Penulis
Intisari-online.com -Apakah Anda gemar membaca novel detektif tua?
Tentunya, jika Anda menggemari cerita seperti itu, maka detail seperti jutawan yang hilang di penerbangan pribadinya sangat mendebarkan bagi Anda.
Meski cerita seperti itu sepertinya tidak nyata, kejadian itu benar terjadi di suatu musim panas pada 1928.
Mengutip Ranker.com, pria kaya itu bernama Kapten Alfred Loewenstein.
Ia adalah salah satu pria terkaya di dunia saat itu dan ia menunjukkan gaya hidup usia emas.
Media bahkan menjulukinya "Orang Belgia yang Sangat Kaya" sebagai persetujuan atas kekayaannya.
Namun kisahnya berubah tragis saat ia dilaporkan jatuh dari pesawat pribadinya dalam perjalanan rutin.
Masalahnya, kejadian itu sudah terjadi lebih dari 90 tahun yang lalu.
Kematian Alfred Loewenstein telah diteliti dan diperdebatkan selama lebih dari 90 tahun tapi masih tetap tidak selesai pengusutannya.
Serta, banyak pertanyaan penting tidak dapat dijawab seperti mengapa otoritas memilih menutup kasus itu secepat mungkin? Mengapa istri Loewenstein bisa cepat melupakan kematian suaminya?
Serta, banyak yang bertanya mengapa hanya sedikit orang tahu siapa Alfred Loewenstein saat ini, padahal hilangnya dia mengguncang dunia.
Loewenstein bukan tokoh sembarangan, di awal tahun 1900-an ia berinvestasi pada sejumlah perusahaan di seluruh Eropa.
Ia dikenal media karena pesonanya dan gaya hidup mewah di tahun 1920-an.
Saat ia menghilang pada 4 Juli 1928, dunia panik, bahkan setelah muncul berita resmi mengenai kematiannya, saham perusahaannya langsung saja anjlok, seakan-akan perusahaan itu tidak dapat selamat tanpa dirinya.
Kronologinya dimulai saat Loewenstein berencana kembali ke rumahnya di Brussels, Belgia, setelah perjalanan bisnis ke London pada 4 Juli 1928.
Loewenstein memiliki pesawatnya sendiri, Fokker F.VIIa/3m, yang telah ia gunakan beberapa kali.
Pesawat terbang dari Bandara Croydon di Surrey, Inggris, antara 6.30 dan 6.45 tanpa masalah apapun.
Pesawat dalam penerbangan itu ada Loewenstein dan 6 lainnya, termasuk pilot dan co-pilot.
Penerbangan itu memburuk setelah lewati Terusan Inggris.
Saat terbangi Terusan Inggris, Loewenstein pergi ke toilet, dan saat itulah menjadi saat-saat penting.
Ia menggunakan toilet terlalu lama, sampai-sampai staffnya harus mengetuk toilet tersebut.
Namun tidak ada respon, kemudian valet Loewenstein, Fred Baxter, membuka kamar itu dan ia terkejut melihat tidak ada apa-apa atau siapa-siapa di situ.
Loewenstein sudah tidak ada, dan tidak ada tempat lagi di pesawat untuknya bersembunyi.
Mengetahui hal itu, kapten pesawat, Donald Drew, segera mendarat darurat di sebauh pantai di Dunkirk, Perancis.
Otoritas Perancis dipanggil di tempat tersebut.
Akhirnya, semua yang terbang di pesawat itu sepakat jika Loewenstein tidak sengaja membuka pintu yang salah dan jatuh dari pesawat.
Tentu saja teori itu tidak masuk akal.
Beberapa investigator dan ahli teori tidak percaya jika pintu pesawat bisa dengan mudah dibuka, entah sengaja atau tidak.
Serta, penumpang lain akan segera menyadari jika pintu pesawat dibuka di ketinggian 4000 kaki.
Serta jika pintu keluar bisa mudah dibuka, bentuknya sangat berbeda dengan pintu toilet.
Sehingga kemungkinan Loewenstein membuka pintu yang salah adalah sebuah kemustahilan.
Berbagai teori konspirasi muncul, mulai dari teori ia melompat dari pesawat, yang dikemukakan oleh cucu salah satu pegawai Loewenstein, tapi klaim ini tidak terbukti.
Beberapa yakin mitra bisnisnya membayar orang untuk mendorongnya dari pesawat.
Dalam buku karangan reporter William Norris di akhir 1980-an berjudul The Man Who Fell From the Sky, Norris menuliskan fakta jika Loewenstein adalah bagian dari perusahaan raksasa dengan dua pebisnis kuat lainnya.
Perjanjian bisnis mereka menyatakan jika salah satu dari mereka meninggal, sisa dua yang lain akan membagi saham yang telah meninggal di perusahaan.
Satu teori mengklaim pilot dan staff Loewenstein dibayar untuk mendorongnya dari pesawat dan mengatakan itu kecelakaan.
Mereka yang mendukung teori ini segera menuduh valet Loewenstein, Fred Baxter, sebagai sosok yang membunuhnya.
Meskipun tuduhan itu tidak terbukti, tapi 4 tahun setelah kematian Loewenstein, Baxter ditemukan ditembak dengan memegang pistol.
Pernyataan resmi dari polisi mengatakan ia bunuh diri, tapi beberapa yakin jika ia entah memiliki konsekuensi bersalah atau dibungkam oleh mereka yang memang bersalah.
Sementara masih banyak teori lain yang digunakan untuk menjelaskan kasus ini, salah satu teori yang cukup kuat adalah Loewenstein memalsukan kematiannya untuk hidup tenang jauh dari keramaian.
Hal ini didukung dengan rasa duka yang sangat singkat dari istrinya Madeleine Loewenstein, serta absennya dia di pemakaman suaminya.
Ingin mendapatkan informasi lebih lengkap tentang panduan gaya hidup sehat dan kualitas hidup yang lebih baik?Langsung saja berlangganan Majalah Intisari. Tinggal klik di sini