Jejaknya Disembunyikan Lebih dari Setengah Abad, Inilah Noor Inayat Khan, 'Spy Princess' Muslim India yang Bikin Polisi Rahasia Nazi Banjir Darah saat Mencoba Meringkusnya

K. Tatik Wardayati

Penulis

Noor Inayat Khan

Intisari-Online.com – Lahir di Moskow pada Hari Tahun Baru 1914, Noor Inayat Khan adalah keturunan seorang pangeran India.

Selama Perang Dunia II ia menjadi agen rahasia untuk Eksekutif Operasi Khusus Inggris (SOE) dan merupakan operator nirkabel wanita pertama yang dikirim ke Prancis yang diduduki.

Dia ada di sana untuk membantu Perlawanan Prancis dan pesan yang dia kirim kembali ke Blighty membantu keberhasilan pendaratan D-day.

Operator radio wanita pertama yang dikirim Inggris ke Prancis yang diduduki, dia dikhianati oleh Jerman, dan ditangkap pada tahun 1943.

Baca Juga: Ini Pahlawan Wanita Perang Dunia II dalam Kehidupan Nyata yang Menginpirasi Karakter Film-film Perang, Mata-mata Wanita yang Hidupnya Berakhir dengan Tragis

Noor Inayat Khan adalah mata-mata Inggris selama Perang Dunia II.

Ia seorang wanita keturunan penguasa Muslim abad ke-18, Sultan Tipu dari Mysore, yang tewas di tangan Nazi.

Khan, namanya mungkin tidak terlalu familier di telinga dan peran apa yang telah ia jalankan bersama Inggris, negara yang telah mencengkeram tanah leluhurnya.

Mungkin wajar, karena nama dan jejaknya sempat tidak disebutkan selama beberapa dekade, seperti yang dilansir dari Al Jazeera pada 28 Oktober 2020.

Baca Juga: ‘Saya Hanya Bisa Mati Satu Kali’ Kisah Odette, Mata-mata Wanita Kesayangan Saat Perang Dunia Kedua, Namun Jadi Sasaran dan Penyiksaan Brutal Gestapo

Sosok Khan terungkap turut berperan dalam perjuangan Eropa melawan Nazi, setelah Shrabani Basu, wanita kelahiran Kolkata, India menulis dan merilis buku biografi Khan, "Spy Princess, pada 2006.

Kini, nama Khan telah dihargai lebih pantas.

Pada 2020, Inggris telah menganugerahi Khan Plakat Biru, sebuah penghormatan atas pengorbanannya sebagai Pemimpin Operasi Khusus (SOE) di Perancis.

Sebelumnya, pada 2014, sebuah perangko dikeluarkan untuk menghormatinya.

Pada 2012, patung Khan diresmikan di London oleh Putri Anne untuk menghormati kepahlawanannya dalam perang.

Khan secara anumerta telah dianugerahi George Cross, penghargaan sipil tertinggi Inggris, pada 1949.

Pada 1946 mendpatkan Croix de Guerre Perancis, penghargaan militer yang diberikan oleh Perancis.

Perjuangan Khan sebagai perempuan berdaya dalam memata-matai Nazi di mulai pada 1942, ketika ia bergabung dengan SOE, seperti yang dilansir dari The Better India pada 2017.

SOE adalah organisasi rahasia Perang Dunia II Inggris, yang membantu geraakan perlawnaan lokal, memata-matai musuh, dan menyabotase pengaturan di wilayah yang dikuasai musuh.

Baca Juga: Kisah Krystyna Skarbek; Mata-mata Wanita yang Dijuluki ‘Si Pembunuh Diam-diam’, Namun Ditikam dengan Pisau Komando yang Sering Dibawanya Sendiri Selama Perang

Meski awalnya ia diragukan untuk dapat bergabung dalam SOE, tapi ia dengan cepat menjadi mahir dalam pekerjaan memata-matai. Ia bersemangat untuk menjatuhkan Nazi.

Wanita kelahiran Moskwa pada 1 Januari 1914, Khan memiliki nama kode Madeleine, yang merupakan karakter dari salah satu karya tulisnya.

Sedangkan, kode enkripsi radio yang dia gunakan adalah bersala dari salah satu puisinya.

Pada Juni 1943 saat Khan berusia 29 tahun, ia yang mahir bahasa Perancis diterjunkan ke Paris.

Ia adalah wanita pertama yang ditugaskan menjadi operator radio yang menyamar di Perancis, meski pada masa pelatihan dulu ia seringkali membeku dalam tes interogasi.

Terjun payung ke Perancis dan mendarat di kota Le Mans, Khan menuju ke Paris, di mana dia akan bekerja dengan jaringan perlawanan Perancis, "Prosper".

Hampir sepekan Khan berada di Paris, nasib buruk menimpa tim Prosper.

Hampir semua operator SOE di kota ditangkap dalam upaya sapu bersih oleh Gestapo, polisi rahasia Nazi Jerman.

