‘Cuci Tanganmu Setelah dari Toilet’ Kisah ‘Tifus Mary’, Penyebar Infeksi Virus Tifus di Mana pun Dia Bekerja Sebagai Juru Masak

K. Tatik Wardayati

Penulis

'Tifus Mary' juru masak yang membuat wabah tifus di berbagai tempat.

Intisari-Online.com – Untuk mencegah virus corona yang saat ini sedang mewabah, pemerintah menekankan pentingnya mencuci tangan.

Kisah tentang juru masak Irlandian yang keras kepala yang menolak mencuci tangan, sepertinya menjadi kisah yang tidak pernah lebih relevan daripada sekarang ini.

Kisah seorang wanita yang kebersihan dirinya mengerikan sehingga menyebabkan wabah tifus selama lima belas tahun, yang sebenarnya bisa dicegah dengan penggunaan sabun dan air.

Berikut ini kisah tentang ‘Tifus Mary’.

Baca Juga: Miliki Gejala yang Hampir Mirip Dimulai dari Demam, Mengapa Diagnosis Covid-19 Sering Kali Dikira Penyakit Tifus?

Lahir di kota kecil Cookstown di Irlandia Utara, Mary Mallon berusia awal tiga puluhan ketika dia beremigrasi ke Amerika Serikat.

Pada tahun 1900, Mary diterima di sebuah agen pembantu rumah tangga New York.

Ia akhirnya bekerja pada sebuah keluarga kaya di sebuah rumah musim panas sewaan di kota kecil Mamaroneck di Negara Bagian New York.

Menjelang akhir Agustus, seorang pemuda datang mengunjungi keluarganya, dan pada tanggal 4 September dia terserang demam tifus.

Baca Juga: Jenius atau Gila? Rencana Jepang Lansungkan Perang Kuman Melawan Amerika dengan Siap-siap Luncurkan Bom Tabung Keramik Isi Kolera, Tifus, dan Wabah Lain!

Masakan Mary yang penuh bakteri telah merenggut korban pertamanya.

Pada tahun 1901, dia menghabiskan sebelas bulan bekerja untuk sebuah keluarga di New York City.

Dalam beberapa hari, beberapa anggota keluarga mulai menunjukkan gejala demam tifus, dan binatu yang bekerja untuk keluarga tersebut dirawat di Rumah Sakit Roosevelt dan akhirnya meninggal.

Tahun 1902 Mary bekerja untuk pengacara kaya bernama Coleman Drayton di rumah musim panasnya di Dark Harbor, Maine.

Dua minggu setelah Mary tiba di rumah, kasus tifus pertama muncul, diikuti oleh enam kasus lainnya dalam sembilan rumah tangga. Hanya Drayton dan Mary yang tidak menyerah pada penyakit itu.

Melansir dari sky history, Mary dan Drayton bekerja berdampingan merawat orang sakit selama wabah.

Memang, Drayton sangat terkesan dengan dedikasi juru masak Irlandia itu kepada anggota keluarga dan pelayannya yang terkena musibah, dia menghadiahinya bonus lima puluh dolar selain gajinya.

Bukan hasil yang buruk bagi wanita yang telah membuat semua orang sakit sejak awal.

Pada tahun 1904, Mary dipekerjakan oleh Tuan Henry Gilsey di rumah musim panasnya di Sands Point, Long Island.

Baca Juga: Coba Minum Rebusan Air Kelapa, Rasakan Manfaatnya untuk Tubuh, Penyakit Mematikan Ini Tidak Akan Masuk ke Tubuh, Mau?

Mary tiba pada tanggal 1 Juni. Tukang cuci dan tukang kebun Gilsey terkena tifus lebih dari seminggu kemudian.

Selanjutnya yang jatuh sakit adalah istri kepala pelayan dan akhirnya saudara perempuan istri kepala pelayan.

Penyelidik kemudian salah menyimpulkan bahwa itu adalah pencucian yang membawa infeksi ke dalam rumah.

Infeksi mengikuti Mary kemanapun dia pergi.

Pada tahun 1906, dia dipekerjakan oleh seorang bankir kaya di New York dengan nama Jenderal William Henry Warren untuk memasak untuk keluarga besarnya di rumah musim panas mereka di Oyster Bay.

Pada saat itu, infeksi tifus di Teluk Oyster sangat jarang, namun, dalam waktu hanya tujuh hari, enam dari sebelas anggota keluarga Warren telah terserang penyakit tersebut.

