Penulis
Intisari-online.com - Seperti kita ketahui wabah Covid-19 pertama kali menyebar di Wuhan China.
Namun, banyak hal yang belum terungkap hingga kini misalnya asal-usul wabah dan pasien pertama yang menderita Covid-19.
Oleh sebab itu, tim khusus dibentuk oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) untuk menyelidiki asal-usul virus corona.
Menurut 24h.com.vn, pada Senin (15/2/21) Mereka telah dirikim untuk melakukan penyelidikan, dan telah kembali.
Namun, diungkapkan banyak hal yang masih ditutupi oleh China, dan belum terungkap hingga kini.
Termasuk transparansi data mentah tentang kasus pertama Covid-19, yang sebenarnya sangat penting.
Menurut pakar investigasi, WHO mengungkapkan, bahwa pihak berwenang, China menolak memberikan data mentah.
Wall Street Journal (WSJ) pada 12 Februari, mengungkapkan hal itu mengutip dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).
Otoritas China menolak memberikan data mentah dan data kasus personalisasi tentang kasus Covid-19.
Padahal data ini sangat penting untuk mengidentifikasi penyebab awal penyebaran, hingga kasus pertama sehingga ditemukan solusi dari mempelajari kasus awal.
Menurut para ahli investigasi WHO, pihak berwenang China telah menolak memberikan data mentah dan dipersonalisasi untuk 174 infeksiCovid-19 yang diidentifikasi pada awal wabah di Kota Wuhan pada Desember 2019.
Data mentah dan dipersonalisasi ini diyakini membantu WHO menentukan bagaimana dan kapan epidemi Covid-19 mulai menyebar di China.
Menurut para ahli WHO, pejabat dan ilmuwan China memberikan ringkasan data dan analisis ekstensif dari kasus-kasus ini.
Mereka juga memberikan data agregat tentang penyelidikan dari beberapa bulan sebelum wabah Kota Wuhan dikonfirmasi, tetapi mengatakan mereka tidak menemukan bukti virus pandemi Covid-19.
Namun, tim ahli WHO mengatakan mereka tidak diizinkan untuk melihat data mentah dan dipersonalisasi pada kasus Covid-19 pertama, yang memungkinkan mereka bisa melakukan analisis awal dan luasnya virus di China.
Penyediaan data oleh negara anggota merupakan bagian dari survei WHO, kata kelompok ahli WHO.
Pada akhir hampir satu bulan penyelidikan asal epidemi Covid-19 di China.
Penyidik utama Peter Ben Embarek pada 9 Februari mengatakan kelelawar masih menjadi sumber penularan yang tinggi dan virus menyebar melalui makanan beku.
Pada saat yang sama ahli ini telah mengesampingkan hipotesis kebocoran virus dari laboratorium.
Para ahli mencari bukti untuk menentukan apakah wabah Covid-19 mungkin telah terjadi di Wuhan sebelum kasus pertama terdeteksi.
Kesimpulan WHO saat ini adalah bahwa tidak ada dasar untuk infeksi skala besar sebelum Desember 2019 di Wuhan atau di mana pun di China yang telah diselidiki oleh tim investigasi.
Setelah hampir sebulan di China melakukan investigasi sebagai anggota tim investigasi yang dipimpin oleh WHO.
Ahli mikrobiologi Australia Dominic Dwyer berkata, "Mereka menunjukkan kepada kami beberapa data, tetapi apa yang masih belum memenuhi penyelidikan epidemiologi standar."
"Nah, tahukah Anda, penafsiran atas data itu menurut kami menjadi lebih terbatas, meski pihak lain bisa melihatnya cukup bagus," katanya.
Keengganan China untuk memberikan data telah membuat banyak pemerintah dan ilmuwan asing khawatir tentang kurangnya transparansi dalam pendekatan China untuk penelusuran pandemi Covid-19.
Membuatnya curiga, bahwa ada sesuatu yang mencoba ditutup-tutupi oleh China, terkait pandemi Covid-19.