Penulis
Intisari-Online.com -Seorang mantan mata-mata Rusia mengklaim bahwa mantan Presiden AS Donald Trump adalah aset 40 tahun mereka.
Hal tersebut diungkapkan Yuri Shvets dalam buku berjudul "American Kompromat" yang ditulis oleh reporter Craig Unger, yang menggambarkan hubungan antara Trump dan Moskow.
Buku tersebut merinci upaya Dinas Rahasia Uni Soviet (KGB) untuk merekrut puluhan pengusaha Amerika sebagai aset tanpa menyadarinya.
Kepada The Guardian, Shvets menuturkan KGB sudah mengidentifikasi Trump, saat itu pebisnis real estate menjanjikan, sejak 1980-an.
"Ada contoh bagaimana orang yang direkrut saat masih mahasiswa kini berada di posisi penting."
"Ini yang terjadi pada Trump," kata Shvets.
Dalam buku yang ditulis Unger, si eks presiden sudah ditarget sejak 1977, atau saat dia menikahi istri pertamanya, Ivana Zelnickova.
Shvets berujar, mantan presiden berusia 74 tahun adalah target.
"Bukan rencana cerdik kami membesarkannya dan 40 tahun kemudian, dia jadi presiden."
Dilansir Business Insider Jumat (29/1/2021), presiden ke-45 AS itu dipilih karena sombong dan begitu narsis akan dirinya.
Pada buku The Art of the Deal yang ditulis pada 1987, Trump mengaku berkunjung ke "Negeri Beruang Merah".
Dalam kunjungannya, dia mengungkapkan tengah mendiskusikan pembangunan hotel mewah di sepanjang jalan dari Kremlin, dan bermitra dengan Rusia.
Shvets menjelaskan, yang sebenarnya adalah Kremlin menyanjung si mantan presiden dan membujuk agar dia terjun ke politik.
Para agen KGB disebut terkejut saat tahu sekembalinya ke AS, Trump mengungkapkan ide mencalonkan diri jadi presiden AS.
Sebagai wujud keseriusan, dia beriklan di sejumlah surat kabar terkenal, menggemakan sejumlah propaganda anti-Barat.
Baca Juga: Inilah Berbagai Manfaat yang Anda Dapat dari Pijat Refleksi, Apa Saja?
"Tidak ada yang salah jika tulang punggung kebijakan luar negeri AS mengalami kerusakan," demikian iklan di koran seperti New York Times maupun Boston Globe.
Dalam iklannya, suami Melania tersebut menyerang Jepang karena dianggap mengambil untung dari "Negeri Uncle Sam".
Donald Trump juga menekankan Washington seharusnya berhenti membayar biaya pertahanan dari negara kaya lain.
Baca Juga: Covid Tongue, Gejala Baru Virus Corona yang Mirip Sariawan, Kenali Bedanya!
Menariknya, argumentasi itu bakal menjadi tulang penyangga utama kebijakan luar negerinya saat terpilih sebagai Presiden AS di 2016.
Shvets berkata, iklan tersebut menjadi kesuksesan yang tak mereka kira terkait upaya untuk menanamkan ideologi anti-Barat.
Namun, Trump sendiri sejak menjadi presiden pada 2017 hingga 2021 ini selalu menyangkal mendapat bantuan dari Kremlin.
"Rusia tidak pernah mencoba memanfaatkan saya."
"Tak ada hubungan antara saya dengan mereka. TAK ADA PINJAMAN, TAK ADA KESEPAKATAN, TAK ADA APA PUN!" ujar dia pada 2017.
(*)