Penulis
Intisari-online.com -Dalam penyelesaian konflik Timur Tengah, banyak yang sebenarnya memiliki kepentingan lain dan memerankan perang proksi.
Tak terkecuali negara Barat terutama Amerika Serikat.
Seperti halnya kesepakatan normalisasi dengan Uni Emirat Arab kemarin.
Normalisasi UEA dengan Israel tersebut rupanya memberi banyak keuntungan bagi AS.
Utamanya adalah mudahnya penjualan senjata ke UEA.
Sedikit ironis karena itu artinya negara Barat sendiri yang membawa sengketa ke negara-negara Timur Tengah.
Saat banyak nyawa dipertaruhkan, justru mereka mendulang keuntungan dari perdagangan senjata.
Amerika Serikat, di bawah administrasi Donald Trump, juga mengincar kemudahan untuk menjual senjata kepada Uni Emirat Arab.
Hal itu membuat banyak pihak khawatir, salah satunya Senat AS.
Dikutip dari Al Jazeera, anggota Senat Komite Hubungan Luar Negeri dari partai Demokrat mengatakan ia mengharapkan para pembuat hukum untuk memilih suara secepat mungkin.
Pasalnya, minggu depan urusan resolusi mencari blok penjualan senjata 23 miliar Dolar AS (Rp 325,6 Triliun) ke Uni Emirat Arab sudah harus diselesaikan.
"Kami sedang mencari dukungan untuk menentang hal itu, dan kurasa minggu depan paling lambat dari yang seharusnya," ujar Senator Bob Menendez Kamis lalu.
Menendez dan dua senator lain, Chris Murphy dari Demokrat dan Rand Paul dari Republik, umumkan pada 18 November jika mereka akan kenalkan cara menunda penjualan drone, jet tempur F-35 dan sistem senjata lain ke Uni Emirat Arab.
Penjualan meliputi produk dari perusahaan swasta General Atomics, Lockheed Martin dan rudal yang dibuat oleh Raytheon.
Menendez mengatakan ia berharap lebih banyak lagi anggota Republik yang mendukung resolusi ini.
Perlu dukungan ekstensif dari anggota partai Presiden untuk loloskan resolusi dan menjegal keputusan Presiden.
Senator Republik Marco Rubio, anggota panel hubungan luar negeri dan pelaksana tugas kepala Komite Intelijen, mengatakan ia belum memutuskan apakah akan mendukung resolusi tersebut.
Seperti pembuat peraturan yang lain, iya masih memiliki pertanyaan-pertanyaan tak terjawab setelah administrasi Trump berikan penjelasan singkat mengenai penjualan tersebut.
Rubio mengatakan salah satu kekhawatirannya adalah bagaimana penjualan senjata ke Uni Emirat Arab akan berdampak ke Israel.
Tak hanya Israel, negara-negara lain yang memiliki keterlibatan dalam masalah 'rahasia' juga akan terpengaruh.
Penjualan senjata itu dapat mengubah keseimbangan kekuatan di Timur Tengah.
Anggota Kongres telah marah pada upaya Trump untuk mempercepatnya, dengan mengirimkan pemberitahuan resmi ke Kongres pada pertengahan November lalu.
Namun kekhawatiran utama para anggota parlemen adalah apakah UEA akan menggunakan senjata itu dalam serangan yang akan membahayakan warga sipil dalam perang di Yaman.
Yaman sendiri mengalami perang dan sudah menjadi salah satu bencana kemanusiaan terburuk di dunia.
Sementara itu mengutip Reuters, ada 29 organisasi penggunaan senjata dan HAM yang tandatangani petisi melawan penjualan jet tempur ke UEA.
29 organisasi yang menentang itu menyebabkan Kongres AS memblokir kesepakatan tersebut.
Tak hanya kekhawatiran mengenai Yaman, banyak yang khawatir UEA akan menyerang Libya menggunakan senjata AS.
Senator sekutu Trump Roy Blunt memperkirakan jika Kongres tidak akan memblokir penjualan F-35 ke negara Teluk dalam voting ini nanti.
Menurut pandangannya sendiri, ia mengtakan "akan menjadi kesalahan besar tidak melanjutkan penjualan ini."
Ia menggarisbawahi argumen Republik yang membantu pemindahan tersebut.
Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu dan Menteri Pertahanan Benny Gantz mengatakan pada 23 Oktober jika Israel tidak akan melawan penjualan senjata.
Mereka yakin akan jaminan militer akan tetap dipertahankan.
"Israel suportif. Kurasa ini satu-satunya hal yang disepakati bersama antara Netanyahu dan Gantz sejak mereka mendirikan pemerintahan koalisi mereka, dan penjualan ini harusnya maju," papar Blunt.
Ingin mendapatkan informasi lebih lengkap tentang panduan gaya hidup sehat dan kualitas hidup yang lebih baik?Langsung saja berlangganan Majalah Intisari. Tinggal klik di sini