Penulis
Intisari-online.com - Seperti kita tahu China telah lama mengincar Taiwan untuk dianeksasi.
Bahkan China terang-terangan, tak akan mengubah rencananya, meskipun saat ini Taiwan dibantu oleh Amerika.
Selain itu, untuk menebar ketakutan, segara upaya telah dilakukan China termasuk memiliki rekor jumlah jet yang mengancam Taiwan.
Pada tahun 2020, China telah berulang kali nyelonong wilayah Taiwan dengan jet tempur miliknya.
Menurut 24h.com.vn, Kamis (7/1/21), strategi ini sulit, dan di baliknya ada pesat yang lebih dari sekedar ancaman teror dari China ke Taiwan.
Pesawat tempur China telah melanggar kedaulatan Taiwan sebanyak 380 kali, antara Januari hingga November 2020.
Angka tersebut dirilis berdasarkan statistik yang diterbitkan oleh Institut Penelitian Taipei.
Jet China mendekati Taiwan hampir setiap hari, siang dan malam.
Dilakukan sebagai reaksi atas kedekatan hubungan antara Taiwan dan AS, serta cerminan keterpurukan hubungan AS-China. .
"2020 telah menjadi tahun yang sangat sibuk bagi militer China," kata laporan itu.
Hubungan trilateral antara AS, China dan Taiwan semakin kompleks, yang mencerminkan peningkatan aktivitas militer di Selat Taiwan.
Shih Shun-wen, pejabat pasukan pertahanan Taiwan, mengatakan pada 5 Mei 2020, "intimidasi jet tempur China mengancam keamanan Taiwan, serta keamanan regional".
"Jet China ingin menguji respons kami, menekan sistem pertahanan udara kami dan menempati wilayah udara yang dapat kami operasikan," tambah Shih.
Laporan tersebut menyimpulkan bahwa tindakan China untuk mengintimidasi Taiwan telah mencapai puncaknya selama 20 tahun terakhir.
Akibatnya, Taiwan menghabiskan 907,5 juta dollar AS pada tahun 2020 untuk 2.972 kali mengirim pesawat, mengaktifkan sistem pertahanan udara, dan melacak pesawat tempur China.
Tetapi analis mengatakan tindakan China dilihat sebagai pesan kepada dunia, bukan menekan Taiwan.
"Saya tidak berpikir China ingin melemahkan Taiwan dengan strategi itu," kata Zhang Baohui dari Universitas Lingnan.
"Tindakan itu jera, menunjukkan tekad militer China," tambahnya.
Laporan itu juga mengatakan bahwa aktivitas militer China di dekat Taiwan meningkat tajam setelah Wakil Menteri Luar Negeri AS Keith Krach mengunjungi pulau itu.
Pakar Jean-Pierre Cabestan di Hong Kong mengatakan Beijing telah mempromosikan penerbangan yang mengancam ke Taiwan.
Bertujuan untuk mengirim pesan sebagai tanggapan atas tindakan kontak dekat AS dengan pulau itu.
"China juga ingin memperingatkan pemerintahan Presiden terpilih AS Joe Biden, bahwa mereka tidak boleh melangkah terlalu jauh dalam meningkatkan hubungan dengan Taiwan," kata Jean.
Menurut pakar Chong Ja Ian dari National University of Singapore, China ingin memamerkan kekuatan militernya dan menunjukkan kekuatan yang dapat menghancurkan Taiwan.
Sehingga mencegah negara lain untuk mencoba campur tangan.
Para ahli setuju bahwa China akan terus mengintimidasi Taiwan tahun ini, tetapi risiko konflik militer tidak tinggi.