Find Us On Social Media :

Pantas Saja Xi Jinping Sombong Bukan Main, Ternyata China Tidak Akan Pernah Kekurangan Duit Karena Hal Ini, Begini Rayuan Maut Negeri Panda Untuk Menjerat 'Korbannya'

By Mentari DP, Senin, 14 Desember 2020 | 09:30 WIB

Presiden China, Xi Jinping.

 

Dia memperkirakan mata uang yuan dapat meningkat 10% menjadi 6 yuan per dolar atau lebih tinggi pada akhir tahun depan.

Padahal, yuan belum sekuat ini sejak akhir 1993, tepat sebelum penyatuan nilai tukar resmi dan pasar China memicu penurunan mata uang.

Yuan telah melemah sejak akhir Mei, melonjak ke level tertinggi lebih dari dua tahun karena data menunjukkan ekonomi China pulih dari pandemi virus.

Dana asing telah meningkatkan kepemilikan mereka atas obligasi dan saham dalam negeri lebih dari 30% tahun ini yang didorong oleh inklusi indeks dan premi suku bunga di atas pasar lain.

Beijing sendiri telah melonggarkan pembatasan modal untuk memungkinkan lebih banyak arus keluar.

Kondisi tersebut justru menempatkan Bank Rakyat China dalam kebingungan sehingga perlu mempersempit imbal hasil yuan di seluruh dunia untuk memperlambat apresiasi.

Sebab, mata uang yang terlalu kuat dapat merusak dorongan terhadap rebound ekonomi yang masih bergantung pada permintaan global untuk ekspor China.

Sementara itu, bank ingin mempertahankan suku bunga tinggi karena stimulus Beijing sebelumnya membantu memicu peningkatan leverage yang cepat, mengirimkan indikator tingkat utang negara itu ke rekor tertinggi.

“Masalah yang dihadapi China tahun depan akan sangat besar, aliran masuk modal yang tak henti-hentinya."

"Apresiasi yuan akan menjadi ancaman utama bagi ekonomi makro China," terangnya."

"Mata uang China telah menguat hampir 10% dari level terendah tahun ini pada akhir Mei, menjadikannya pemain terbaik kedua di Asia setelah won Korea Selatan."

Baca Juga: Harganya Capai Rp500.000 per Dosis, Ahli: Zaman Sudah Susah, Seharusnya Vaksin Virus Corona Gratis Bukannya Diperjualbelikan