“Ini adalah kudeta Min Aung Hlaing, bukan hanya kudeta militer,” kata Mark Farmaner, direktur Kampanye Burma yang berbasis di Inggris. Ini tentang posisinya dan kekayaannya.
Kepentingan militer
Analis lain mengatakan kepentingan institusional militer juga berperan.
Kemenangan pemilihan NLD menempatkan militer pada "posisi tawar yang lebih lemah", kata Bridget Welsh, seorang peneliti kehormatan di Institut Riset Asia Universitas Nottingham di Malaysia.
Kuota parlemen yang tidak dipilih oleh militer memberinya hak veto atas amandemen konstitusi, tetapi "posisi mereka akan melemah ketika ada mayoritas yang lebih besar dalam masalah hukum", katanya. "Dan itu merupakan tantangan besar bagi posisi dan otoritas militer di Myanmar."
Sementara Min Aung Hlaing berhasil melakukan kudeta, para pengamat mengatakan masih ada pertanyaan tentang kemampuannya dan kemampuan militer untuk mempertahankan kekuasaan.