Bereaksi cepat, Khan entah bagaimana berhasil lolos dari incaran Gestapo, menjadi satu-satunya mata-mata yang tersisa di Paris.

Baca Juga: Lima Mata-mata Wanita Teratas yang Jalankan Misi Paling Berani, dari Profesi Penari Pelacur Eksotis Hingga Operator Radio

Inggris menawarakan ia untuk diekstradisi "balik kanan", tapi putri dari musisi Sufi itu menolak, karena mengetahui betapa pentingnya pekerjaannya.

Apa yang dia lakukan selanjutnya melebihi apa yang diharapkan semua orang darinya, menurut yang disebutkan oleh The Better India.

Selama 3 bulan berikutnya, dia menghindari dan melarikan diri dari Gestapo, mengubah lokasinya dan menyamar hampir setiap hari.

Selama itu, dia terus mengirim pesan sendirian dari seluruh wilayah Paris kembali ke London.

Sayangnya, Khan berhasil ditangkap juga oleh Gestapo melalui agen ganda yang mengkhianatinya.

Namun, bukan tanpa perlawanan. Wanita keturunan India-Amerika ini berusaha keras melawan penculiknya dengan semua kemampuannya untuk memukul, menendang, hingga menggigit.

Butuh 6 Gestapo kekar untuk meringkus Khan.

Tanpa informasi yang bocor

Beberapa jam setelah dipenjara, Khan memberanikan diri melakukan upaya melarikan diri pertamanya, melalui saluran pembuangan saat dia mandi dan meminta petugas menutup pintu tahanannya.

Baca Juga: Kisah Mata Hari yang Menjadi Mata-mata untuk 2 Negara dan Kepalanya Disimpan Setelah Ia Ditembak Mati

Dia gagal karena suara yang membuat petugas curiga. Setelah itu, ia dirantai di sel isolasi dan tanpa henti diintrogasi dengan kekerasan.

Namun, wanita, yang pernah gagal dalam interogasi latihannya, tidak pernah mengungkapkan satu pun informasi.

Hampir 1 tahun ditahan, ia dipindahkan ke kamp konsentrasi Dachau bersama 3 mata-mata lainnya.

Rekan-rekannya dieksekusi segera setelah tiba.

Sementara Noor, disiksa kembali secara brutal, sebelum ia ditembak mati pada 13 September 1944.

Menurut saksi mata, kata terakhirnya adalah "liberte", yang ia teriakan kepada regu tembak Nazi.

"Bagi Noor, ideologi Nazi dan pogrom mereka terhadap orang Yahudi pada dasarnya menjijikkan dan bertentangan dengan semua prinsip kerukunan beragama yang dibesarkan oleh ayahnya," tulis Shrabani di Spy Princess.

Shrabani mengungkapkan, "Dia (Khan) adalah seorang Muslim sejak lahir, tapi dia menyangi seorang pria Yahudi, dan ia merasa terdorong untuk membantu upaya perang."

Namun, wanita ini berpegang pada prinsip intinya yaitu, "non-kekerasan, universalitas agama, memerangi fasisme dan pendudukan", kata Shrabani.

Baca Juga: Mempertanyakan Mata-mata Wanita China yang 'Bermalam' dengan 2 Walikota AS, Digambarkan Sebagai Mahasiswi yang Punya Hubungan 'Tak Biasa' dengan Banyak Politisi

Ayah Khan, Inayat, adalah seorang pengkhotbah tasawuf terkemuka.

Menurut Spy Princess, Inayat sangat percaya pada non-kekerasan dan kesatuan semua agama, konsep yang kemudian diturunkannya kepada Noor saat tumbuh dewasa.

Noor adalah seorang yang sangat percaya pada perjuangan para pejuang kemerdekaan India, seperti Mahatma Gandhi untuk mengakhiri kolonialisme Inggris di anak benua itu.

Baca juga:BREAKING NEWS: Anggota TNI Tewas Ditembak di Cafe Daerah Cengkareng, Total Korban Meninggal 3 Orang, Pelakunya Diduga Oknum Polisi

Disebutkan dalam Spy Princess, dia memberitahu perekrut tentara Inggris (Women's Auxiliary Air Force/WAAF) bahwa begitu perang berakhir, dia mungkin harus mendukung India dari pada Inggris.

“Dia rela berkorban untuk yang tertindas. Meskipun bukan orang Inggris, dia melayani tujuan mereka, dan akan membela kemerdekaan India setelah itu," terang Shrabani. (Shintaloka Pradita Sicca)

Baca Juga: ‘Wanita Sialan Itu Telah Meniduriku Selama Tiga Malam’ Kisah Roald Dahl dan 'The Irregulars', Jaringan Mata-mata Inggris di Amerika tahun 40-an

Ingin mendapatkan informasi lebih lengkap tentang panduan gaya hidup sehat dan kualitas hidup yang lebih baik? Langsung saja berlangganan Majalah Intisari. Tinggal klik di https://www.gridstore.id/brand/detail/27/intisari

Artikel Terkait