Find Us On Social Media :

Viral Kisah Friedrich Silaban Seorang Nasrani Perancang Masjid Istiqlal, Inilah Rahasia Bawah Tanah Masjid Istiqlal Lorong Rahasia Tempat Pelarian Belanda di Masa Lalu

By Afif Khoirul M, Selasa, 23 Februari 2021 | 16:00 WIB

Masjid Istiqlal zaman dulu.

Intisari-online.com - Masjid Istiqlal adalah bangunan yang cukup monumental di Indonesia.

Masjid ini merupakan proyek mercusuar Presiden Soekarno, yang dirancang oleh Friedrich Silaban yang merupakan seorang nasrani.

Masjid itu didirikan pada 22 Februari 1978, atau 43 tahun lalu, sebagai simbol toleransi antar umat beragama.

Sementara itu, Friedrich adalah seorang nasrani yang dipilih oleh Presiden Soekarno untuk merancang masjid Istiqlal.

Baca Juga: Rencana Pembangunan Masjid Istiqlal Didukung Para Ulama yang Sanggup Siapkan Rp 500.000 dan Akan Ada Sumbangan Kayu serta Genteng, Soekarno: Tidak Cukup!

Pemilihan tersebut berawal dari sayembara tahun 1955, Friedrich memutuskan ikut dengan menggunakan nama samaran.

Misalnya pernah suatu ketika dia menggunakan nama Bhineka Tunggal Ika, kemudian Kemakmuran, lalu untuk Istiqlal dia menggunakan nama Ketuhanan, seperti dikutip dari Kompas.

Hal itu diungkapkan oleh putranya sendiri Panogu Silaban, yang menceritakan kedekatan ayahnya dengan Bung Karno kala itu.

Sebelum ikut sayembara, dia minta izin ke Bung Karno, tetapi harus dengan menggunakan nama samaran.

Baca Juga: Ada Ukiran Sirip Ikan Bersusun Tiga di Atap Cungkup Makam Bung Karno, Ternyata Ada Makna yang Mendalam Berikut Ini...

Alhasil, Friedrich terpilih dan kini namanya dikenal sebagai perancang masjid Istiqlal meski dirinya adalah seorang Nasrani.

Namun dia berhasil menjadi perancang di balik berdirinya masjid yang menjadi kebesaran umat muslim di Indonesia.

Terlepas dari fakta viralnya kisah Friedrich Silaban, ada sebuah kisah cukup unik tentang struktur bawah tanah masjid Istiqlal.

Konon masjid ini juga memiliki lorong rahasia di bawahnya yang disebut-sebut merupakan peninggalan Belanda.

Jika melihat dari sejarah, sebelum masjid ini berdiri dahulunya adalah Taman Wilhelmina, yang merupakan reruntuhan benteng Prins Frederick.

Soal terowongan bawah tanah yang disebutkan di awal juga disebut memang benar adanya.

Terowongan itu dulunya digunakan untuk tempat persembunyian pasukan Belanda, juga menjadi tempat pelarian pasukan Belanda ketika diserang musuh.

Baca Juga: 'UNESCO, Datang dan Lihatlah, Sampai Kapan Islamofobia Ada?' Presiden Azerbaijan Ungkapkan Keberangannya Atas Penghancuran Masjid Azerbaijan oleh Armenia, Sampai Hati Dipakai untuk Memelihara Hewan Babi

Konon terowongan tersebut juga terhubung sampai ke Menara Syahbandar di Pelabuhan Sunda Kelapa namun sekarang sudah ditutup.

Menara tersebut dulu dikenal sebagai Uitkijk, yang dibangun pada 1839, yang berfungsi sebagai pemantau kapal-kapal yang keluar masuk Batavia.

Pemerintah kolonial Belanda juga membangun sebuah terowongan berada tepat di bawah menara Syahbandar, yang kini lebih dikenal dengan sebutan menara miring itu.

Terowongan tersebut terhubung dengan Benteng Frederik yang kemudian dibongkar dan dibangun sebuah Masjid yang kini disebut Istiqlal.

Selain itu, kisah lain yang memilukan adalah fakta di balik benteng Frederick yang menyimpan kisah kelam bagi masyarakat Indonesia.

Dahulu kala, benteng tersebut adalah tempat penyiksaan bagi tokoh-tokoh perjuangan Indonesia.

Oleh sebab itu, demi melupakan kesedihan itu, maka masjid Istiqlal dibangun oleh Bung Karno bahkan Istiqlal sendiri artinya adalah merdeka.

Baca Juga: Pantas Saja Masjid Al-Aqsa Mati-Matian Ingin Dikuasai Israel, Petinggi Hamas Palestina Bocorkan 3 'Rencana Berbahaya' Zionisme yang Dilakukan Israel di Kompleks Masjid Al Aqsa

Masjid Istiqlal sendiri dibangun pada 24 Agustus 1951, yang diarsiteki oleh Frederich Silaban, yang merupakan seorang Kristen Protestan.

Desainnya memiliki gaya arsitektur modern dengan dinding dan lantai berlapis marmer dan dihiasi ornamen geometrik dari baja antikarat.

Bangunan utamanya dimahkotai sebuah kubah berdiameter 45 meter dan ditopang 12 tiang besar.

Masjid ini telah menjadi masjid utama dan masjid pusat di Jakarta dan Indonesia, selain digunakan untuk aktivitas ibadah.

Masjid ini juga merupakan kantor berbagai ormas islam di Indonesia, aktivis sosial dan kegiatan umum hingga destinasi wisata terkenal.