Kisah USS Pueblo, Kapal Angkatan Laut AS yang Ditangkap Patroli Korea Utara dan Para Krunya Hadapi Siksaan Antara Hidup dan Mati, Informasi Rahasia Ini Harus Dihancurkan Agar Selamat

May N

Penulis

Intisari-online.com -Kabar mengejutkan datang dari pengadilan Amerika Serikat.

Melansir france24 dari AFP, pengadilan AS telah menuntut Korea Utara untuk membayar kerusakan yang terjadi pada kru dan keluarga kapal USS Pueblo.

Nama kapal ini jarang didengar, tapi rupanya banyak rahasia mengejutkan yang disimpan USS Pueblo.

Lantas, apa kaitannya dengan Korea Utara?

Baca Juga: Kisah Katherine Gilnagh, Penyintas Tenggelamnya Kapal Titanic Paling 'Santuy', Sementara Kakaknya Sudah Siapkan Liang Lahat

Melansir History, pada 23 Januari 1968, kapal USS Pueblo, kapal mata-mata Angkatan Laut AS, lakukan pengawasan rutin di pantai Korea utara ketika kapal itu kemudian tertangkap radar perahu patroli Korea Utara.

Menurut laporan dari AS, Pueblo berada di perairan internasional hampir 16 mil dari garis pantai.

Namun, Korea Utara menodongkan senjata mereka pada kapal dengan persenjataan minimum dan menuntut para pasukan AS itu menyerah.

Kru kapal berupaya untuk melarikan diri, dan pasukan Korea Utara justru mengobarkan api, melukai kapten kapal dan dua kru lainnya.

Baca Juga: Bangkai Kapal Pengangkut Bijih Mangan Ini Ditorpedo oleh Kapal Selam Jepang Ditemukan di Perairan Australia dalam Keadaan Utuh dan ‘Duduk’ Tegak di Dasar Laut

Dengan penangkapan sudah tidak terhindarkan, kru AS segera mengulur waktu, menghancurkan informasi rahasia di atas kapal.

Beberapa kru lain terluka.

Namun sayang, Pueblo kemudian berhasil diberangus Korea Utara, pasukan negara itu menumpangi Pueblo dan membawanya ke Wonson.

Di sana, penyiksaan pun dimulai.

Baca Juga: Meski Pasukan Darat Korea Utara Punya 6.000 Tank hingga 15.000 Artileri, Benarkah Militernya Kembung, Terbelakang, dan Lumpuh?

Sebanyak 83 anggota kru diikat dan ditutup matanya serta diangkut ke Pyongyang.

Mereka semua dituduh sebagai mata-mata dalam batas teritorial 12 mil Korea Utara, lalu semuanya masuk ke penjara Korea Utara.

Penangkapan ini menjadi krisis terbesar dalam dua tahun ketegangan yang meningkat dan konflik kecil antara AS dan Korea Utara.

Pihak AS mempertahankan argumen jika Pueblo tetap berada di perairan internasional, dan menuntut pelepasan para pelaut tersebut.

Baca Juga: Dikenal Sebagai Negara Komunis, Ternyata Begini Nasib Orang Beragama di Korea Utara, Dikirim ke Kamp Penjara Lalu Digunakan untuk Uji Coba Senjata Berbahaya Ini

Saat itu juga masih dalam ketegangan Perang Vietnam, dengan Serangan Tet berkecamuk 2000 mil ke selatan di Vietnam.

Presiden AS kala itu, Lyndon Johnson tidak memerintahkan pembalasan langsung, meskipun begitu AS mulai saja membangun militer di area tersebut.

Awalnya para kru Pueblo yang ditangkap menolak tuntutan penandatanganan pengakuan palsu.

Mereka mengangkat jari tengah mereka ke kamera dan memberi tahu orang Korea Utara jika hal itu adalah "tanda keberuntungan Hawaii".

Baca Juga: Perangkap Mematikan Viet Cong selama Perang Vietnam: Lubang Ular hingga Bambu Runcing yang Diolesi Kotoran Agar Sebabkan Infeksi

Kondisi berubah mengerikan setelah Korea Utara mengetahui kebenaran, mereka kemudian dihukum dengan cara dipukul, suhu dingin dan kurang tidur.

