Gedung Capitol Diserbu Pendukung Buta Donald Trump, Rupanya Gedung 200 Tahun Itu Sudah Sering Diserang Sampai 'Kebal' Terhadap Serangan Massa Warga AS, Begini Sejarahnya

Maymunah Nasution

Penulis

Kerusuhan di Capitol Hill, pendukung Trump mengamuk

Intisari-online.com -Saat ini Amerika Serikat sedang menghadapi tantangan dalam menerapkan demokrasi dan prinsip liberalnya.

Senat dan DPR AS pada Rabu sampai Kamis lalu lakukan rapat mengesahkan Presiden AS selanjutnya.

Aksi tersebut tentu saja mendapat pertentangan dari Presiden Petahana AS, Donald Trump.

Trump tidak menerima kekalahannya dan meminta para pendukungnya untuk berdemo di Gedung Capitol, mengganggu proses bersejarah tersebut.

Baca Juga: Demonstrasi Capitol Hill yang Rusuh dan Memakan Korban Memicu 'Kudeta' Serupa di Israel?

Nyatanya, gedung Capitol AS telah berdiri lebih dari 200 tahun, sudah lama menjadi lokasi Senat dan DPR AS meloloskan UU negara.

Gedung Capitol juga menjadi tempat presiden diinagurasi dan berpidato tahunan kepada seluruh warga AS.

Banyak sejarah serangan ke Capitol yang tercatat, berikut adalah beberapa di antaranya.

1. Kebakaran selama Perang 1812

Baca Juga: Di balik Kerusuhan dan Penjarahan Besar di Gedung Capitol, Ternyata Hanya Kotak Inilah yang Sangat Dilindungi Bahkan Akan Sangat Bahaya Jika Hilang, Apa Isinya?

Gedung Capitol dibangun pertama kali pada 18 September 1793, saat Presiden pertama AS, George Washington, menaruh batu pertama.

Budak kulit hitam melakukan konstruksi gedung itu, kemudian Kongres mulai menggunakannya pada tahun 1800, tahun yang sama saat pemerintah federal memindahkan lokasinya dari Philadelphia ke Washington, D.C.

Seperti banyak bangunan lain di D.C., desain Capitol berdasarkan gaya neoklasikal abad ke-19, terinspirasi oleh arsitektur Yunani dan Roma.

Baca Juga: Bendera Merah Putih Terlihat di Gedung Capitol dalam Kerusuhan Demonstrasi Amerika Serikat, Punya Indonesia atau Bukan?

Pembangunan berlanjut sampai Perang 1812, ketika mobilisasi negara saat perang memaksanya berhenti.

Setahun setelah konflik antara AS dan Kerajaan Inggris, pasukan AS membakar ibukota di kolonial Kanada, dan sebagai pembalasan, pasukan Inggris membakar Gedung Putih dan Capitol di tahun 1814.

2. Kekerasan Kongres yang meletus menjelang Perang Saudara

Baca Juga: Saat AS Tengah Berada di Tubir Kerusuhan Demokrasi, Kongres AS Kuatkan Pondasi dengan Akhirnya Sahkan Joe Biden Menjadi Presiden AS ke-46, Simak Korban Kerusuhan Pendukung Trump Tersebut

Perang Saudara juga tidak melupakan Capitol untuk menjadi sasaran serangan.

Saat itu memasuki periode antebellum yang ditandai kekerasan terhadap orang kulit hitam yang dijadikan budak, orang kulit hitam yang merdeka dan abolisionis.

Saat itu, koran anti-perbudakan diamuk massa dan karena perbudakan anggota kongres mulai saling menyerang satu sama lain.

Peristiwa paling terkenal adalah pencambukan terhadap Charles Sumner, pada tahun 1856, perwakilan pro-perbudakan Preston Brooks memukul Senator anti-perbudakan Charles Sumner dengan tongkat di lantai Senat.

Baca Juga: Apa yang Terjadi Jika Abraham Lincoln Tidak Ditembak Mati? Mungkin Saja Dikenang Sebagai Orang yang Membebaskan Perbudakan, Namun Juga Bisa Disalahkan atas Masalah Pasca Perang

Brooks mengatakan dia memilih untuk menyerang Sumner dengan cara ini karena dia tidak ingin melanggar undang-undang tahun 1839 yang melarang duel kongres, disahkan setahun setelah seorang anggota kongres membunuh yang lain dalam duel di Maryland.

Kekerasan seperti ini sering terjadi antara anggota kongres, seperti yang ditemukan sejarawan Joanne B. Freeman saat meneliti untuk bukunya, The Field of Blood: Violence in Congress and Road to the Civil War.

