Penulis
Intisari-online.com -Saat ini Amerika Serikat sedang menghadapi tantangan dalam menerapkan demokrasi dan prinsip liberalnya.
Senat dan DPR AS pada Rabu sampai Kamis lalu lakukan rapat mengesahkan Presiden AS selanjutnya.
Aksi tersebut tentu saja mendapat pertentangan dari Presiden Petahana AS, Donald Trump.
Trump tidak menerima kekalahannya dan meminta para pendukungnya untuk berdemo di Gedung Capitol, mengganggu proses bersejarah tersebut.
Baca Juga: Demonstrasi Capitol Hill yang Rusuh dan Memakan Korban Memicu 'Kudeta' Serupa di Israel?
Nyatanya, gedung Capitol AS telah berdiri lebih dari 200 tahun, sudah lama menjadi lokasi Senat dan DPR AS meloloskan UU negara.
Gedung Capitol juga menjadi tempat presiden diinagurasi dan berpidato tahunan kepada seluruh warga AS.
Banyak sejarah serangan ke Capitol yang tercatat, berikut adalah beberapa di antaranya.
1. Kebakaran selama Perang 1812
Gedung Capitol dibangun pertama kali pada 18 September 1793, saat Presiden pertama AS, George Washington, menaruh batu pertama.
Budak kulit hitam melakukan konstruksi gedung itu, kemudian Kongres mulai menggunakannya pada tahun 1800, tahun yang sama saat pemerintah federal memindahkan lokasinya dari Philadelphia ke Washington, D.C.
Seperti banyak bangunan lain di D.C., desain Capitol berdasarkan gaya neoklasikal abad ke-19, terinspirasi oleh arsitektur Yunani dan Roma.
Pembangunan berlanjut sampai Perang 1812, ketika mobilisasi negara saat perang memaksanya berhenti.
Setahun setelah konflik antara AS dan Kerajaan Inggris, pasukan AS membakar ibukota di kolonial Kanada, dan sebagai pembalasan, pasukan Inggris membakar Gedung Putih dan Capitol di tahun 1814.
2. Kekerasan Kongres yang meletus menjelang Perang Saudara
Perang Saudara juga tidak melupakan Capitol untuk menjadi sasaran serangan.
Saat itu memasuki periode antebellum yang ditandai kekerasan terhadap orang kulit hitam yang dijadikan budak, orang kulit hitam yang merdeka dan abolisionis.
Saat itu, koran anti-perbudakan diamuk massa dan karena perbudakan anggota kongres mulai saling menyerang satu sama lain.
Peristiwa paling terkenal adalah pencambukan terhadap Charles Sumner, pada tahun 1856, perwakilan pro-perbudakan Preston Brooks memukul Senator anti-perbudakan Charles Sumner dengan tongkat di lantai Senat.
Brooks mengatakan dia memilih untuk menyerang Sumner dengan cara ini karena dia tidak ingin melanggar undang-undang tahun 1839 yang melarang duel kongres, disahkan setahun setelah seorang anggota kongres membunuh yang lain dalam duel di Maryland.
Kekerasan seperti ini sering terjadi antara anggota kongres, seperti yang ditemukan sejarawan Joanne B. Freeman saat meneliti untuk bukunya, The Field of Blood: Violence in Congress and Road to the Civil War.
Tahun 1858 menjadi puncaknya, 30 anggota kongres berkelahi di DPR pada pukul 2 dini hari, dengan orang selatan mencengkeram leher orang utara.
Tahun 1860, anggota kongres pro-perbudakan mengancam anggota kongres yang anti-perbudakan dengan pistol dan tongkat saat ia berbicara menentang perbudakan di lantai Capitol.
3. Penembakan dan pengeboman di Capitol
Selain duel dan serangan fisik antara para anggota kongres, terjadi juga serangan dari pihak luar menembakkan senjata atau menanam bom di tanah Capitol.
Pada 2 Juli 1915, mantan profesor Jerman di Harvard, Erich Muenter, menanam paket berisi tiga stik dinamit di Capitol, dekat kamar Resepsi Senat.
Bom meledak sekitar tengah malam dan pada waktu Senat sedang beristirahat.
Petugas polisi yang ditempatkan di Capitol hampir terjatuh dari kursinya saat ledakan terjadi, tapi untungnya tidak ada yang cedera.
Sosok pria Jerman tersebut kemudian menulis surat kepada koran Washington, D.C. mengatakan ia telah menanam bahan peledak untuk memprotes bantuan perang dari AS ke Inggris dan berharap ledakan akan "membuat suara cukup keras untuk didengar di atas suara yang bangga akan perang."
Selanjutnya pada 1 Maret 1954, empat warga Puerto Rico menembakkan senjata di gedung DPR, mencederai 5 anggota kongres.
Para penyerang mengatakan mereka bertindak untuk menuntut kemerdekaan untuk wilayah Puerto Rico yang dikuasai AS (warga Puerto Rico memiliki kewarganegaraan AS tapi tidak bisa memilih presiden dan tidak memiliki perwakilan pemilihan di Kongres.)
Kemudian pada 1 Maret 1971, bom meledak di gedung Capitol.
Ledakan itu tidak melukai siapapun, tapi menyebabkan kerusakan senilai kurang lebih 300 ribu Dolar AS.
Penyerangnya adalah kelompok yang menamakan dirinya Weather Underground, dan hal itu bagian dari protes dari kejadian pengeboman Laos yang didukung AS.
13 tahun kemudian pada 7 November 1983, sebuah bom merobek sayap Senat di Capitol, alat peledak berfungsi terlambat pada waktu sore hari dan tidak ada yang cedera, tapi total kerusakan mencapai 250 ribu Dolar AS.
Serangan itu berasal dari Armed Resistance Unit yang merupakan bagian dari aksi militer di Grenada dan Lebanon.
Dari dalam negara sendiri, banyak juga para warga yang menyerang Capitol berpuluh-puluh tahun lamanya.
Insiden ini termasuk penembakan mengerikan tahun 1890 yang muncul karena konflik antara jurnalis dan mantan anggota kongres, serta tahun 1998 yang melibatkan sosok warga AS menembak petugas polisi di tahun 1998.
Tembakan tahun 1998 itu terjadi karena warga AS mengklaim AS diserang kanibalisme dan penyakit rekaan.
Ingin mendapatkan informasi lebih lengkap tentang panduan gaya hidup sehat dan kualitas hidup yang lebih baik?Langsung saja berlangganan Majalah Intisari. Tinggal klik di sini