Find Us On Social Media :

Mengapa Pandemi Flu 1918 Tidak Pernah Benar-Benar Berakhir, Nyatanya Kini Kita Dihadapkan Kembali Pada Pandemi Virus Corona yang Termasuk Turunan Virus Flu

By K. Tatik Wardayati, Kamis, 14 Januari 2021 | 15:00 WIB

Flu Spanyol

Bahkan dengan munculnya vaksin flu musiman pertama setelah Perang Dunia II, virus flu telah terbukti mampu melakukan beberapa trik genetik yang tak terduga dan mematikan.

Pada musim flu normal, ilmuwan vaksin dapat melacak strain virus yang paling aktif dan menghasilkan vaksin yang melindungi dari perubahan virus flu manusia dari tahun ke tahun. Tapi seringkali, gen virus dari dunia hewan ikut campur.

“Jika satu hewan terinfeksi dua virus influenza yang berbeda pada saat yang sama,” kata Taubenberger, “mungkin satu virus dari burung dan lainnya dari manusia, gen tersebut dapat bercampur dan cocok untuk menciptakan virus baru yang tidak pernah ada sebelumnya.”

Itulah yang terjadi pada tahun 1957 ketika flu tahun 1918, yang merupakan virus H1N1, menukar gen dengan flu burung lain, menghasilkan pandemi H2N2, yang merenggut jutaan nyawa di seluruh dunia.

Itu terjadi lagi pada tahun 1968 dengan terciptanya apa yang disebut “Flu Hong Kong,” virus H3N2 yang menewaskan satu juta orang lainnya.

Apa yang disebut pandemi “Flu Babi” tahun 2009 memiliki latar belakang yang lebih dalam.

Ketika manusia terinfeksi pandemi flu 1918, yang awalnya flu burung, kami juga menularkannya ke babi, melansir dari history.

“Salah satu cabang flu 1918 secara permanen beradaptasi dengan babi dan menjadi flu babi yang terlihat pada babi di AS setiap tahun setelah 1918 dan menyebar ke seluruh dunia,” kata Taubenberger.

Pada tahun 2009, jenis flu babi menukar gen dengan influenza manusia dan flu burung untuk menciptakan jenis baru flu H1N1 yang "lebih mirip tahun 1918 daripada yang pernah terlihat dalam waktu yang lama," kata Taubenberger.

Baca Juga: Dikenal Jadi Satu-satunya Negara Maju di Asia Tenggara, Ternyata Singapura Hadapi Resesi Ekonomi Terburuk dengan -5,8%, Sementara Indonesia Hanya -3,49%