Find Us On Social Media :

Jenius atau Gila? Rencana Jepang Lansungkan Perang Kuman Melawan Amerika dengan Siap-siap Luncurkan Bom Tabung Keramik Isi Kolera, Tifus, dan Wabah Lain!

By Muflika Nur Fuaddah, Selasa, 22 Desember 2020 | 09:37 WIB

Jenius atau Gila? Bagaimana Kekaisaran Jepang Ingin Membangun Kapal Induk Pesawat Bawah Air

Intisari-Online.com - Segera setelah serangan B-25 Kolonel James Doolittle menghantam Jepang pada bulan April 1942, Jepang berusaha untuk melampiaskan dendam pada Amerika Serikat, tetapi pada tahun 1944 pemboman udara yang menghancurkan Jepang oleh Amerika menjadi terlalu teratur.

Rencana untuk melumpuhkan kanal –– yang melaluinya Amerika Serikat menyalurkan sumber daya militer dari Atlantik ke Pasifik tanpa perjalanan panjang di sekitar ujung selatan Amerika Selatan –– telah menjadi gagasan Laksamana Isoroku Yamamoto, arsitek serangan Jepang di Pearl Harbor.

Rencana tersebut menyerukan pemboman udara dengan pesawat serang yang dirancang khusus diluncurkan dari kapal selam yang muncul.

Kapal selam itu, Sensuika, atau I-400 Series, akan menjadi kapal selam terbesar di dunia selama beberapa dekade mendatang.

Baca Juga: Kisah Tak Terduga dari Perang Dunia II, 70 Tahun Menghilang Lakukan Misi Rahasia, Pasukan Ini Terhanyata Hancur Karena Diserang Secara Brutal oleh Hiu

Pada pertengahan 1942, Yamamoto meramalkan dua hal: betapa rentannya Jepang terhadap pemboman udara Amerika dan bagaimana Jepang dapat membalasnya terhadap tanah Amerika.

Dari situ ia membayangkan 18 kapal selam besar –– pada dasarnya kapal induk bawah air –– yang bisa mengangkut pembom serang ke sasaran mereka.

Meskipun rencana Yamamoto membayangkan dua pesawat per kapal selam untuk menyerang kota-kota garis pantai Amerika, pada kenyataannya setiap I-400 dirancang untuk mengangkut tiga pesawat Aichi M6A Seiran "Mountain Haze".

Konstruksi raksasa Sen Toku dimulai pada 25 April 1943, satu minggu setelah Yamamoto ditembak jatuh dan dibunuh oleh P-38 Amerika di atas Bougainville di Solomon.

Baca Juga: Kisah Kopral Dakota Meyer, Membangkang Perintah Atasan tapi Justru Malah Meraih Cita-cita Tertinggi Korps Marinir