Penulis
Intisari-Online.com - Virus corona menjadi ancaman yang belum bisa ditangani oleh dunia saat ini.
Bahkan, Kelompok Penelitian Virus Corona dan Formulasi Vaksin dari Professor Nidom Foundation (PNF) menemukan, terjadi mutasi virus corona D614G yang sangat berbahaya.
Asal tahu saja, mutasi D614G adalah jenis virus corona yang 10 kali lebih menular dibanding jenis lain.
Diberitakan, mutasi ini juga sudah terjadi di Indonesia.
Berikut 6 fakta terkait D614G yang telah Kompas.com himpun dari berbagai sumber:
1. Apa itu D614G?
Dilansir Times of India, SARS-CoV-2 adalah jenis virus corona yang menyebabkan penyakit Covid-19.
Virus SARS-CoV-2 ini bermutasi dalam jumlah sangat banyak, hingga ribuan.
Salah satunya adalah D614G.
D614G terletak di dalam protein yang membentuk spike - berupa paku di permukaan virus corona - yang bisa menjadi pintu masuk virus membobol sel kita.
Mutasi ini mengubah asam amino pada posisi 614, dari D (asam aspartat) menjadi G (glisin).
Sehingga disebut D-614-G.
2. Ada di Indonesia sejak Maret 2020
Tim PNF menganalisis seluruh jenis virus corona di Indonesia dari data sekuens genom virus corona yang dimuat di Global Initiative on Sharing All Influenza Data (GISAID).
Mereka menemukan, penyebaran virus corona jenis D614G sudah ada sejak SARS-CoV-2 pertama kali dikonfirmasi di Indonesia.
"Mutasi D614G sudah ada sejak awal virus (corona) itu di Indonesia, sejak Maret 2020."
"Perkiraan saya, sekarang lebih banyak lagi," kata Prof Chairul Anwar Nidom yang merupakan ketua tim riset kepada Kompas.com, Sabtu (29/8/2020).
3. Mutasi D614G terjadi di daerah motif ADE yang dapat meningkatkan masukya virus ke dalam sel
Dari pengamatan yang dilakukan Nidom dan tim, mutasi virus jenis D614G ada di daerah motif Antibody Dependent Enhancement (ADE).
"Yang menjadi pertanyaan tim PNF saat ini, kenapa mutasi itu terjadi pada daerah motif ADE?" ujar Nidom.
Baca Juga: Parah! Pemain Tim Esports Ini Panggil Pemain Lain dengan Sebutan
ADE merupakan desain atau sistem pertahanan dari sebuah virus ketika menjumpai sebuah antibodi di dalam host.
"Jadi begini, ketika virus (corona) ini mengetahui ada antibodi di dalam tubuh seseorang, maka ADE ini berperan untuk menutup antibodi dan antibodi itu justru akan meningkatkan masuknya virus ke dalam sel," paparnya.
"Jadi antibodi malah diajak kolaborasi dengan virus (corona) itu (agar bisa masuk ke sel)."
Nah, di dalam motif ADE tersebut ada jenis virus corona D614G itu tadi.
Baca Juga: Parah! Pemain Tim Esports Ini Panggil Pemain Lain dengan Sebutan
"Sekarang sedang kami analisis ke mana arah virus kalau ada mutasi itu," ujarnya.
4. Paling dominan di dunia
Mutasi D614G merupakan jenis mutasi yang sangat umum ada di Eropa, Amerika Utara, Australia, dan sebagian Asia.
Mutasi ini pertama kali dideteksi di Eropa pada bulan Februari.
Sejak saat itu, jenis ini menyebar dengan cepat dan luas ke berbagai negara.
Ahli biologi komputasi dan ahli genetik Bette Korber mengatakan dalam papernya, mutasi D614G bisa dikatakan paling dominan di dunia karena penyebarannya yang 10 kali lipat lebih tinggi dibanding jenis lain.
Dalam risetnya yang terbit bulan Juli, Korber mengatakan bahwa D614G mampu mendominasi jenis mutasi virus corona di suatu daerah meski ada jenis asli virus di sana.
5. Lebih mudah menyebar tapi disebut tidak mematikan
Dilansir Reuters, Paul Tambyah yang merupakan konsultan senior di National University of Singapore dan Presiden International Society of Infectious Diseases mengatakan bahwa bukti yang ada menunjukkan D614G di beberapa negara sejalan dengan penurunan tingkat kematian.
Paul menjelaskan, ini artinya mutasi D614G kurang mematikan.
"Mungkin mutasi ini lebih menular, tapi tidak terlalu mematikan," kata Paul Tambyah.
Dia menambahkan, sebagian besar virus cenderung kurang ganas ketika bermutasi.
"Virus berkepentingan untuk menginfeksi lebih banyak orang tetapi tidak membunuh mereka karena virus bergantung pada inang untuk makanan dan tempat berlindung," katanya.
6. Vaksin mungkin tak efektif
Ada spekulasi bahwa ilmuwan perlu mengembangkan vaksin Covid-19 sesuai dengan jenis mutasinya.
Namun, sebagian besar vaksin yang dikembangkan didasarkan pada wilayah spike yang berbeda, sehingga hal ini tidak berdampak pada perkembangannya.
Meski mutasi D614G terjadi pada protein spike, mutasi ini tidak mengubah domain pengikat reseptor (RBD) di ujung protein spike.
RBD mengikat reseptor ACE2 pada sel manusia. Itu merupakan target utama dari sistem kekebalan.
Sederhananya, mutasi D614G mengubah protein spike, tetapi tidak mengubah bagian RBD yang kritis untuk pengembangan vaksin.
Sebuah studi WHO di China juga menunjukkan bahwa jenis D614G tetap rentan terhadap netralisasi oleh antibodi yang diisolisi dari pasien yang sembuh.
Di sisi lain, vaksin yang dikembangkan saat ini menargetkan protein spike untuk mencegah virus masuk ke sel.
Namun mengingat jenis D614G yang paling dominan di seluruh dominan, para ahli mengatakan satu vaksin mungkin dapat menangani hal ini.
Penelitian lebih lanjut diperlukan untuk memahami D614G.
(*)
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "6 Fakta Mutasi Virus Corona D614G, Paling Menular dan Dominan di Dunia"