Penulis
Intisari-online.com - Belakangan ada sebuah tawaran cukup menggiurkan bagi Indonesia.
Sebuah tawaran bantuan senilai Rp28 triliun dijanjikan oleh Presiden Donald Trump kepada Indonesia, dengan syarat mau membuka hubungan diplomatik dengan Israel.
Pernyataan itu dilontarkan, oleh pejabat Amerika Adam Boehler Selasa (22/12/20), kepada Bloomberg.
Kemudian, media Israel Times of Israel mengutip pernyataan tersebut.
Boehlr mengatakan, Indonesia akan menerima bantuan pembangunan mulai 1 miliar dollar AS (Rp14 triliun) hingga 2 miliar dollar AS (Rp28 triliun).
Dengan syarat mau membuka hubungan diplomatik dengan Israel.
Boehlr merupakan CEO US International Development Finance Corporation, lembaga keuangan milik pemerintah Amerika.
Dia mengatakan, "kami sedang membicarakannya dengan mereka (Indonesia)," kata Boehlr pada Bloomberg di Yerussalem.
"Jika mereka siap, kami akan senang hari memberikan mereka bantuan lebih berupa dukungan finansial," jelas Boehlr.
Memang di akhir kepemimpinan Trump, dia getol merayu negara-negara Arab untuk membuka hubungan diplomatik dengan Israel.
Bahkan Indonesia yang bukan negara Arab pun mendapat tawaran tersebut.
Namun, sebenarnya Indonesia telah memiliki hubungan rahasia dengan Israel sejak era Presiden Soeharto.
Bermula ketika Perdana Menteri Israel kala itu, Yitzhak Rabin, pernah mengunjungi Indonesia tahun 1993.
Lalu tahun berikutnya, Gus Dur diundang oleh Shinom Peres ke Yerussalem untuk menyaksikan perjanjian damai antara Israel dengan Yordania.
Kunjungan ini berlanjut, bahkan secara tidak resmi Indonesia membangun hubungan diplomatik dengan Israel.
Indonesia dan Israel juga melakukan pertukaran perdagangan terutara pada produk berteknologi tinggi yang dikirim ke Indonesia.
Tak hanya sampai disitu, beberapa perusahaan dalam negeri juga menjalin ikatan dengan perusahaan milik Israel.
Seperti misalnya, tahun 2000 perusahaan Asuransi Jasindo, menandatangani perjanjian dengan Assure Limited Israel, yang menawarkan asuransi kredit ekspor bagi ekportir dan importir kedua negara.
Bahkan hubungan itu tersu berkembang, antara Israel dan Indonesia membentuk beberapa organisasi tidak resmi seperti Komite Urusan Masyarakat Indonesia-Israel (IIPAC) tahun 2002.
Organisasi itu dibentuk oleh bantuan Benjamin Kentang, seorang Yahudi Indonesia yang belajar di Israel.
Kentang seorang mantan anggota Himpunan Mahasiswa Muslim Indonesia, dan anggota Nadhatul Ulama mendirikan IIPAC setelah kembali belajar dari Israel.
IIPAC yang didirikan tahun 2002, hampir tidak diketahui publik, hingga 2010 baru diumumkan di Jakarta
IIPAC memiliki setidaknya 4.450 anggota, yang mengarah pada pebentukan bisnis Indonesia yang memfasilitasi investasi Israel di Indonesia.
Fasilitas kemitraan oleh Israel juga dibentuk dengan nama Indonesia Chamber of Commerce, anak perusahaan Israel-Asia yang bertujuan memperkuat kemitraan ekonomi Indo-Israel.
Dalam beberata tahun terakhir hubungan Indonesia terus muncul dari tahun ke tahun 2008 misalnya, Indonesia menandatangani kesepakatan dengan layanan darurat Israel Magen David Adom (MDA) dan komite distribusi bersama Israel-Amerika.
Tahun 2013, Menteri Ekonomi Israel berkunjung ke Indonesia untuk menghadiri Konferensi Organisasi Perdagangan Dunia di Bali.
Tahun yang sama rombongan delegasi Indonesia berpangkat tinggi melakukan kunjungan rahasia ke Knesset.
Konon hubungan Israel dengan Indonesia, dilakukan secara diam-diam, jika hubungan bilateral ini terjadi secara terbuka pemerintah Indonesia bisa mendapat kecaman publik.
Selain itu, posisi Indonesia di dunia Muslim dan hubungan yang tumbuh dengan negara Arab, meskipun banyak negara Arab yang diam-diam juga menjalin hubungan dengan Israel.