Find Us On Social Media :

Kisah Wanita Kulit Hitam yang Miliki Peran Penting di Perang Dunia, Namun ‘Dihapus’ dari Sejarah, Sayangnya Mereka Harus Melakukan Ini Karena Putus Asa

By K. Tatik Wardayati, Kamis, 17 Desember 2020 | 14:00 WIB

Perawat kulit hitam saat Perang Dunia I.

Berkat sejarawan Liverpool Ray Costello, kami tahu bahwa salah satu bibinya dari ras campuran adalah seorang penjahit yang membuat topi dan seragam Pabrik Lybro Liverpool.

Dia menjelaskan bahwa pabrik itu dimiliki oleh Quakers dan merupakan salah satu dari sedikit yang akan mempekerjakan wanita kulit hitam di Liverpool.

Perempuan kulit hitam dari kelas pekerja sering dipaksa menjadi profesi bergaji rendah dengan mengambil pekerjaan seperti pembantu rumah tangga atau penjahit.

Ketika Esther Bruce yang lahir di London meninggalkan sekolah pada pertengahan 1920-an, dia mengalami keduanya.

Dieksploitasi dalam pelayanan rumah tangga, ibu tirinya dari Guyana mengajarinya menjahit dan ini adalah profesinya hingga dia pensiun pada usia 74 tahun.

Dalam memoarnya, yang diterbitkan pada tahun 1991, dia mengenang masa kecilnya di Perang Besar, “Pada sekolah kami membuatkan barang untuk pasukan dan melambaikan Union Jack pada tentara yang berbaris di sepanjang North End Road."

Esther juga ingat sebuah Zeppelin muncul di langit di ujung jalan mereka, di atas stasiun West Kensington. Untungnya, tidak ada bom yang dijatuhkan.

Wanita kulit hitam dari kelas menengah bernasib lebih baik.

Komposer Amanda Ira Aldridge (yang belajar di Royal College of Music) dan Avril Coleridge-Taylor (yang belajar di Trinity College of Music) menempa jalan mereka sendiri, meruntuhkan penghalang di dunia 'serius' yang didominasi pria (klasik ) musik.

Baca Juga: Setelah Barack Obama, Kamala Harris Jadi Wanita Berkulit Hitam Pertama yang Jadi Calon Wakil Presiden AS, Cetak Sejarah!