Find Us On Social Media :

Saksi Sejarah Timor Leste ketika Diinvasi Indonesia, Inilah Bella Galhos, Pemberontak Timor Leste yang Selamat Berkat Jadi Agen Ganda, Kabur dari Tanah Kelahirannya Lalu Lakukan Hal Ini

By Khaerunisa, Kamis, 28 Januari 2021 | 20:30 WIB

Bella Galhos. (Ilustrasi) Saksi Sejarah Timor Leste ketika Diinvasi Indonesia, Inilah Bella Galhos, Pemberontak Timor Leste yang Selamat Berkat Jadi Agen Ganda

 

Baca Juga: Sniper Jepang, Pantang Keluar Sarang Kecuali Jadi Mayat, Hanya Senapan Mesin Antitank yang Bisa Menundukkannya

Galhos menganggap dirinya beruntung, ia mengungkapkan ada banyak orang Timor Leste yang tidak bisa berbicara tentang apa yang dialaminya.

Juli 1999, kepada The Japan Times, Bella Galhos mengungkapkan 'ucapan selamat tinggalnya' pada kehidupan berbahaya yang dijalaninya.

Melansir Japan Times, saat itu Bella Galhos mengemasi seragam korps pemuda militer Indonesia dan mengirimkannya ke pemerintah Indonesia dari Kanada.

Dia mengucapkan selamat tinggal pada kehidupan ganda yang berbahaya dan memulai perang salibnya untuk memberi tahu orang-orang tentang genosida yang telah sebagian besar telah tersembunyi dari pandangan dunia selama 24 tahun.

Baca Juga: Bikin Geram Kubilai Khan karena Tolak Bayar Upeti hingga Kalahkan Kekaisaran Mongol dengan Cara Ini, Apa yang Dilakukan Bakal Raja Pendiri Majapahit Ini?

Sejak melarikan diri dari Timor Timur pada tahun 1994, Galhos telah berbicara kepada khalayak di Amerika Utara, Eropa dan Australia tentang kengerian yang diderita negaranya sejak diserang oleh Indonesia pada tahun 1975, ketika ia berusia tiga tahun.

Dia juga telah melobi pejabat di Amerika Serikat dan Kanada untuk mengakhiri keterlibatan pemerintah mereka dalam apa yang disebut sebagai genosida terburuk, per kapita, sejak Holocaust Eropa.

Sekitar 200.000 orang Timor - sepertiga dari populasi sebelum invasi - diduga telah meninggal akibat pendudukan ilegal Indonesia di bekas jajahan Portugis, yang dimulai kurang dari 24 jam setelah kunjungan kenegaraan resmi ke Jakarta oleh Presiden AS saat itu Gerald Ford dan sekretaris negaranya, Henry Kissinger.

“Saya menganggap diri saya salah satu yang beruntung. Ada ratusan ribu orang Timor Leste yang tidak dapat berbicara tentang apa yang mereka alami selama 24 tahun terakhir, ” kata Galhos dalam pidatonya di Yonago, Jepang.