Find Us On Social Media :

Tak Pernah Punya Masalah dengan China, Negara Eropa Ini Mendadak Kirimkan Kapal Selam Nuklir ke Laut China Selatan, Segawat Apa Situasinya?

By Afif Khoirul M, Rabu, 10 Februari 2021 | 10:03 WIB

Kapal selam SNA Emeraude, Prancis.

Intisari-online.com - Situasi di Laut China Selatan tampaknya makin hari makin memanas saja.

Misalnya Amerika, terus melakukan tekanan terhadap China di Laut China Selatan, meski kini berada di bawah pemerintahan Joe Biden.

Angkatan Laut AS, mengirim dua kelompok kapal induk di Laut China Selatan, pada Selasa (9/2/21).

Menandakan bahwa Joe Biden akan bersikap tegas, dan tidak akan menyerah kepada China.

Baca Juga: Sampai Punya 11 Garis Waktu, Ini Alasan Rusia Mampu Miliki Wilayah yang Sangat Luas Namun Nihil Perebutan Wilayah

Menurutnya, China adalah tantangan paling berbahaya di dunia, dan pesaing tangguh bagi Amerika.

Di kubu China, tak mau ketinggalan, bersama dengan Rusia dan Iran, negeri Tirai Bambu juga melakukan latihan gabungan.

Tindakan ini mempertegas aliansi mereka, sebagai sekutu dan kemungkinan besar sebagai penantang Amerika dan sekutunya.

Tak hanya itu saja, sebuah negara yang hampir tidak pernah punya konflik dengan China ini pun juga dilaporkan telah mengirim kapal selam nuklirnya.

Baca Juga: Hanya Karena Film Porno di Pangkalan Kapal Selam Rahasia Ini, Seorang Perwira AL Inggris Sampai Diselidiki Oleh Atasannya, Disebut Bahayakan Keamanan Nasional

Menurut 24h.com.vn, pada Rabu (9/2/21), negara yang dimaksud tersebut adalah Prancis.

Hal itu disampaikan oleh Menteri Pertahanan Prancis, Florence Parly, yang mengatakan Prancis juga akan mengambil langkah militer di Laut China Selatan.

Kantor berita France24, mengatakan Selasa (9/2), negaranya mengirim kapal selam penyerang menggunakan energi nuklir.

Kapal selam ini termasuk di antara dua kapal angkatan laut yang baru-baru ini berpatroli di Laut China Timur.

Tindakan Prancis ini diyakini bisa menjadi langkah yang bisa membuat Beijing marah.

Karena China adalah negara yang menganjurkan kedaulatan ilegal atas sebagian besar perairan strategis yang penting ini.

Menteri Pertahanan Prancis Florence Parly mengatakan di Twitter bahwa kapal selam SNA Emeraude dikawal oleh kapal pendukung BSAM Seine saat dikirim ke Laut China Selatan..

"Patroli yang tidak biasa ini baru saja menyelesaikan satu bagian di Laut Cina Selatan," Kata Florence Parly.

Baca Juga: Amerika Ketar-Ketir, China Punya Rudal yang Bisa Mencapai Benua Amerika dalam Sekali Tembak, Ilmuwan AS Berikan Reaksi Begini

"Bukti luar biasa tentang kemampuan penyebaran jangka panjang Angkatan Laut Prancis bersama dengan mitra strategisnya Australia, AS, dan Jepang," kata Florence Parly tulis di Twitter dengan gambar dua kapal di laut.

China mengklaim kedaulatan (secara ilegal) atas hampir seluruh Laut China Selatan.

Sementara pulau Taiwan, Filipina, Brunei, Malaysia, dan Vietnam juga mengklaim kedaulatan atas sebagian wilayah tersebut.

Kapal perang Amerika terkadang juga melakukan misi navigasi bebas di atas atau dekat perairan yang diklaim oleh Beijing untuk menggarisbawahi penolakan Washington atas klaim tersebut.

USS John S. McCain pekan lalu berlayar di dekat pulau-pulau di Laut China Selatan.

Tindakannya diklaim Beijing sebagai melanggar kedaulatan dan melakukan transit melalui Selat Taiwan, mendorong China untuk mengeluarkan peringatan.

Sebagai anggota NATO, Prancis memiliki zona ekonomi eksklusif di Pasifik di sekitar wilayah luar negerinya.

Prancis tersebut juga telah menekankan pentingnya melindungi kebebasan navigasi di wilayah tersebut.

Baca Juga: Dapat Mengguncang Perang Antisubmarine Modern: Intip Kemampuan Drone Bunuh Diri Bawah Air yang Bisa Membunuh Kapal Selam China

"Mengapa misi seperti itu? Untuk memperkuat pengetahuan kami di lapangan dan menegaskan bahwa hukum internasional adalah satu-satunya aturan yang berlaku, terlepas dari perairan di mana kapal kami berada," ujar Parly.

Patroli Prancis tersebut menyusul pelantikan Presiden AS Joe Biden, yang telah menekankan dukungan untuk sekutu Washington di Asia setelah empat tahun pemerintahan Donald Trump yang kacau balau.

Pada April 2019, terjadi insiden angkatan laut di Selat Taiwan ketika sebuah kapal Tiongkok menekan kapal perusak Prancis Vendemiaire.

Mereka memaksanya untuk meninggalkan jalur air yang memisahkan daratan Tiongkok dan Taiwan, ini juga sebuah wilayah sensitif lain yang diklaim Beijing.