Perusahaan itu dulunya dikendalikan oleh empat perusahaan minyak AS yakni Exxon, Chevron, Mobil, dan Texaco.
Yergin mengatakan, Yamani memainkan kartunya dengan sangat hati-hati.
Dia menegosiasikan kesepakatan yang memungkinkan kerajaan mengendalikan perusahaan, yang sekarang dikenal sebagai Saudi Aramco, tanpa mengganggu pelayanan.
"Arab Saudi tidak hanya merebut Aramco dari perusahaan-perusahaan Barat, tetapi juga merundingkan partisipasi ini,” kata Yergin.
“Jadi pada 1980-an, dia memiliki kendali penuh, tetapi juga akhirnya mempertahankan hubungan yang sangat baik dengan perusahaan-perusahaan itu dan memandang mereka untuk teknologi dan bahkan personel,” imbuh Yergin.
Saat ini, Aramco adalah salah satu perusahaan paling menguntungkan di dunia.
Pada tahun 2020 Forbes Global 2000, Saudi Aramco menduduki peringkat sebagai perusahaan publik terbesar ke-5 di dunia.
Saudi Aramco menunjuk Hasan Al-Zahrani sebagai direktur eksekutif sistem tenaga sejak Desember 2020.
(*)