Find Us On Social Media :

Mengapa Pandemi Flu 1918 Tidak Pernah Benar-Benar Berakhir, Nyatanya Kini Kita Dihadapkan Kembali Pada Pandemi Virus Corona yang Termasuk Turunan Virus Flu

By K. Tatik Wardayati, Kamis, 14 Januari 2021 | 15:00 WIB

Flu Spanyol

Virus mematikan menyerang dalam tiga gelombang

Jeffrey Taubenberger adalah bagian dari tim ilmiah perintis yang pertama kali mengisolasi dan mengurutkan genom virus flu 1918 pada akhir 1990-an.

Proses yang melelahkan termasuk mengekstraksi RNA virus dari sampel paru-paru yang diautopsi yang diambil dari tentara Amerika yang meninggal akibat flu 1918, ditambah satu penyakit paru-paru yang diawetkan di lapisan es Alaska selama hampir 100 tahun.

Sekarang kepala Bagian Patogenesis Virus dan Evolusi di National Institutes of Health (NIH), Taubenberger menjelaskan bahwa analisis genetik dari flu 1918 menunjukkan bahwa itu dimulai sebagai flu burung dan mewakili strain virus yang sama sekali baru ketika membuat lompatan ke manusia, tak lama sebelum 1918.

Tes laboratorium dari virus 1918 yang direkonstruksi menunjukkan bahwa dalam bentuk aslinya, protein yang dikodekan oleh virus tersebut membuatnya 100 kali lebih mematikan pada tikus daripada flu musiman hari ini.

Pandemi 1918 terjadi dalam tiga gelombang berbeda selama periode 12 bulan.

Ini pertama kali muncul pada musim semi 1918 di Amerika Utara dan Eropa sebagian besar di parit Perang Dunia I, kemudian muncul kembali dalam bentuk paling mematikan pada musim gugur 1918, menewaskan puluhan juta orang di seluruh dunia dari September hingga November.

Gelombang terakhir menyapu Australia, Amerika Serikat, dan Eropa pada akhir musim dingin dan musim semi tahun 1919.

Tetapi apakah flu 1918 "hilang" begitu saja setelah gelombang ketiga itu? Sama sekali tidak, kata Taubenberger.

Baca Juga: Seorang Perawat Sampai Terduduk di Lantai karena Syok saat Seluruh Pasien Covid-19 di Sebuah ICU di Rumah Sakit Ini Meregang Nyawa karena Kehabisan Pasokan Oksigen