Jelas China Tak Akan Tinggal Diam Atas Hal yang Dilakukan Taiwan dan AS Ini, Lihat Aksi Militernya yang Ketat Tahun Lalu dan Kemungkinan Rencana 2021

Muflika Nur Fuaddah

Penulis

Xi Jinping

Intisari-Online.com - Taiwan bekerja sama dan bahkan menggelar dialog bersama militer AS.

Atas dasar itu, China pun tak tinggal diam.

Diketahui bahwa China menyatakan, akan melakukan "respons yang diperlukan" terhadap rencana dialog militer antara Amerika Serikat (AS) dan Taiwan, lantaran Beijing tegas menentang acara tersebut.

Departemen Luar Negeri AS mengatakan, Asisten Menteri Luar Negeri untuk Urusan Politik-Militer Clarke Cooper akan menyampaikan "pernyataan virtual" pada dialog politik dan militer Taiwan pada Rabu (6/1) malam.

Baca Juga: Inilah Perbandingan Kekuatan Militer China dan AS, Senator Amerika Klaim Beijing Tengah Mempersiapkan Perang Dunia III di Laut China Selatan

Juru bicara Kementerian Luar Negeri China Hua Chunying pada Rabu (6/1) menyebutkan, Beijing akan "merespons berdasarkan situasi berkembang" dan "dengan tegas menentang" pembicaraan AS-Taiwan tersebut.

China mendesak AS untuk "segera menghentikan segala bentuk pertukaran resmi dan hubungan militer dengan Taiwan, untuk menghindari stabilitas yang lebih merusak di Selat Taiwan dan hubungan China-AS," tegasnya, seperti dikutip Reuters.

Kementerian Luar Negeri Taiwan mengatakan, tidak akan memberikan perincian mengenai pembicaraan tersebut, dengan alasan "hubungan saling percaya dan pemahaman diplomatik Taiwan-AS".

"Kedua belah pihak sering menjalin komunikasi yang erat dan lancar tentang berbagai masalah yang menjadi perhatian bersama, sehingga dapat terus memperdalam kerja sama di semua tingkat politik, ekonomi, dan keamanan," kata juru bicara Kementerian Luar Negeri Taiwan Joanne Ou, seperti dilansir Reuters.

Baca Juga: Terungkap Sebab China Tak Ingin Tim WHO Selidiki Asal-usul Virus Corona di China, Sebutnya Karena Visa, Tapi Ada Hal Lain Berbau Politik di Baliknya

Cooper, yang bertemu dengan diplomat top Taiwan Hsiao Bi-khim di Washington pada Agustus lalu menyatakan, sangat menyenangkan untuk berbicara dengan Taiwan "saat kami bekerjasama untuk perdamaian dan stabilitas regional".

Taiwan, yang China klaim sebagai wilayah kedaulatannya, mendapat tekanan yang meningkat dari Beijing, yang telah meningkatkan aktivitas militer di dekat pulau itu sepanjang tahun lalu.

Baca Juga: Manfaat Air Rebusan Jahe Kunyit dan Sereh yang Sayang Dilewatkan!

China Terhadap Taiwan:

Kemungkinan China Menundukkan Musuh Tanpa Berkelahi

Meski operasi militer terhadap Taiwan selalu menjadi pilihan bagi China, unifikasi damai juga menjadi pilihan yang tidak bisa dikesampingkan.

Meskipun para sarjana di China sekarang menarik perhatian publik dengan pernyataan agresif mereka, masih ada suara-suara di kalangan akademisi yang menyerukan unifikasi damai dengan Taiwan.

Baca Juga:Gunakan Samurai Prajurit Jepang yang Telah Menebas Lengannya, Letnan George Cairns Tak Tanggung-tanggung Mampu Menangkan Pertempuran Hanya dengan Satu Tangan

Khususnya, ancaman dari China tidak selalu datang dalam bentuk aksi militer langsung.

Namun, banyak taktik intimidasi yang digunakan terhadap Taiwan adalah cara ekstra-militer berdasarkan kemampuan PLA, seperti yang dicontohkan oleh jenis strategi zona abu-abu yang terus-menerus diterapkan di Selat Taiwan dalam beberapa tahun terakhir.

Pada tahap ini, meskipun PLA telah menunjukkan pengendalian diri dalam pendekatannya ke Taiwan, langkahnya jelas ditujukan untuk mendeklarasikan kedaulatan China atas Taiwan dan mengelola ruang pertempuran di Selat Taiwan melalui aktivitas militer intensif di wilayah tersebut.

Kemungkinan China Menundukkan Musuh Dengan Pertarungan Skala Kecil

Baca Juga:Senjata Makan Tuan, Sok-sokan Beri Hukuman pada Australia dengan Berlakukan Sanksi Ini, Kini Justru Rakyat China yang Jadi Korbannya Gara-gara Ulah Pemerintahnya Sendiri

Jika taktik yang disebutkan di atas masih tidak dapat mencapai tujuan memaksa Taiwan agar tunduk, PLA dapat meningkatkan ketegangan dengan menciptakan "konflik intensitas rendah."

Sampai saat ini, Beijing bersedia menggunakan kekerasan, tetapi hanya pada tingkat tertentu.

Penggunaan kekuatan yang terbatas seperti itu memungkinkan terjadinya korban tertentu, yang berarti bahwa PLA akan lebih berani dalam bertindak dan bahkan bersedia menggunakan kekuatan untuk menetralkan kekuatan yang menghalangi.

(*)

Artikel Terkait