Akhirnya otoritas Korea Utara mengutarakan pengakuan dan permintaan maaf kepada kapten Pueblo Bucher, yang menyatakan "Aku tidak akan pernah menjadi bagian aksi serangan tidak hormat macam ini."

Seluruh sisa kru juga menandatangani pengakuan mereka diancam siksaan berat.

Para tahanan dibawa ke penjara kedua di desa dekat Pyongyang.

Baca Juga: Kim Jong-un Bisa Hukum Warganya Gara-gara Masalah Sepele, Ini Cerita Kekejaman di Penjara Korea Utara, Napi Dipaksa Minum Air Sungai yang Tercemar Abu Mayat

Di sana, mereka dipaksa belajar bahan-bahan propaganda dan dipukuli karena tidak mematuhi aturan penjara.

Pada bulan Agustus, otoritas Korea Utara memalsukan konferensi berita palsu di mana tahanan memuji perlakuan baik dari Korea Utara, meski begitu tahanan Amerika menggagalkan hal itu dengan memasukkan sindiran dan bahasa sarkastik ke dalam pernyataan mereka.

Beberapa narapidana juga memberontak dalam pemotretan, dan mengacungkan jari tengah dengan santai karena Korea Utara tidak mengerti isyarat tersebut.

Akhirnya, Korea Utara menangkap dan memukuli tahanan itu selama seminggu.

Baca Juga: Bagai Neraka Dunia, Mantan Napi di Penjara Korea Utara Beberkan Teknik Siksaan Merpati di Tengah Aroma Kematian Sehari-hari

Akhirnya pada 23 Desember 1968 negosiator AS dan Korea Utara mencapai penyelesaian untuk menyelesaikan krisis.

AS mengakui adanya intrusi kapal ke wilayah Korea Utara, meminta maaf atas tindakan itu dan berjanji untuk menghentikan tindakan itu di masa mendatang.

Ada satu tahanan yang meninggal dunia, dan 82 kru lain berjalan satu per satu sebrangi "Bridge of No Return" di Panmunjon menuju Korea Selatan.

Mereka menjadi pahlawan dan pulang ke AS saat libur Natal.

Baca Juga: Pemuda Tampan Ini Tidak Pernah Mengira Liburannya Ke Korea Utara Jadi Liburan Terakhirnya Sebelum Meregang Nyawa, Dibunuh dengan Keji Oleh Rezim Kim Jong-Un Hanya Karena Selebaran Ini

Tuntutan AS tapi belum berhenti saat itu.

Pengadilan federal Washington dikabarkan AFP menuntut 1.15 miliar Dollar AS untuk para kru yang selamat dan keluarga mereka.

Tuntutan itu senilai dengan 16 Triliun Rupiah.

Hal ini diklaim AS karena para kru yang selamat pulang dalam kondisi mengerikan.

Baca Juga: Bagai Neraka Dunia, Mantan Napi di Penjara Korea Utara Beberkan Teknik Siksaan Merpati di Tengah Aroma Kematian Sehari-hari

Dampak dari penyiksaan yang dilakukan Korea Utara juga tidak main-main, merusak fisik dan psikologi mereka.

Pertemuan kapal AS dengan pasukan Korea Utara itu sendiri terjadi saat operator Korea Utara memasuki Korea Selatan untuk mencoba membunuh presiden Park Chung-hee.

Upaya itu gagal, tapi ada sejumlah warga Korea Selatan terbunuh.

Dengan ditambah ada kru USS Pueblo yang ditangkap, Korea Selatan kesulitan merespon tindakan Korea Utara secara militer.

Baca Juga: Jadi Dampak Paling Tidak Terduga Atas Perang Dunia Kedua, Perang Korea 'Yang Terlupakan' Justru Tidak Pernah Selesai, Ini Sejarahnya

Kapal Pueblo sendiri kini masih ada di Korea Utara, karena dipertahankan mereka dan dijadikan museum.

Ingin mendapatkan informasi lebih lengkap tentang panduan gaya hidup sehat dan kualitas hidup yang lebih baik?Langsung saja berlangganan Majalah Intisari. Tinggal klik di sini

Artikel Terkait