Find Us On Social Media :

Salah Satu Bumbu Masak yang Dilarang Dibawa ke Luar Negeri, Ini Dia Sejarah Terasi, dari Tangan Sultan Cirebon Hingga Laksamana Cheng Ho

By K. Tatik Wardayati, Kamis, 3 Desember 2020 | 19:00 WIB

Jangan salah pilih terasi.

Intisari-Online.com – Tidak semua orang menyukai bumbu masak yang satu ini, meski banyak juga yang menggemarinya sebagai penambah rasa pada masakan.

Tapi yang jelas, bumbu masak satu ini dilarang dibawa ke luar negeri menggunakan pesawat terbang.

Loh, kenapa? Baunya itu loh…

Terasi atau belacan dikenal sebagai bumbu masak yang dibuat dari fermentasi ikan dan udang rebon.

Baca Juga: Atlet Asal Tiongkok Jadi Viral di Twitter Setelah Tertangkap Kamera Minum Santan, Aneh-aneh Saja

Terasi berbentuk seperti adonan atau pasta dan berwarna hitam-coklat.

Bentuk terasi pun berbagai macam dari bulat hingga persegi panjang.

Bumbu yang satu ini, bisa digunakan dalam berbagai jenis masakan.

Baca Juga: Selain Untuk Masak, Inilah 8 Manfaat Lain dari Garam Dapur, Salah Satunya Memutihkan Gigi Lo

Sebelum marak digunakan seperti saat ini, terasi sudah hadir di Indonesia sejak zaman kerajaan Cirebon.

Travelling Chef Wira Hadiansyah mengatakan, terasi hadir saat pemerintahan Sultan Cirebon I Pangeran Walangsungsang atau Pangeran Cakrabuana.

Ia mengisahkan, dahulu, Pangeran Cakrabuana sering meluangkan waktu untuk mencari udang atau rebon.

“Pangeran Cakrabuana atau Mbah Kuwu Cirebon sering meluangkan waktu mencari udang atau rebon. Hasil tangkapan udang itu kemudian diolah menjadi terasi oleh Pangeran Cakrabuana,” ucap Wira saat dihubungi Kompas.com, Selasa (1/12/2020).

Setelah sudah banyak dipasarkan, membuat pemimpin armada dagang dari China Laksamana Cheng Ho bahkan tertarik dengan terasi.

“Naskah Purwaka Caruban Nagari menulis laksamana terkenal Cheng Ho sekitar 1415 selalu membawa pulang terasi ke negerinya di China,” kata Wira.

Makna kata terasi Kata terasi sendiri ternyata mempunyai arti atau makna yang cukup bagus.

Baca Juga: 7 Bumbu Masak Ini Jadi Rahasia Awet Muda

Wira mengatakan, terasi mulanya disebut sebagai terasih. “Terasih memiliki makna "yang sangat disukai".

Kata terasih dipercaya berasal dari kata asih yang dalam bahasa Sunda bermakna cinta atau suka,” ujarnya.

Seiring waktu, terasi yang dikenal sekarang ini umumnya terbuat dari campuran garam, tepung, dan udang rebon yang ditumbuk.

Setelah itu terasi kemudian dibentuk menjadi persegi atau bulat untuk kemudian dikeringkan.

Setelah kering baru terasi dapat dicampurkan sebagai penyedap makanan.

Dapat juga sebagai bumbu olahan untuk memasak daging, ikan, sayur-mayur atau bahkan disertakan sebagai penyedap rasa dalam aneka olahan sambal yang dikenal saat ini. (Ryana Aryadita Umasugi) Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Sejarah Terasi, dari Tangan Sultan Cirebon hingga Laksamana Cheng Ho"

Baca Juga: Ternyata Cabe Rawit Bermanfaat Bagi Kesehatan!

Ingin mendapatkan informasi lebih lengkap tentang panduan gaya hidup sehat dan kualitas hidup yang lebih baik? Langsung saja berlangganan Majalah Intisari. Tinggal klik di https://www.gridstore.id/brand/detail/27/intisari