket, para pakar termasuk Direktur Institut Nasional Alergi dan Penyakit Menular, Anthony Faucy, MD menyarankan untuk menggunakan masker ganda.

Kita bisa memilih masker bedah atau N95, kemudian menggunakan masker lainnya sebagai lapisan luar, atau bisa pula menggunakan face shield pada lapisan luarnya.

Namun, pada akhirnya, pakar penyakit menular dari University at Buffalo di New York, Thomas Russo, MD mengatakan, kita harus menyesuaikan respons kita dengan kemungkinan munculnya variasi lain di masa depan.

Oleh karena itu, lakukan perlindungan optimal sebisa mungkin.

"Saat Anda memiliki kesempatan untuk mendapatkan vaksin, penting bagi Anda untuk melakukannya demi melindungi diri Anda dan orang-orang di sekitar Anda," ucapnya. Lantas, apa itu mutasi virus corona B.1.1.7?

Melansir dari kompas.com, berikut fakta seputar mutasi virus corona B.1.1.7 yang sudah masuk ke Indonesia:

Baca Juga: Pantas Penyebarannya Semakin Menjadi-jadi, Ternyata Ditemukan Mutasi Virus Corona Baru di Indonesia, 'Lebih Ganas dan Jauh Lebih Menular'

1. Deteksi metode WGS

Dante menjelaskan bahwa temuan dua kasus mutasi B117 ditemukan dari hasil pemeriksaan terhadap 462 sampel menggunakan metode pengurutan genom atau Whole Genome Sequence (WGS), yang telah dilakukan selama beberapa bulan terakhir.

Dilansir dari Pusat Kontrol dan Pencegahan Wabah (CDC), WGS merupakan prosedur laboratorium yang menentukan urutan basa dalam genom suatu organisme dengan satu proses.

WGS membantu menghubungkan suatu kasus yang diteliti, dengan kasus lainnya sehingga wabah dapat dideteksi dan diselesaikan lebih cepat.

Dante mengatakan, dengan adanya temuan dua kasus yang terkait dengan mutasi B.1.1.7 ini, maka Indonesia akan menghadapi pandemi Covid-19 dengan tingkat kesulitan yang semakin berat.

2. Nama B.1.1.7

Ketua Satgas Covid-19 Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Prof dr Zubairi Djoerban mengungkapkan, penamaan B.1.1.7 atau VUI 202012/01 adalah nama varian virus corona yang merebak di Inggris.

"VUI singkatan dari Variant Under Investigation (VUI) tahun 2020, bulan 12, varian 01," ujar Zubairi seperti diberitakan Kompas.com, 30 Desember 2020.

Lembaga Kesehatan Publik Inggris melakukan investigasi berkelanjutan untuk varian ini ditetapkan sebagai VUI 202012/01 atau B.1.1.7.

Baca Juga: Covid Hari Ini 22 Agustus 2019: Waspada! 4 negara ASEAN Deteksi Virus Corona yang 10 Kali Lebih Menular

Varian ini ditinjau ulang dan ditetapkan pada 18 Desember 2020.

3. Lebih menular

Mutasi virus corona B.1.1.7 ini diketahui lebih menular hingga 70 persen dibandingkan dengan varian awal SARS-CoV-2 yang ditemukan di Wuhan, China.

Negara-negara lain juga telah melaporkan penemuan kasus dari varian baru virus corona ini seperti Singapura, India, Malaysia, hingga Korea Selatan.

Berdasarkan publikasi Kesehatan Publik Inggris, mutasi B.1.1.7 telah meningkatkan penularan dibandingkan dengan varian yang beredar sebelumnya dan telah menyebar dengan cepat menjadi varian dominan di Inggris.

Kepala Penasihat Ilmiah Pemerintah, Sir Patrick Vallance menuturkan, para ilmuwan telah mengidentifikasi 22 perubahan dalam kode genetik varian yang membuatnya lebih mudah menular.