Mary segera pindah, namun sepertinya ia tidak menyadari bahwa begitu banyak orang jatuh sakit di mana pun dia bekerja.

Ini akan menjadi wabah Teluk Oyster yang akhirnya menyoroti Mary Mallon dan kebersihannya yang buruk.

Pemilik rumah yang disewa Jenderal Warren saat musim panas sebelumnya memanggil penyelidik tifus yang berpengalaman, George Soper, untuk menyelidiki wabah tersebut.

Baca Juga: Lama Tak Nampak di Layar Kaca, Pentolan Extravaganza Ini Rupanya Sembuhkan Gagal Ginjal Sampai Selulitis Dengan Cara Stop Total Konsumsi Makanan Ini Seumur Hidup

Soper memiliki pengalaman bertahun-tahun menyelidiki dan menghentikan wabah tifus di seluruh negara bagian New York.

Setelah memeriksa semua bukti yang tersedia, dia sampai pada kesimpulan bahwa wabah kemungkinan besar disebabkan oleh juru masak.

Tanpa tahu di mana Mary saat ini bekerja, Soper mulai menyelidiki riwayat pekerjaannya.

Dia mendapatkan nama agen tenaga kerja yang mengirimnya ke Teluk Oyster dan meminta referensi darinya.

Dari sini, dengan susah payah dia dapat menelusuri perjalanan karir Mary dan wabah tifus yang menyertainya sepanjang perjalanan tahun 1900.

Berbekal enam tahun bukti, yang perlu dilakukan Soper sekarang adalah menemukan dan menghadapinya.

Soper akhirnya berhasil melacak Mary ke sebuah rumah di Park Avenue di New York City setelah seorang binatu yang bekerja di rumah yang sama terserang tifus dan dirawat di Rumah Sakit Presbyterian. Akhirnya, dia melihat mangsanya.

Soper mendekati Mallon di dapur rumah. Dia menjelaskan kepada wanita Irlandia yang berapi-api itu bahwa dia mencurigai Mary adalah sumber beberapa wabah tifus dan meminta sampel darah, urin, dan kotorannya kepada Mary.

Tentu saja, Mary bereaksi, dia meraih garpu pahat dan maju ke arah Soper, mengejarnya dengan marah, untunglah Soper berhasil melarikan diri.

Baca Juga: Seperti Halnya Demam Berdarah, Angkak Dapat Digunakan untuk Mengobati Penyakit Tifus Karena Sifatnya Ini dan Ini Beberapa Pengobatan Rumah untuk Mengatasi Tifus

Bertekat untuk menghadapinya lagi, Soper menemukan Mary sedang menghabiskan malamnya dengan ‘pria berpenampilan menjijikkan’ yang tinggal di sebuah kamar kumuh.

Sayang, tidak berjalan dengan baik, saat melihat Soper, Mary benar-benar marah, melontarkan caci-maki ke penyidik itu.

Soper mengetahui bahwa Mary akan meninggalkan Park Avenue, maka dia mendekati Petugas Medis dari Departemen Kesehatan Kota New York, agar menangkap Mary.

‘Saya menyebut Mary adalah kultur hidup dan penghasil kuman tifoid kronis,’ kenang Soper.

Mereka kemudian mengutus inspektur Departemen Kesehatan yang seorang wanita untuk berbicara dengan juru masak itu, karena dipikir biarlah sesama wanita yang menghadapi.

Sebaliknya, Mary membanting pintu di depan wajah utusan itu. Mereka merasa Mary harus ditangkap paksa.

Tidak mudah untuk menangkap Mary karena melarikan diri, hingga seperti bermain petak umpet, akhirnya Mary ditemukan bersembunyi di balik kumpulan tempat sampah di rumah tetangga.

Sambi mengutuk dan mengumpat, Mary yang marah diseret ke ambulans yang menunggu dan dibawa ke Rumah Sakit Willard Parker.

Tes pada sampel tinja Mary selama beberapa minggu berikutnya memastikan kecurigaan Soper.

Baca Juga: Tidak Hanya Demam Tinggi, Ini Gejala Tifus pada Ibu Hamil, Termasuk Penurunan Berat Badan yang Drastis

Budaya murni Bacillus typhosus ditemukan di sebagian besar dari mereka. Sekarang pihak berwenang memiliki bukti kuat bahwa Mary memang sumber wabah.

