Penulis
Intisari-Online.com - China merupakan salah satu negara pemilik militer paling kuat di dunia.
Menurut Global Firepower, China menduduki peringkat ke-3 kekuatan militer dunia dari 138 negara.
Militer China hanya kalah dari militer Amerika Serikat dan Rusia.
Kini telah menjadi salah satu militer paling kuat di dunia, China masih terus meningkatkan kekuatan militernya.
Baca Juga: Sering Terlibat Polemik Perbatasan, Ini Perbandingan Kekuatan Militer Indonesia dan Malaysia
Negara ini disebut tengah mengembangkan rudal balistik antarbenua (ICBM), yang dapat menjangkau seluruh dunia.
Melansir express.co.uk (3/12/2020), Selama beberapa bulan terakhir, Beijing telah memamerkan kekuatan militernya dan terus menegaskan dominasinya di Laut China Selatan.
Bahkan, sekarang kekhawatiran akan pecahnya Perang Dunia 3 telah meningkat karena negara Komunis terus mengembangkan rudal antarbenua.
Thomas de Maizière, wakil ketua kelompok refleksi NATO, memperingatkan sekutu bahwa mereka tidak boleh "acuh tak acuh" terhadap potensi ancaman serius China.
Mantan menteri pertahanan Jerman mengatakan bahwa China belum menjadi ancaman militer yang serius tetapi berpotensi.
“China mempersenjatai, meski dari level rendah.
"China sedang mengembangkan rudal antarbenua yang dapat menjangkau seluruh dunia.
“China juga mengancam tetangganya. Kita tidak boleh acuh tak acuh terhadap ini," katanya.
Bulan lalu, AS menembak jatuh tiruan ICBM di wilayah Laut China Selatan, dengan para ahli mengklaim itu adalah peringatan bagi Beijing.
Pakar militer yang berbasis di Beijing Zhou Chenming mengatakan pada saat itu: “[AS ingin menunjukkan] sekutu Asia-nya bahwa Washington masih dapat melindungi mereka.
"Uji pencegat SM-3 Block IIA dapat dilihat sebagai tanggapan terhadap China yang meluncurkan dua rudal 'pembunuh kapal induk' ke Laut Cina Selatan," katanya.
Ini menandai pertama kalinya sebuah pencegat rudal diluncurkan dari sebuah kapal di laut dan menghantam untuk menghancurkan ICBM tiruan dalam penerbangan.
Tes sebelumnya telah menggunakan pencegat yang diluncurkan dari silo bawah tanah di seluruh AS.
Song Zhongping, seorang komentator militer yang berbasis di Hong Kong, memperingatkan AS tidak memiliki kemampuan untuk menghentikan rudal China karena kemampuan manuvernya yang superior dan perubahan jejak yang cepat dalam penerbangan.
“Kemampuan SM-3 melawan DF-41 sangat terbatas, tapi itu akan menjadi ancaman bagi ICBM yang dikembangkan oleh Korea Utara dan Iran,"
"Namun, uji coba AS akan memacu China untuk meningkatkan program pembaruan misilnya guna meningkatkan rudal balistik generasi lamanya," katanya.
Ketegangan antara Beijing dan negara lain - termasuk AS, Inggris, India, dan Australia - hampir mencapai titik didih selama beberapa bulan terakhir.
Minggu ini, Canberra bergabung dengan Washington untuk mengembangkan rudal hipersonik untuk melawan bangsa Komunis.
Linda Reynolds, menteri pertahanan Australia, menyebut proyek bilateral dengan AS sebagai "kemampuan yang mengubah permainan".
“Berinvestasi dalam kemampuan yang menghalangi tindakan terhadap Australia juga menguntungkan kawasan kita, sekutu kita dan mitra keamanan kita," katanya.
“Kami tetap berkomitmen untuk perdamaian dan stabilitas di kawasan dan Indo-Pasifik yang terbuka, inklusif, dan makmur," imbuhnya.
Sementara itu, dalam sebuah pernyataan, Penjabat Wakil Menteri Pertahanan AS Michael Kratsios mengatakan proyek tersebut dibangun dari kolaborasi selama 15 tahun antara kedua negara.
"Inisiatif ini akan menjadi penting untuk masa depan penelitian dan pengembangan hipersonik,"
"Memastikan AS dan sekutu kita memimpin dunia dalam memajukan kemampuan perang transformasional ini," katanya.
(*)
Ingin mendapatkan informasi lebih lengkap tentang panduan gaya hidup sehat dan kualitas hidup yang lebih baik? Langsung saja berlangganan Majalah Intisari. Tinggal klik dihttps://www.gridstore.id/brand/detail/27/intisari