4. Replikasi di tenggorokan

Replikasi adalah kemampuan virus untuk memperbanyak diri.

Mutasi virus corona B.1.1.7 disebutkan lebih menular disebabkan karena varian virus corona ini mengalami replikasi lebih cepat di dalam tenggorokan.

Baca Juga: Sudah Menyebar di Malaysia, Filipina dan Singapura, Mutasi Virus Corona D614G Kini Serang Myanmar, Pemerintah Lakukan Langkah Darurat Ini

Sebuah studi yang dilakukan Universitas Birmingham Inggris menemukan, pasien Covid-19 dengan mutasi virus B.1.1.7, mempunyai viral load tinggi.

Adapun viral load yang lebih tinggi dapat menentukan tingkat penularan subjek dan kemampuan virus untuk ditularkan.

5. Gejala

Seperti diberitakan Kompas.com, 29 Januari 2021, sebuah survei yang dilakukan oleh Kantor Statistik Nasional Inggris (ONS) menemukan gejala yang paling banyak dialami dari mutasi virus corona B.1.1.7.

Orang yang terinfeksi Covid-19 dengan mutasi B.1.1.7 lebih merasakan gejala berikut ini dibandingkan varian sebelumnya:

- Batuk

- Sakit tenggorokan

- Kelelahan nyeri otot

Sejumlah ahli menyebut, pergeseran gejala, kemungkinan didorong oleh sifat varian yang lebih menular dan menyebar lebih cepat di tubuh.

Baca Juga: Mutasi Virus Corona di Malaysia Rupanya Hal Sangat Serius, 10 Kali Lebih Menular dari Sars-CoV-2, Ini Dia D614G, Efektifkah Vaksin untuk Ini?

6. Pengaruhnya pada vaksinasi

Saat ini, tidak ada bukti bahwa varian ini menyebabkan penyakit yang lebih parah atau peningkatan risiko kematian.

Meski mutasi virus corona B.1.1.7 memiliki protein lonjakan yang membuatnya lebih menyerang tubuh, tetapi ahli virologi dan pakar kesehatan masyarakat percaya bahwa vaksin yang dikembangkan perusahaan akan tetap efektif melawan varian baru virus corona.

Melansir Kompas.com, 30 Desember 2021, Zubairi mengatakan bahwa tindakan vaksinasi hampir pasti, namun tetap efektif.

Di sisi lain, para ilmuwan terus bekerja untuk mempelajari lebih lanjut tentang varian ini untuk lebih memahami penularan dan meningkatkan perlindungan.

7. Penularan B.1.1.7

Seperti diberitakan Kompas.com, 11 Januari 2021, seorang peneliti Michael Kidd mengatakan, perkembangan riset penularan mutasi B.1.1.7 dapat membantu memberikan penjelasan mengapa virus dapat berkembang biak pada setiap orang yang terinfeksi.

Baca Juga: Gawat, Dideteksi di Negara Tetangga, Mutasi Virus Corona yang 10 Kali Lebih Menular, Seperti Apa?

Akan tetapi, masih belum diketahui secara pasti penyebab virus menyebar dengan cepat.

Kendati demikian, terdapat faktor lain yang berpengaruh maraknya penularan, yaitu perilaku manusia.

Selama pandemi Covid-19, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) berulang kali mengampanyekan protokol kesehatan.

Di Indonesia, kita mengenalnya dengan 3M, yaitu menggunakan masker, mencuci tangan, dan menjaga jarak.

Baca Juga: WHO Beri Kabar Melegakan Dunia, Sebut Virus Corona Tidak Bermutasi Menjadi Lebih Berbahaya

Ingin mendapatkan informasi lebih lengkap tentang panduan gaya hidup sehat dan kualitas hidup yang lebih baik? Langsung saja berlangganan Majalah Intisari. Tinggal klik di https://www.gridstore.id/brand/detail/27/intisari

Artikel Terkait