Soper, menaruh simpati pada juru masak yang dipenjara, memutuskan dia akan mencoba membantunya keluar dari kesulitannya.

Dia mengunjungi Mary beberapa minggu setelah penangkapannya dan menjelaskan kepada juru masak bahwa dia dapat segera dikeluarkan jika dia setuju untuk mencuci tangannya, khususnya setelah pergi ke toilet.

Tapi, Mary malahan mengunci dirinya di toilet.

Dengan bukti yang ada, Departemen Kesehatan menanyakan kepada Mary apakah dia setuju untuk diangkat kandung empedunya, karena inilah yang menampung bakteri penyebab tifus.

Mary menolak mentah-mentah. Akibatnya, dia ditahan di karantina selama hampir tiga tahun di Rumah Sakit Riverside di North Brother Island, yang terletak di East River Kota New York.

Mary akhirnya dibebaskan dari isolasi oleh Departemen Kesehatan pada Februari 1910 setelah dia berjanji tidak akan lagi mencari pekerjaan sebagai juru masak.

Dia melakukan upaya singkat untuk menepati janjinya dengan mengambil pekerjaan menyetrika, tetapi ketika hal ini terbukti kurang menguntungkan secara finansial daripada memasak, dia segera kembali ke cara lamanya.

Dengan nama samaran Marie Breshof dan Mary Brown, Mary menghabiskan lima tahun berikutnya memasak di berbagai restoran, hotel, dan sanatorium.

Baca Juga: Positif Virus Corona, Menhub RI Budi Karya Awalnya Dikabarkan Kena Tifus dan Asma, Berikut Ini Daftar 10 Pejabat Negara di Dunia yang Positif Corona

Dan tentu saja, di mana pun dia bekerja, orang-orang terserang tifus setelah makan makanan yang disertai dengan tambahan kotoran dan urin yang berpindah dari tangan kotor Mary.

Pada tahun 1915, George Soper menerima panggilan telepon dari Dr. Edward B. Cragin, kepala dokter kandungan dan ginekolog di Rumah Sakit Sloane Wanita di New York.

Rumah sakit itu berada di tengah wabah tifus dan ingin mengetahui apakah juru masak yang kasar dan tidak hiegienis itu yang bertanggung jawab.

Soper bergegas ke rumah sakit, dan akhirnya Mary ditangkap untuk kedua kalinya pada 27 Maret 1915 dan kembali ke Pulau North Brother.

Masih menolak untuk mengangkat kantong empedu, Mary menghabiskan dua puluh tiga tahun berikutnya dalam hidupnya di karantina di pulau itu.

Dia ditempatkan dengan nyaman di sebuah bungalo kecil di halaman rumah sakit dan akhirnya diberi pekerjaan di laboratorium rumah sakit.

Selama penahanannya, dia menjadi semacam selebriti kecil. Wartawan kadang-kadang datang dan mewawancarainya, dan dia terus mempertahankan rasa tidak bersalahnya selama sisa hidupnya.

Pada pagi hari Natal 1932, seorang pengantar barang menemukan Mary tergeletak di lantai bungalonya. Dia menderita stroke yang membuatnya lumpuh.

Dia dipindahkan ke rumah sakit dan meninggal di sana enam tahun kemudian pada tanggal 11 November 1938 pada usia enam puluh sembilan. Abunya dimakamkan di Pemakaman St. Raymond di Bronx.

Baca Juga: Waspadai Gejala Tifus pada Anak, Selain Demam Tinggi Juga Termasuk Ketidaknyamanan di Tenggorokan

Selama karirnya, diyakini Mary Mallon menginfeksi lima puluh satu orang, tiga di antaranya meninggal.

Nama ‘Tifus Mary’ sekarang umum digunakan untuk menyebut siapa saja yang menyebarkan infeksi, baik disadari atau tidak.

Hingga meninggal, dia menolak untuk mengakui bahwa dia telah melakukan kesalahan.

Andai saja dia mau mencuci tangannya, dia tidak perlu menghabiskan sepertiga hidupnya di karantina.

Baca Juga: Gejala Tifus pada Orang Dewasa, dari Sakit Kepala, Sakit Perut, Hingga Terlihat Ruam di Kulit

Ingin mendapatkan informasi lebih lengkap tentang panduan gaya hidup sehat dan kualitas hidup yang lebih baik? Langsung saja berlangganan Majalah Intisari. Tinggal klik di https://www.gridstore.id/brand/detail/27/intisari

Artikel Terkait