Selain menemukan dasar kesalahan oleh pasukan keamanan, pernyataan itu mengatakan laporan itu juga menunjukkan bahwa pasukan keamanan bertindak sebagai tanggapan atas serangan mematikan yang dilakukan oleh gerilyawan Rohingya milik Arakan Rohingya Salvation Army - ARSA.
Komisi Penyelidik Independent itu sendiri dipimpin oleh diplomat senior Filipina Rosario Manalo, dan termasuk pensiunan diplomat Jepang Kenzo Oshima, serta penasihat presiden Myanmar Aung Tun Thet dan pakar hukum Mya Theinn.
Terkait komisi tersebut, dimasukkannya anggota Myanmar yang dekat dengan pemerintah sempat menimbulkan keraguan tentang kemampuannya untuk menyampaikan laporan yang kredibel.
Terutama karena penyelidikan terpisah sebelumnya oleh pemerintah dan militer tidak menghasilkan banyak informasi yang dapat dipercaya.
Sebuah tim PBB juga melakukan penyelidikan besar dan menemukan alasan untuk mengajukan tuduhan genosida, kejahatan terhadap kemanusiaan, dan kejahatan perang.
Anggota tim PBB tidak diizinkan memasuki Myanmar. Mereka melakukanbanyak pekerjaan mewawancarai pengungsi Rohingya di Bangladesh.
Para anggota PBB sendiri, sebelumnya, menyatakan skeptis bahwa misi Manalo dapat mengarah pada pertanggungjawaban atas dugaan pelanggaran.
Sementara, Komisi Penyelidik Independen mengatakan para penyelidiknya telah dikirim ke Negara Bagian Rakhine, tempat kekerasan terjadi, Yangon dan ibu kota Myanmar Naypyitaw "untuk mengumpulkan bukti."
Tetapi tidak disebutkan tentang mengunjungi kamp-kamp pengungsi di Bangladesh.
(*)