Penulis
Intisari-online.com - Saat ini Timor Leste yang telah 20 tahun merdeka dari Indonesia dianggap masih tertatih-tatih untuk membangun ekonominya.
Dari 162 negara Timor Leste menempati peringkat 152 negara termiskin di dunia.
Hal ini membuat negara yang baru seumur jagung merdeka dari Indonesia ini, terancam bangkrut.
Selain itu dalam sebuah laporan yang ditulis oleh rnz.co.nz, pada tahun 2015 negara tersebut ternyata juga terancam kehabisan uang.
Negara yang sebelumnya dikenal sebagai Timor Timur, merdeka oleh upaya besar Selandia Baru dan Australia.
Namun upaya kemerdekaannya yang menelan korban lima nyawa Selandia Baru dan ratusan juta dolar.
Tetapi negara berisiko mengalami keruntuhan ekonomi, satu generasi setelah didirikan.
Timor dijajah oleh Portugal selama berabad-abad dan diduduki oleh Indonesia selama 24 tahun.
Negara itu memperoleh kemerdekaandengan intervensi bersenjata yang dipimpin oleh Selandia Baru dan Australia.
Tetapi Timor Leste tidak pernah memiliki ekonomi serta sejumlah uang tunai yang layak.
Selain kopi yang ditanam di perbukitan, satu-satunya sumber pendapatan sebenarnya berasal dari dua ladang minyak lepas pantai, Bayu-Undung dan Kitan.
Perusahaan minyak yang melakukan pengeboran di ladang-ladangdi kawasannya.
Harus membayar sebagian besar royalti mereka kepada Pemerintah Timor Leste dan uang itu masuk ke dana minyak khusus.
Namun dokumen dari Kementerian Luar Negeri dan Perdagangan Selandia Baru menunjukkan bahwa dana ini sangat berbahaya.
Ladang minyak semakin menipis dan harga minyak yang rendah mengurangi tingkat pembayaran royalti oleh perusahaan energi.
Masalah ketiga adalah praktik Pemerintah Timor Leste dalam membelanjakan lebih banyak uang daripada yang dihasilkan oleh dana tersebut.
"Lebih dari 75 persen sumber daya di ladang Bayu-Undung dan Kitan telah habis," kata dokumen kementerian itu.
"Sejak 2012 (pendapatan minyak dan gas) mengalami penurunan," katanya.
"Pada 2014, pendapatan minyak dan gas memberikan pendapatan 40 persen lebih rendah kepada pemerintah Timor Leste dibandingkan pada 2013," imbuhnya.
Pada tahun 2014, dana minyak bumi menyumbang 93 persen dari total pendapatan negara.
Tetapi pemerintah telah menghabiskan dua kali pendapatan sebenarnya dari dana tersebut setiap tahun sejak 2008.
Kritik serupa datang dari LSM Timor Leste La'o Hamutuk.
"Total cadangan minyak dan gas hanya cukup untuk mendukung setengah dari tingkat belanja negara saat ini," katanya.
"Ini bisa mengosongkan Dana Perminyakan pada awal 2022," ungkap La'o Hamutuk.
Duta Besar Timor Leste untuk Selandia Baru Cristiano da Costa setuju ini adalah masalah serius.
Meskipun ada masalah, anggaran negara saat ini hanya memiliki pemotongan belanja kecil sebesar 1,5 persen, dan pemotongan yang lebih besar ditunda sambil menunggu pemungutan suara oleh parlemen, katanya.
"Ini adalah situasi yang sangat menantang."
"Ini harus mendorong elit penguasa Timor untuk mulai berpikir tentang bagaimana mengelola situasi ini dengan sangat cepat, karena ini tidak berkelanjutan," katanya.
"Kita perlu mempercepat reformasi ekonomi dan mulai mendiversifikasi ekonomi kita," imbuhnya.
"Kami harus melakukannya sekarang, jika tidak kami mungkin akan kehabisan uang dalam lima hingga 10 tahun dari sekarang," paparnya.
Faktor yang memperumitnya adalah ladang minyak ketiga, Greater Sunrise, yang dapat memberikan sedikit bantuan kepada Timor Leste.
Tapi ini bohong, karena sengketa komersial dan yurisdiksi dengan Australia, membuat Timor Leste hanya mendapat sedikit keuntungan.