Tahun 1858 menjadi puncaknya, 30 anggota kongres berkelahi di DPR pada pukul 2 dini hari, dengan orang selatan mencengkeram leher orang utara.

Tahun 1860, anggota kongres pro-perbudakan mengancam anggota kongres yang anti-perbudakan dengan pistol dan tongkat saat ia berbicara menentang perbudakan di lantai Capitol.

Baca Juga: Termasuk Budak Wanita Kulit Hitam Diperkosa Majikan Kulit Putih, Hasil Penyelidikan DNA ini Jadi Bukti Kekejaman Perbudakan Warga Afrika di Seluruh Amerika

3. Penembakan dan pengeboman di Capitol

Selain duel dan serangan fisik antara para anggota kongres, terjadi juga serangan dari pihak luar menembakkan senjata atau menanam bom di tanah Capitol.

Pada 2 Juli 1915, mantan profesor Jerman di Harvard, Erich Muenter, menanam paket berisi tiga stik dinamit di Capitol, dekat kamar Resepsi Senat.

Bom meledak sekitar tengah malam dan pada waktu Senat sedang beristirahat.

Baca Juga: Ratusan Massa Pendukung Donald Trump Serbu Gedung Capitol AS, Teriakkan Trump Memenangkan Pilpres, Ini Komentar Joe Biden, 'Itu BukanAksi Protes Tapi Pemberontakan'

Petugas polisi yang ditempatkan di Capitol hampir terjatuh dari kursinya saat ledakan terjadi, tapi untungnya tidak ada yang cedera.

Sosok pria Jerman tersebut kemudian menulis surat kepada koran Washington, D.C. mengatakan ia telah menanam bahan peledak untuk memprotes bantuan perang dari AS ke Inggris dan berharap ledakan akan "membuat suara cukup keras untuk didengar di atas suara yang bangga akan perang."

Selanjutnya pada 1 Maret 1954, empat warga Puerto Rico menembakkan senjata di gedung DPR, mencederai 5 anggota kongres.

Para penyerang mengatakan mereka bertindak untuk menuntut kemerdekaan untuk wilayah Puerto Rico yang dikuasai AS (warga Puerto Rico memiliki kewarganegaraan AS tapi tidak bisa memilih presiden dan tidak memiliki perwakilan pemilihan di Kongres.)

Baca Juga: Salah Sebutkan Fakta Ini, Kesalahan dalam Pidato Pertama Joe Biden Sebagai Presiden AS Curi Perhatian, Ternyata Terkenal Melakukan Blunder Verbal

Kemudian pada 1 Maret 1971, bom meledak di gedung Capitol.

Ledakan itu tidak melukai siapapun, tapi menyebabkan kerusakan senilai kurang lebih 300 ribu Dolar AS.

Penyerangnya adalah kelompok yang menamakan dirinya Weather Underground, dan hal itu bagian dari protes dari kejadian pengeboman Laos yang didukung AS.

13 tahun kemudian pada 7 November 1983, sebuah bom merobek sayap Senat di Capitol, alat peledak berfungsi terlambat pada waktu sore hari dan tidak ada yang cedera, tapi total kerusakan mencapai 250 ribu Dolar AS.

Baca Juga: 11 Hari Menjelang Lengser, Donald Trump Dapat Tekanan Habis-habisan, bahkan Twitter Saja Sampai Memblokirnya Permanen Gara-gara Hal ini

Serangan itu berasal dari Armed Resistance Unit yang merupakan bagian dari aksi militer di Grenada dan Lebanon.

Dari dalam negara sendiri, banyak juga para warga yang menyerang Capitol berpuluh-puluh tahun lamanya.

Insiden ini termasuk penembakan mengerikan tahun 1890 yang muncul karena konflik antara jurnalis dan mantan anggota kongres, serta tahun 1998 yang melibatkan sosok warga AS menembak petugas polisi di tahun 1998.

Tembakan tahun 1998 itu terjadi karena warga AS mengklaim AS diserang kanibalisme dan penyakit rekaan.

Baca Juga: Sisa Masa Jabatan Tinggal Menghitung Hari, Donald Trump Ditimpa Kemalangan Bertubi-tubi, dari Diburu Iran sampai Diblok dari Akses Situs Nuklir AS

Ingin mendapatkan informasi lebih lengkap tentang panduan gaya hidup sehat dan kualitas hidup yang lebih baik?Langsung saja berlangganan Majalah Intisari. Tinggal klik di sini

Artikel Terkait